Mitratel tidak terpengaruh perkembangan suku bunga acuan BI
7 Agustus 2024 07:26 WIB
Site menara atau tower telekomunikasi milik Mitratel di Batu Cermin, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (6/8/2024). ANTARA/Rizka Khaerunnisa.
Labuan Bajo (ANTARA) - Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) Ian Sigit Kurniawan mengatakan bahwa bisnis perseroan di semester I 2024 tidak terpengaruh oleh perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate.
“Suku bunga naik terus, tapi sebetulnya sampai dengan semester I malah kami di Mitratel ini tidak begitu terdampak karena kami juga melakukan manajemen bagaimana supaya pinjaman kami tidak terlalu terpengaruh dari kenaikan suku bunga,” kata Ian di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu.
Menurut Ian, jumlah pinjaman anak usaha Telkom Indonesia di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi ini juga tidak terlalu besar, bahkan perseroan melakukan pelunasan di tengah kondisi cost yang tinggi saat ini. Dia menjelaskan, saat ini pinjaman perseroan didominasi oleh suku bunga fixed dengan komposisi sebesar 52 persen.
Dari sisi lender, pinjaman paling banyak berasal dari bank-bank Himbara dengan komposisi sebesar 45 persen kemudian disusul bank-bank swasta sebesar 43 persen dan bank-bank asing sebesar 8 persen.
“Ini semua (komposisi pinjaman dari sisi suku bunga dan lender) memang sangat berimbang. Jadi, perbankan yang menawarkan skema pinjaman yang paling efisien itu yang selalu kami manage,” ujar Ian.
Dia memastikan bahwa leverage ratio Mitratel berada pada posisi yang sehat di sepanjang enam bulan pertama 2024. Hal ini tercermin dari rasio debt to equity tercatat di level 0,4, kemudian debt to EBITDA di level 2,0 dan net debt to EBITDA di level 1,8. Leverage ratio ini, sebut Ian, berada di bawah rata-rata industri.
“Ini juga sebetulnya menunjukkan bahwa ketika bisnis ke depan akan terus berkembang, secara leverage kami masih siap sekali untuk terus berkembang untuk memanfaatkan leverage yang dimiliki sekarang untuk mengembangkan bisnis ke depan,” kata Ian.
Dia menambahkan, Mitratel juga akan menerbitkan obligasi (bond) berkelanjutan dengan kupon fixed yang ditawarkan 6,50 persen. Di samping itu, perseroan berencana menawarkan sukuk ijarah berkelanjutan yang akan diterbitkan tanpa warkat dan ditawarkan dengan nilai 100 persen dari jumlah sisa imbalan ijarah sebesar Rp10,01 miliar.
“Kami juga issue bond. Ini adalah Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) di mana ini juga untuk antisipasi pada saat bunga turun dan opsi kita luas, tidak hanya dari bank tapi kalau kita mau ke bond kita bisa langsung masuk ke market,” kata Ian.
Pada semester I 2024, Mitratel membukukan laba Rp1 triliun. Pendapatan (revenue) yang diraih Mitratel pada periode yang sama mencapai Rp4,45 triliun atau meningkat 7,8 persen (year-on-year/yoy) dan EBITDA mencapai Rp3,69 triliun atau meningkat 10,2 persen yoy. Namun net income Mitratel hanya tumbuh 4,1 persen yoy menjadi Rp1,06 triliun
Mitratel, pada semester pertama tahun ini, tercatat menguasai 54 persen pangsa pasar (market share) untuk menara dan 29 persen untuk serat optik (fiber optic). Pada periode yang sama, jumlah menara Mitratel tumbuh 5,1 persen yoy menjadi 38.581 unit dan panjang serat optik tumbuh 37,9 persen yoy menjadi 37.602 kilometer.
Di enam bulan pertama tahun ini, tenancy ratio Mitratel telah mencapai 1,52x atau meningkat dari yang sebelumnya 1,49x di semester I 2023. Perseroan menargetkan tenancy ratio dapat mencapai 1,56x sampai dengan akhir tahun 2024.
Baca juga: Mitratel bangun 19 menara berdesain kamuflase di kawasan inti IKN
Baca juga: Laba bersih Mitratel tembus Rp1 triliun pada semester I-2024
Baca juga: Mitratel bidik pendapatan dan EBITDA tumbuh high single digit di 2024
“Suku bunga naik terus, tapi sebetulnya sampai dengan semester I malah kami di Mitratel ini tidak begitu terdampak karena kami juga melakukan manajemen bagaimana supaya pinjaman kami tidak terlalu terpengaruh dari kenaikan suku bunga,” kata Ian di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Rabu.
Menurut Ian, jumlah pinjaman anak usaha Telkom Indonesia di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi ini juga tidak terlalu besar, bahkan perseroan melakukan pelunasan di tengah kondisi cost yang tinggi saat ini. Dia menjelaskan, saat ini pinjaman perseroan didominasi oleh suku bunga fixed dengan komposisi sebesar 52 persen.
Dari sisi lender, pinjaman paling banyak berasal dari bank-bank Himbara dengan komposisi sebesar 45 persen kemudian disusul bank-bank swasta sebesar 43 persen dan bank-bank asing sebesar 8 persen.
“Ini semua (komposisi pinjaman dari sisi suku bunga dan lender) memang sangat berimbang. Jadi, perbankan yang menawarkan skema pinjaman yang paling efisien itu yang selalu kami manage,” ujar Ian.
Dia memastikan bahwa leverage ratio Mitratel berada pada posisi yang sehat di sepanjang enam bulan pertama 2024. Hal ini tercermin dari rasio debt to equity tercatat di level 0,4, kemudian debt to EBITDA di level 2,0 dan net debt to EBITDA di level 1,8. Leverage ratio ini, sebut Ian, berada di bawah rata-rata industri.
“Ini juga sebetulnya menunjukkan bahwa ketika bisnis ke depan akan terus berkembang, secara leverage kami masih siap sekali untuk terus berkembang untuk memanfaatkan leverage yang dimiliki sekarang untuk mengembangkan bisnis ke depan,” kata Ian.
Dia menambahkan, Mitratel juga akan menerbitkan obligasi (bond) berkelanjutan dengan kupon fixed yang ditawarkan 6,50 persen. Di samping itu, perseroan berencana menawarkan sukuk ijarah berkelanjutan yang akan diterbitkan tanpa warkat dan ditawarkan dengan nilai 100 persen dari jumlah sisa imbalan ijarah sebesar Rp10,01 miliar.
“Kami juga issue bond. Ini adalah Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) di mana ini juga untuk antisipasi pada saat bunga turun dan opsi kita luas, tidak hanya dari bank tapi kalau kita mau ke bond kita bisa langsung masuk ke market,” kata Ian.
Pada semester I 2024, Mitratel membukukan laba Rp1 triliun. Pendapatan (revenue) yang diraih Mitratel pada periode yang sama mencapai Rp4,45 triliun atau meningkat 7,8 persen (year-on-year/yoy) dan EBITDA mencapai Rp3,69 triliun atau meningkat 10,2 persen yoy. Namun net income Mitratel hanya tumbuh 4,1 persen yoy menjadi Rp1,06 triliun
Mitratel, pada semester pertama tahun ini, tercatat menguasai 54 persen pangsa pasar (market share) untuk menara dan 29 persen untuk serat optik (fiber optic). Pada periode yang sama, jumlah menara Mitratel tumbuh 5,1 persen yoy menjadi 38.581 unit dan panjang serat optik tumbuh 37,9 persen yoy menjadi 37.602 kilometer.
Di enam bulan pertama tahun ini, tenancy ratio Mitratel telah mencapai 1,52x atau meningkat dari yang sebelumnya 1,49x di semester I 2023. Perseroan menargetkan tenancy ratio dapat mencapai 1,56x sampai dengan akhir tahun 2024.
Baca juga: Mitratel bangun 19 menara berdesain kamuflase di kawasan inti IKN
Baca juga: Laba bersih Mitratel tembus Rp1 triliun pada semester I-2024
Baca juga: Mitratel bidik pendapatan dan EBITDA tumbuh high single digit di 2024
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: