Kepala BKKBN: Hamil sebelum 20 tahun berisiko lahirkan anak stunting
6 Agustus 2024 20:44 WIB
Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo memasang implan pada salah seorang akseptor saat berkunjung ke Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, Senin (5/8/2024). (ANTARA/HO-BKKBN)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional dr Hasto Wardoyo mengingatkan perempuan yang hamil sebelum berusia 20 tahun berisiko melahirkan anak stunting.
"Jika perempuan sudah umur 35 tahun ke atas sebaiknya tidak hamil lagi karena berisiko bagi anak dan ibu, serta berpotensi melahirkan anak stunting sangat tinggi. Jangan juga hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun karena berpotensi hal yang sama," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan hal tersebut pada kunjungan kerja ke Provinsi Aceh dalam rangka fasilitasi intensifikasi serta integrasi pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (KBKR) di wilayah khusus Kabupaten Aceh Singkil pada Senin (5/8).
Baca juga: Dokter jelaskan pentingnya beri ASI eksklusif dibanding susu formula
Ia menyoroti rata-rata perempuan di Kabupaten Aceh Singkil yang hamil dengan jarak kelahiran berdekatan.
"Supaya anak tidak stunting, perlu dijaga betul jarak antar-kelahiran. Kalau kurang dari tiga tahun, stunting berpotensi sangat tinggi, maka dari itu, kontrasepsi (KB) penting untuk mencegah jarak antaranak yang sangat pendek, kurang dari tiga tahun," ucapnya.
Ia menyebutkan di Kabupaten Aceh Singkil masih terdapat perkawinan usia dini yang kurang dari 20 tahun.
"Lumayan, ada 30 orang per 1000. Jadi, yang perlu kita usahakan KB-nya dulu. Untuk meraih Indonesia Emas, Aceh Singkil perlu upaya keras, dan jika diusahakan dengan keras maka nanti di tahun 2045 dapat menyentuh bonus demografi, tapi harus didesain dari sekarang," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Hasto juga memasang implan KB kepada salah seorang akseptor.
Penjabat Bupati Aceh Singkil Azmi menyebutkan program KBKR penting untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga.
"Kami akan terus gencar mengenai KB dan berbagai kegiatan di desa dan kecamatan untuk menerapkan kesehatan reproduksi," katanya.
Melalui program tersebut, ia menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarpemerintah dan masyarakat yang menjadi kunci keberhasilan program KB.
"Kita akan terus berkolaborasi, semua aspek dalam masyarakat perlu berkolaborasi dan integritas sangat penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesejahteraan keluarga," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UGM eksplorasi "superfood" pencegah stunting dari mikroalga
Baca juga: Satwapres: Penting lakukan pencegahan untuk tekan angka stunting
Baca juga: BKKBN: Kader ujung tombak pendataan keluarga yang dimulai hari ini
"Jika perempuan sudah umur 35 tahun ke atas sebaiknya tidak hamil lagi karena berisiko bagi anak dan ibu, serta berpotensi melahirkan anak stunting sangat tinggi. Jangan juga hamil terlalu muda kurang dari 20 tahun karena berpotensi hal yang sama," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan hal tersebut pada kunjungan kerja ke Provinsi Aceh dalam rangka fasilitasi intensifikasi serta integrasi pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (KBKR) di wilayah khusus Kabupaten Aceh Singkil pada Senin (5/8).
Baca juga: Dokter jelaskan pentingnya beri ASI eksklusif dibanding susu formula
Ia menyoroti rata-rata perempuan di Kabupaten Aceh Singkil yang hamil dengan jarak kelahiran berdekatan.
"Supaya anak tidak stunting, perlu dijaga betul jarak antar-kelahiran. Kalau kurang dari tiga tahun, stunting berpotensi sangat tinggi, maka dari itu, kontrasepsi (KB) penting untuk mencegah jarak antaranak yang sangat pendek, kurang dari tiga tahun," ucapnya.
Ia menyebutkan di Kabupaten Aceh Singkil masih terdapat perkawinan usia dini yang kurang dari 20 tahun.
"Lumayan, ada 30 orang per 1000. Jadi, yang perlu kita usahakan KB-nya dulu. Untuk meraih Indonesia Emas, Aceh Singkil perlu upaya keras, dan jika diusahakan dengan keras maka nanti di tahun 2045 dapat menyentuh bonus demografi, tapi harus didesain dari sekarang," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Hasto juga memasang implan KB kepada salah seorang akseptor.
Penjabat Bupati Aceh Singkil Azmi menyebutkan program KBKR penting untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga.
"Kami akan terus gencar mengenai KB dan berbagai kegiatan di desa dan kecamatan untuk menerapkan kesehatan reproduksi," katanya.
Melalui program tersebut, ia menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarpemerintah dan masyarakat yang menjadi kunci keberhasilan program KB.
"Kita akan terus berkolaborasi, semua aspek dalam masyarakat perlu berkolaborasi dan integritas sangat penting untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesejahteraan keluarga," katanya.
Baca juga: Mahasiswa UGM eksplorasi "superfood" pencegah stunting dari mikroalga
Baca juga: Satwapres: Penting lakukan pencegahan untuk tekan angka stunting
Baca juga: BKKBN: Kader ujung tombak pendataan keluarga yang dimulai hari ini
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024
Tags: