Jakarta (ANTARA) - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) membuat komik untuk anak-anak yang berdasarkan kisah-kisah dari naskah kuno nusantara sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan literasi.

“Kita mulai tahun ini membuat buku-buku dalam bentuk bacaan komik, ada 120 judul dan saya ajak teman-teman di Perpusnas untuk mulai berkreasi membuat komik berdasarkan naskah kuno yang sudah sekian lama. Itu digali kembali, disajikan dalam cara baru agar ceritanya mudah dipahami anak-anak dengan cara yang menarik,” kata Pelaksana Tugas Kepala Perpusnas E. Aminudin Aziz di Gedung Perpusnas, Jakarta, Rabu.

Ia menegaskan, naskah-naskah nusantara tersebut terus dikaji, diteliti, dan didiskusikan untuk diambil pembelajarannya sebagai salah satu cara untuk mengarusutamakan naskah nusantara melalui kerja sama dengan komunitas-komunitas pernaskahan.

“Banyak sekali masyarakat kita yang bergerak dalam penyelamatan naskah, dan selama ini Perpusnas selalu mencoba berbicara dan diskusi dengan komunitas terkait apa yang sudah dikerjakan di pernaskahan, dan mereka ternyata sudah banyak bekerja, mengumpulkan naskah, hanya memang masalah publikasinya yang kurang,” ujar dia.

Baca juga: Perpusnas koleksi naskah manuskrip Sunda terbanyak di dunia
Baca juga: Perpusnas utamakan naskah Nusantara dalam arah kebijakan 2025


Ia menegaskan, Perpusnas akan menjadi sebuah hub atau rumah besar pernaskahan nusantara yang menghimpun naskah-naskah dari seluruh Indonesia serta menyerap berbagai aspirasi dari komunitas-komunitas.

“Kita akan jadi pusat data nusantara, seluruh naskah terkumpul di sini dan diarusutamakan, jadi orang perhatiannya ke sini semua. Caranya, kita menghimpun naskah-naskah yang ada di seluruh Indonesia, apakah itu yang dimiliki oleh masyarakat atau oleh lembaga, kita utamakan di sini. Cita-cita besarnya seperti itu,” paparnya.

Selain itu, lanjut dia, Perpusnas juga mesti menjadikan naskah-naskah yang sudah didigitalisasi sebagai sumber informasi dengan membuat metadata-nya.

“Setelah metadata dibuat, didigitalkan, maka kita buat dan tayangkan dalam laman kita di platform Khasanah Pusat Nusantara (Khastara). Pemanfaatan selanjutnya adalah bukan hanya peneliti yang bisa memanfaatkan naskah ini, tetapi dari sisi Perpusnas, saya menginisiasi naskah-naskah ini diolah menjadi bahan bacaan untuk literasi yang dapat diakses luas oleh masyarakat,” tuturnya.

Baca juga: Jelajah Literasi Nusantara kenalkan naskah kuno pada pemustaka anak
Baca juga: Perpusnas upayakan digitalisasi naskah lokal yang ada di negara lain


Aminudin juga menepis anggapan bahwa selama ini orang asing yang lebih peduli terhadap naskah nusantara karena masyarakat Indonesia sudah banyak bergerak untuk preservasi maupun pengolahan naskah-naskah kuno dari berbagai suku, adat, dan budaya di Indonesia.

“Selama ini ada anggapan sepertinya orang asing yang lebih peduli, padahal sebetulnya masyarakat kita banyak yang peduli. Publikasinya kurang karena memang sumber daya yang kita miliki sangat terbatas, sementara urusan pernaskahan itu A sampai Z-nya banyak sekali,” ucapnya.

Untuk itu, ia mengajak seluruh masyarakat dan komunitas untuk ikut terlibat dan berkolaborasi dalam pengarusutamaan naskah nusantara.

“Masyarakat yang punya naskah, jangan khawatir dan ragu, mari kerja sama untuk bisa merawat naskah ini. Caranya dengan diserahkan kepada Perpusnas atau meminta pendokumentasiannya melalui digitalisasi, jadi naskah tetap kepada mereka tetapi kita punya naskah digitalnya. Ini adalah bentuk kerja sama antara masyarakat dengan negara,” kata Aminudin.

Baca juga: Perpusnas usulkan tiga naskah kuno jadi "Memory of The World"
Baca juga: Pakar pendidikan dorong naskah kuno jadi Memori Ingatan Dunia