Dalam laman IBL yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu, ibu dari forward itu, Julisa Horongbala, mengaku bila sangat senang penantian panjang selama enam tahun anaknya bergabung bersama klub tersebut, pada akhirnya berbuah manis dengan merebut gelar juara itu.
"Sampai merinding saya, PJ akhirnya menjadi juara IBL. Selama Prastawa di klub itu, dia belum pernah juara IBL. Terima kasih buat semuanya," kata Julisa.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh ayah kapten PJ tersebut, Rastafari Horongbala, yang menyatakan bahwa penantian panjang anaknya pada akhirnya bisa terwujud.
Banyak pihak yang meragukan kemampuan pemain setinggi 1,73 meter itu, karena dianggap mendapat keuntungan dari privilege kedua orang tuanya yang seorang pelatih dan orang berpengaruh di dunia bola basket Tanah Air.
Anggapan itu membuatnya punya pengalaman buruk di awal karir.
Namun, guard tim nasional bola basket Indonesia itu perlahan membuktikan diri dan menjelma menjadi pemain andalan.
Baca juga: Kapten Pelita Jaya: Kegigihan jadi pembeda dalam final IBL 2024
Selanjutnya: Prastawa mengawali karier
Prastawa mengawali karier profesional bersama Aspac di musim 2012-13. Pada akhir musim, dia terpilih sebagai Rookie of The Year dan mendapatkan trofi juara IBL pertamanya. Kemudian, musim 2013-14, pemain setinggi 1,73 meter itu juga membantu Aspac mempertahankan gelar juara liga.
Namun, sejak saat itu Prastawa belum pernah lagi meraih juara IBL.
Pada 2018, pemain berumur 31 tahun itu meninggalkan Aspac dan bergabung dengan Pelita Jaya.
Dia membawa Pelita Jaya masuk final tiga musim berturut-turut, yaitu di tahun 2021, 2022, dan 2023.
Tetapi tiga tahun tersebut harus berakhir dengan kecewa, karena timnya hanya mampu menjadi runner up.
Baca juga: Pelatih Pelita Jaya nilai pertahanan kunci kemenangan timnya