Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden, M. Jusuf Kalla, menegaskan bahwa Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) tidak boleh terus menerus melakukan protes dan marah-marah atas kondisi bangsa dewasa ini, karena sebenarnya hal itu justru memarahi diri sendiri. "Kenapa KAHMI mesti marah, kenapa bangsa ini begini-begini atau begitu. Oh, salah ini, marahi diri sendiri. Jadi, KAHMI tidak boleh selalu protes, yang boleh bagaimana partisipasinya, sumbang pikirannya," kata Wapres saat resepsi dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-40 KAHMI di Jakarta, Minggu malam. Acara resepsi tersebut selain dihadiri oleh Wapres, juga dihadiri oleh sejumlah tokoh yang juga anggota KAHMI, antara lain Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof Jimly Asshidiqie, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, Wakil Ketua MPR, Aksa Mahmud, Wakil Ketua DPR, AM Fatwa, dan Ketua DPR periode 1999-2004, Akbar Tanjung. Menurut Wapres, saat ini hampir seluruh lembaga negara dipimpin oleh alumni HMI (KAHMI). Wapres mencontohkan, Ketua MK, Prof Jimly Asshidiqie, Ketua Mahkamah (MA), Agung Bagir Manan, Ketua BPK, Anwar Nasution, dan Wakil Ketua DPR, AM Fatwa. "Kalau ada contoh ketidakadilan, yang salah KAHMI, karena semua yang agung-agung itu KAHMI, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, BPK semua alumni KAHMI. Jadi, semua bertanggung jawab kalau ada masalah. Jadi, kalau masih ada korupsi itu KAHMI yang salah," kata Wapres, yang disambut tepuk tangan hadirin. Oleh karena itu, tambah Wapres KAHMI tidak boleh menyalahkan. "Jadi, sebenarnya tanggungjawab bangsa ini, setengahnya tanggung jawab KAHMI," kata Wapres. Dalam pidato yang banyak diselingi kalimat bernada canda, Wapres mengatakan, untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir Indonesia benar-benar aman tidak ada konflik. Karena itu, tambah Wapres, saat ini hampir semua tentara dan cadangannya tetap berada di markas-markas dan hanya menjalai latihan-latihan. "Karena itu, kenapa kita cepat sekali ketika ada tugas di Libanon, selain karena memang kita ingin ikut menjaga perdamaian di Timur Tengah," kata Wapres., Menurut Wapres, saat ini kondisi keamanan, politik dan ekonomi bangsa Indonesia sangat baik, serta saatnya untuk bangsa maju sekaligus meningkatkan ekonomi. Menurut Wapres, hanya negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomilah yang akan di dihormati dan didengar suaranya. "Seluruh bangsa di dunia dihargai atau mendapatkan apresiasi atau didengar suaranya kalau ekonominya kuat dan kaya. Tidak ada negara miskin yang didengar suaranya," demikian Wapres. (*)