Menkop UKM dukung bank ciptakan ekosistem bisnis bagi kemajuan UMKM
7 Agustus 2024 20:31 WIB
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki usai menghadiri opening ceremony BCA UMKM Fest, di Jakarta, Rabu (7/8/2024). ANTARA/Bayu Saputra
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mendukung industri perbankan tak hanya memberikan pembiayaan atau kredit ke UMKM, tetapi juga menjadi enabler (fasilitator) pembangun ekosistem bisnis bagi UMKM, termasuk menyediakan pasar hingga mendorong UMKM menjadi bagian dari rantai pasok industri.
“Karena UMKM di Indonesia ini, rata-rata bersifat mandiri sehingga masih sulit untuk masuk menjadi bagian dari supply chain industri. UMKM di Korea Selatan misalnya, mereka tidak takut tak dapat pembiayaan karena mereka sudah menjadi bagian dari industri,” kata Teten Masduki saat menyampaikan sambutan dalam opening ceremony BCA UMKM Fest 2024, di Jakarta, Rabu.
Penyelenggaraan BCA UMKM Fest ini misalnya, menurut Teten menjadi contoh upaya bank membangun ekosistem untuk masuk dalam rantai pasok industri.
Ia juga mengapresiasi BCA yang sejak 2021 terus membantu UMKM bukan hanya dari sisi pembiayaannya, namun juga pemberian akses terhadap industri.
“Sebagian besar UMKM di Indonesia ini dari sisi produksi disconnected dengan offtaker industri dan disconnected dengan pembiayaan. BCA tak hanya menjadi bank tetapi juga enabler,” ujarnya.
Teten menyebut, sebanyak 30 juta UMKM belum terhubung dengan akses pembiayaan ke bank. Oleh karena itu, Kemenkop UKM secara intens berkoordinasi dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menemukan solusi pendekatan lain dalam memudahkan UMKM agar terhubung dengan sumber pembiayaan.
Ia menilai, perlu upaya agar UMKM bisa mengakses kredit, tetapi tidak dengan mengandalkan satu data SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK, tetapi juga menggunakan data alternatif lewat riwayat kredit (history credit) misalnya pembayaran listrik atau telepon, atau yang disebut dengan Innovative Credit Scoring (ICS).
“Kami telah ujicobakan kepada 72 ribu data UMKM melalui data SLIK ditambah dengan data alternatif lain, ternyata sebesar 74 persen dari UMKM tersebut layak dibiayai dengan tingkat rasio kredit macet atau NPL (Non Performing Loan) di level 0,6 persen atau di bawah 1 persen. Ini masih menarik UMKM bagi industri keuangan,” katanya pula.
Saat ini ICS telah diterapkan di 145 negara. Di Indonesia, meskipun belum bisa dlterapkan secara mandatory, tetapi OJK sedang membuat daftar sebanyak 17 perusahaan yang dapat menerapkan kombinasi data SLIK dengan data alternatif.
Sementara itu dalam menghadapi daya beli masyarakat yang masih turun, Menkop UKM menegaskan jika tidak segera dilakukan upaya untuk mengantisipasi maka akan timbul problem sosial politik yang besar.
Ia mengajak perbankan untuk ikut mendorong UMKM dalam memaksimalkan potensi ekonomi domestik. Mengoptimalkan produk dari sumber daya alam (SDA) unggulan di daerah, mengingat bahan baku yang melimpah di Indonesia.
“UMKM ini backbone ekonomi dalam negeri. Dukungan industri termasuk perbankan diharapkan sektor UMKM ini tumbuh bukan menjadi sunset industry (penurunan). Memang berat (ekonomi), tetapi kalau kita optimistis dan bersama pasti bisa,” katanya lagi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kontribusi 60 persen UMKM terhadap PDB menjadikan UMKM harus didukung dalam perkembangannya. Namun, melihat UMKM tak hanya melulu soal kredit/pembiayaan tetapi juga ekosistem mulai dari pelatihan, hingga penyediaan akses pasar.
“UMKM menyerap jutaan tenaga kerja. Maka dari itu dibutuhkan UMKM berkualitas untuk terus bertahan. Kualitas UMKM dilihat dengan melakukan kurasi kemasan yang menarik, kualitas yang baik hingga aspek ontime delivery,” ujarnya.
Jahja optimistis, kehadiran BCA UMKM Fest 2024 mampu memfasilitasi UMKM bertemu dengan nasabah untuk menghadirkan produk konsumen yang bisa diterima masyarakat.
Adapun BCA UMKM Fest menghadirkan 53 UMKM selama empat hari (7-11 Agustus 2024) penyelenggaraannya di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, sekaligus menjadi ajang promosi dan pemasaran produk UMKM.
Baca juga: BCA gelar festival UMKM guna memperluas akses pasar pengusaha lokal
Baca juga: Kemenkop UKM mengajak 14 investor perkuat pembiayaan UKM
“Karena UMKM di Indonesia ini, rata-rata bersifat mandiri sehingga masih sulit untuk masuk menjadi bagian dari supply chain industri. UMKM di Korea Selatan misalnya, mereka tidak takut tak dapat pembiayaan karena mereka sudah menjadi bagian dari industri,” kata Teten Masduki saat menyampaikan sambutan dalam opening ceremony BCA UMKM Fest 2024, di Jakarta, Rabu.
Penyelenggaraan BCA UMKM Fest ini misalnya, menurut Teten menjadi contoh upaya bank membangun ekosistem untuk masuk dalam rantai pasok industri.
Ia juga mengapresiasi BCA yang sejak 2021 terus membantu UMKM bukan hanya dari sisi pembiayaannya, namun juga pemberian akses terhadap industri.
“Sebagian besar UMKM di Indonesia ini dari sisi produksi disconnected dengan offtaker industri dan disconnected dengan pembiayaan. BCA tak hanya menjadi bank tetapi juga enabler,” ujarnya.
Teten menyebut, sebanyak 30 juta UMKM belum terhubung dengan akses pembiayaan ke bank. Oleh karena itu, Kemenkop UKM secara intens berkoordinasi dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menemukan solusi pendekatan lain dalam memudahkan UMKM agar terhubung dengan sumber pembiayaan.
Ia menilai, perlu upaya agar UMKM bisa mengakses kredit, tetapi tidak dengan mengandalkan satu data SLIK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) OJK, tetapi juga menggunakan data alternatif lewat riwayat kredit (history credit) misalnya pembayaran listrik atau telepon, atau yang disebut dengan Innovative Credit Scoring (ICS).
“Kami telah ujicobakan kepada 72 ribu data UMKM melalui data SLIK ditambah dengan data alternatif lain, ternyata sebesar 74 persen dari UMKM tersebut layak dibiayai dengan tingkat rasio kredit macet atau NPL (Non Performing Loan) di level 0,6 persen atau di bawah 1 persen. Ini masih menarik UMKM bagi industri keuangan,” katanya pula.
Saat ini ICS telah diterapkan di 145 negara. Di Indonesia, meskipun belum bisa dlterapkan secara mandatory, tetapi OJK sedang membuat daftar sebanyak 17 perusahaan yang dapat menerapkan kombinasi data SLIK dengan data alternatif.
Sementara itu dalam menghadapi daya beli masyarakat yang masih turun, Menkop UKM menegaskan jika tidak segera dilakukan upaya untuk mengantisipasi maka akan timbul problem sosial politik yang besar.
Ia mengajak perbankan untuk ikut mendorong UMKM dalam memaksimalkan potensi ekonomi domestik. Mengoptimalkan produk dari sumber daya alam (SDA) unggulan di daerah, mengingat bahan baku yang melimpah di Indonesia.
“UMKM ini backbone ekonomi dalam negeri. Dukungan industri termasuk perbankan diharapkan sektor UMKM ini tumbuh bukan menjadi sunset industry (penurunan). Memang berat (ekonomi), tetapi kalau kita optimistis dan bersama pasti bisa,” katanya lagi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kontribusi 60 persen UMKM terhadap PDB menjadikan UMKM harus didukung dalam perkembangannya. Namun, melihat UMKM tak hanya melulu soal kredit/pembiayaan tetapi juga ekosistem mulai dari pelatihan, hingga penyediaan akses pasar.
“UMKM menyerap jutaan tenaga kerja. Maka dari itu dibutuhkan UMKM berkualitas untuk terus bertahan. Kualitas UMKM dilihat dengan melakukan kurasi kemasan yang menarik, kualitas yang baik hingga aspek ontime delivery,” ujarnya.
Jahja optimistis, kehadiran BCA UMKM Fest 2024 mampu memfasilitasi UMKM bertemu dengan nasabah untuk menghadirkan produk konsumen yang bisa diterima masyarakat.
Adapun BCA UMKM Fest menghadirkan 53 UMKM selama empat hari (7-11 Agustus 2024) penyelenggaraannya di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, sekaligus menjadi ajang promosi dan pemasaran produk UMKM.
Baca juga: BCA gelar festival UMKM guna memperluas akses pasar pengusaha lokal
Baca juga: Kemenkop UKM mengajak 14 investor perkuat pembiayaan UKM
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: