Ia menjelaskan dalam kesempatan itu pemilik lahan untuk investasi seperti Badan Pengelola Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF), InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) dan Mawatu serta para investor saling berdiskusi.
Ia menekankan dalam investasi hal yang dikedepankan adalah fokus pada pariwisata yang berkualitas dan berbasis green tourism atau pariwisata berkelanjutan
"Ada momentum yang saya sebut sebagai tipping point investasi yang masuk ke Labuan Bajo Flores untuk membuka kesempatan kerja peluang usaha dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.
Menurut dia para investor tidak hanya tertarik dengan keindahan alam Labuan Bajo Flores, namun juga sangat tertarik dengan Labuan Bajo karena masyarakat yang ramah dan produk-produk ekonomi kreatif yang menjadi keunggulan
"Tadi banyak bicara mengenai coffe, ada juga tenun dan saya melihat ini sebuah ekosistem, kesatuan yang membuat Labuan Bajo Flores unik," katanya.
Ia menambahkan Labuan Bajo sebagai destinasi yang harus dijaga sebagai warisan dunia karena kawasan ini memiliki kualitas sebagai destinasi yang unggul dari keindahan alam, budaya maupun pengalaman.
Pihaknya juga terus mendorong investasi di Labuan Bajo yang telah mencapai Rp570 miliar pada kuartal pertama tahun 2024.
"Tahun 2023 itu 3 miliar dolar AS investasi di hotel, restoran dan fitness center di seluruh Indonesia, di Labuan Bajo leading nomor empat tapi kalau dibandingkan dengan popularitas Labuan Bajo kan nomor dua setelah Bali jadi mestinya investasinya naik ke nomor tiga, ke nomor dua," katanya.
Baca juga: Menparekraf: Agustus 2024 ada penerbangan internasional ke Labuan Bajo
Baca juga: Menparekraf tegaskan Sanur kawasan wisata kesehatan bukan kelab pantai
Baca juga: Menparekraf: Agustus 2024 ada penerbangan internasional ke Labuan Bajo
Baca juga: Menparekraf tegaskan Sanur kawasan wisata kesehatan bukan kelab pantai