Kemenkop UKM mengajak 14 investor perkuat pembiayaan UKM
7 Agustus 2024 20:03 WIB
Plt Deputi Bidang Usaha Kecil Menengah Kemenkop UKM Temmy Setya Permana (tengah) dalam diskusi media, di Jakarta, Selasa (6/8/2024). ANTARA/Shofi Ayudiana/am
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) mengajak 14 investor untuk memperkuat pembiayaan dan investasi bagi usaha kecil menengah (UKM) melalui The Business Link Up sebagai dari rangkaian program Small Medium Enterprise Expo Pembiayaan Investasi Crowdfunding (SME Epic) 2024 hasil kolaborasi dengan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek).
Investor dan partner tersebut adalah Saratoga Investama, INTRAS, UMG Idealab, Shafiq Securities Crowdfunding, Superkey Consulting Group, Toko Daging Nusantara, Bank Syariah Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri, Private Investor, Spil Venture, URUN RI, Kadin Indonesia, dan Bank Mega.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Temmy Satya Permana, dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu, mengatakan fokus dan tujuan program ini adalah memberikan pendampingan bagi UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, serta buyer potensial.
Para pelaku UKM juga akan mendapatkan rangkaian kegiatan seperti lokakarya, evaluasi mandiri pembiayaan, pelatihan pitching, hingga business matching dengan berbagai jenis lembaga pembiayaan.
"Kami berharap para security crowdfunding, modal ventura, private investor, angel investor, perbankan dan partner yang telah hadir di sini dapat membuka diskusi dan memberikan peluang UMKM naik kelas," kata Temmy.
Temmy menekankan masalah utama UMKM dalam mengakses pembiayaan yaitu collateral, status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang kurang baik, dan suku bunga bank.
Untuk itu, dia menilai inovasi kebijakan pembiayaan untuk UMKM perlu terus diperkuat, di antaranya skema pembiayaan UMKM melalui rantai pasok sesuai amanah PP 7/2021.
Selain itu, Temmy menilai perlu penerapan innovative credit scoring (ICS) bagi UMKM untuk menjadi alternatif penilaian kelayakan kredit selain agunan.
Bahkan, menurut Temmy, pihaknya akan mendorong Purchase Order (PO) Financing pada alokasi belanja pemerintah bagi UMKM melalui platform security crowdfunding.
"Perlu ada dukungan besar dari semua pihak untuk meningkatkan akses pembiayaan dan investasi bagi UKM," kata Temmy.
Direktur Eksekutif Yayasan INOTEK Ivi Anggraeni menjelaskan bahwa program SME Epic sudah bergulir sejak Mei 2024 dengan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap 150 UKM terpilih. Lewat program SME Epic ini, Inotek berusaha membantu para pelaku UKM membedah usahanya dan mengevaluasi kebutuhan pembiayaan yang sesuai.
The Business Link Up kali ini diikuti 26 UKM secara regional di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, dan Sumatera, yang bergerak pada bidang usaha komoditas kelapa, sektor industri kreatif, makanan dan minuman, fashion, dan teknologi, dengan kebutuhan investasi senilai Rp36 miliar.
"Lembaga pembiayaan yang ikut kegiatan ini berasal dari kalangan perbankan, modal ventura, private investor, angel investor, crowdfunding, dan potential buyer," ujar Ivi.
Baca juga: Hipmi harap ada skema pembiayaan pengusaha menengah Rp100 miliar
Baca juga: Meningkatkan pembiayaan dari LPBBTI ke sektor produktif dan UMKM
Investor dan partner tersebut adalah Saratoga Investama, INTRAS, UMG Idealab, Shafiq Securities Crowdfunding, Superkey Consulting Group, Toko Daging Nusantara, Bank Syariah Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri, Private Investor, Spil Venture, URUN RI, Kadin Indonesia, dan Bank Mega.
Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Temmy Satya Permana, dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu, mengatakan fokus dan tujuan program ini adalah memberikan pendampingan bagi UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, serta buyer potensial.
Para pelaku UKM juga akan mendapatkan rangkaian kegiatan seperti lokakarya, evaluasi mandiri pembiayaan, pelatihan pitching, hingga business matching dengan berbagai jenis lembaga pembiayaan.
"Kami berharap para security crowdfunding, modal ventura, private investor, angel investor, perbankan dan partner yang telah hadir di sini dapat membuka diskusi dan memberikan peluang UMKM naik kelas," kata Temmy.
Temmy menekankan masalah utama UMKM dalam mengakses pembiayaan yaitu collateral, status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang kurang baik, dan suku bunga bank.
Untuk itu, dia menilai inovasi kebijakan pembiayaan untuk UMKM perlu terus diperkuat, di antaranya skema pembiayaan UMKM melalui rantai pasok sesuai amanah PP 7/2021.
Selain itu, Temmy menilai perlu penerapan innovative credit scoring (ICS) bagi UMKM untuk menjadi alternatif penilaian kelayakan kredit selain agunan.
Bahkan, menurut Temmy, pihaknya akan mendorong Purchase Order (PO) Financing pada alokasi belanja pemerintah bagi UMKM melalui platform security crowdfunding.
"Perlu ada dukungan besar dari semua pihak untuk meningkatkan akses pembiayaan dan investasi bagi UKM," kata Temmy.
Direktur Eksekutif Yayasan INOTEK Ivi Anggraeni menjelaskan bahwa program SME Epic sudah bergulir sejak Mei 2024 dengan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap 150 UKM terpilih. Lewat program SME Epic ini, Inotek berusaha membantu para pelaku UKM membedah usahanya dan mengevaluasi kebutuhan pembiayaan yang sesuai.
The Business Link Up kali ini diikuti 26 UKM secara regional di wilayah Jawa Barat, Jabodetabek, dan Sumatera, yang bergerak pada bidang usaha komoditas kelapa, sektor industri kreatif, makanan dan minuman, fashion, dan teknologi, dengan kebutuhan investasi senilai Rp36 miliar.
"Lembaga pembiayaan yang ikut kegiatan ini berasal dari kalangan perbankan, modal ventura, private investor, angel investor, crowdfunding, dan potential buyer," ujar Ivi.
Baca juga: Hipmi harap ada skema pembiayaan pengusaha menengah Rp100 miliar
Baca juga: Meningkatkan pembiayaan dari LPBBTI ke sektor produktif dan UMKM
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: