Moskow (ANTARA News) - Sekitar 50.000 orang melakukan unjuk rasa di tengah kota Moskow Sabtu untuk memprotes intervensi Rusia di Ukraina, sehari sebelum pemungutan suara di semenanjung Krimea untuk menentukan apakah akan bergabung dengan Rusia.

Dengan membawa bendera Ukraina dan Rusia dan meneriakkan slogan anti-pemerintah di Kiev, para demonstran mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin menarik pasukan dari konfrontasi seperti yang terjadi Perang Dingin.

Para pengnujuk rasa membawa plaat-plakat bertuliskan "Putin, ke luar dari Ukraina" dan lain-lainnya yang menyebut tindakan Rusia di Krimea sama dengan aneksasi Sudetentaland leh Nazi saat Eropa masuk Perang Dunia II.

Banyak pemrotes bernyanyi dan meneriakkan slogan pemberontakan rakyat Ukraina yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych bulan lalu.

Profesor Yelena Orlova (47 tahun) mengaku tidak mengharapkan unjuk rasa itu akan mengubah sikap pemerintahnya, tetapi yakin adalah kewajibannya untuk berbicara.

"Saya tidak setuju dengan kebijakan Putin," katanya kepada AFP. "Saya menentang pencaplokan Krimea. Saya kira Rusia harus menghormati perbatasan-perbatasan Ukraina."

Setelah unjuk rasa itu, para demonstran berkumpul di Prospekt Sakharova, lokasi unjuk rasa besar-besaran anti-Putin yang melanda Rusia tahun 2011-2012.

"Kita adalah patriot-patriot dan Putin adalah musuh Rusia," kata pegiat Ilya Yashn dari podium. "Ukraina adalah negara sahabat dan kita tidak akan mengizinkan mereka (pemerintah) menggerakkan kita ke dalam perang yang membunuh saudara."

Satu tim AFP dalam unjuk rasa itu mengatakan para peserta segera bertambah banyak dari semula 5.000 pada sekitar pukul 14.00 waktu setempat (17.00 WIB) menjadi sekitar 50.000 orang dua jam kemudian.

Satu helikopter terbang rendah sementara sejumlah pengunjuk rasa meneriakkan "Musuh utama adalah Kremlin. Tidak pada fasisme, tidak pada imperialisme," demikian AFP.

(H-RN/H-AK)