Penjualan kredit karbon Pertamina NRE capai 565 ribu ton CO2e
7 Agustus 2024 22:44 WIB
Ilustrasi - Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. ANTARA/HO-Pertamina NRE
Jakarta (ANTARA) - Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mencatat sampai Juli 2024 realisasi volume penjualan kredit karbon meningkat hingga mencapai sekitar 565 ribu ton CO2e.
Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu mengatakan Pertamina NRE memiliki komitmen kuat terhadap upaya dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya melalui perdagangan kredit karbon untuk mendukung penurunan emisi terutama di sektor industri.
"Kami memiliki berbagai portofolio hijau dan energi bersih yang berpotensi menjadi sumber kredit karbon. Kami sangat terbuka dan antusias untuk bekerja sama dengan industri yang memiliki aspirasi untuk menurunkan emisi dari aktivitas operasionalnya," ujarnya.
Pertamina NRE menilai kesadaran pelaku industri terhadap isu perubahan iklim mendorong peningkatan upaya penurunan emisi atas aktivitas operasional korporasi.
Untuk diketahui, Pertamina NRE menjadi penjual kredit karbon pertama pada saat diluncurkannya perdagangan perdana di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) pada 26 September 2023. Volume kredit karbon yang diperdagangkan mencapai sekitar 864 ribu ton CO2e. Pada saat perdagangan perdana di IDX Carbon, volume yang terjual mencapai sekitar 460 ribu ton CO2e.
Adapun, kredit karbon Pertamina NRE saat ini menguasai 93 persen pangsa pasar kredit karbon di Indonesia.
Pertamina NRE sendiri memiliki kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola oleh anak usaha Pertamina NRE, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), dengan volume sekitar 864 ribu tCO2e, yang dihasilkan selama periode 2016-2020.
Kredit karbon itu telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Inisiatif hijau seperti perdagangan karbon berpotensi besar untuk berkontribusi terhadap pemenuhan enhanced nationally determined contribution (ENDC) Indonesia sebesar 31,89 persen tanpa dukungan internasional dan 43,2 persen dengan dukungan internasional.
Ekosistem bisnis karbon akan terbentuk apabila terdapat dukungan yang cukup terutama dari sisi regulasi. Potensinya di Indonesia pun sangat besar, baik yang berbasis teknologi maupun berbasis alam karena Indonesia menyimpan potensi energi bersih dan hutan yang cukup besar.
Dicky menambahkan bahwa ke depan kredit karbon Pertamina NRE tidak saja bersumber dari PLTP saja, melainkan juga sumber energi bersih lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dari Jawa-1 yang potensinya mencapai sekitar 3 juta ton CO2e setiap tahunnya.
Sumber kredit karbon lain yang saat ini sedang dalam tahapan validasi, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei dengan estimasi kredit karbon 150 ribu ton CO2e yang dihasilkan pada tahun 2021-2023 dan 200 ribu ton CO2e yang dihasilkan pada periode 2024-2027.
Pertamina NRE berkomitmen kuat untuk mendukung nol emisi karbon (NZE) selambat-lambatnya pada 2060 dan menjadi garda terdepan Pertamina dalam transisi energi melalui inisiatif-inisiatif hijau serta pengembangan bisnis hijau.
Baca juga: IDCTA: Partisipasi global tingkatkan penjualan kredit karbon Indonesia
Baca juga: OJK catat nilai transaksi Bursa Karbon Rp37,04 miliar per Juli 2024
Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu mengatakan Pertamina NRE memiliki komitmen kuat terhadap upaya dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya melalui perdagangan kredit karbon untuk mendukung penurunan emisi terutama di sektor industri.
"Kami memiliki berbagai portofolio hijau dan energi bersih yang berpotensi menjadi sumber kredit karbon. Kami sangat terbuka dan antusias untuk bekerja sama dengan industri yang memiliki aspirasi untuk menurunkan emisi dari aktivitas operasionalnya," ujarnya.
Pertamina NRE menilai kesadaran pelaku industri terhadap isu perubahan iklim mendorong peningkatan upaya penurunan emisi atas aktivitas operasional korporasi.
Untuk diketahui, Pertamina NRE menjadi penjual kredit karbon pertama pada saat diluncurkannya perdagangan perdana di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) pada 26 September 2023. Volume kredit karbon yang diperdagangkan mencapai sekitar 864 ribu ton CO2e. Pada saat perdagangan perdana di IDX Carbon, volume yang terjual mencapai sekitar 460 ribu ton CO2e.
Adapun, kredit karbon Pertamina NRE saat ini menguasai 93 persen pangsa pasar kredit karbon di Indonesia.
Pertamina NRE sendiri memiliki kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola oleh anak usaha Pertamina NRE, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), dengan volume sekitar 864 ribu tCO2e, yang dihasilkan selama periode 2016-2020.
Kredit karbon itu telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Inisiatif hijau seperti perdagangan karbon berpotensi besar untuk berkontribusi terhadap pemenuhan enhanced nationally determined contribution (ENDC) Indonesia sebesar 31,89 persen tanpa dukungan internasional dan 43,2 persen dengan dukungan internasional.
Ekosistem bisnis karbon akan terbentuk apabila terdapat dukungan yang cukup terutama dari sisi regulasi. Potensinya di Indonesia pun sangat besar, baik yang berbasis teknologi maupun berbasis alam karena Indonesia menyimpan potensi energi bersih dan hutan yang cukup besar.
Dicky menambahkan bahwa ke depan kredit karbon Pertamina NRE tidak saja bersumber dari PLTP saja, melainkan juga sumber energi bersih lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) dari Jawa-1 yang potensinya mencapai sekitar 3 juta ton CO2e setiap tahunnya.
Sumber kredit karbon lain yang saat ini sedang dalam tahapan validasi, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei dengan estimasi kredit karbon 150 ribu ton CO2e yang dihasilkan pada tahun 2021-2023 dan 200 ribu ton CO2e yang dihasilkan pada periode 2024-2027.
Pertamina NRE berkomitmen kuat untuk mendukung nol emisi karbon (NZE) selambat-lambatnya pada 2060 dan menjadi garda terdepan Pertamina dalam transisi energi melalui inisiatif-inisiatif hijau serta pengembangan bisnis hijau.
Baca juga: IDCTA: Partisipasi global tingkatkan penjualan kredit karbon Indonesia
Baca juga: OJK catat nilai transaksi Bursa Karbon Rp37,04 miliar per Juli 2024
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: