BI mewaspadai peredaran uang palsu jelang pemilu
14 Maret 2014 19:53 WIB
ilustrasi Petugas Bank Indonesia menunjukkan perbedaan uang Rupiah asli dengan uang palsu dengan lampu tester saat sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) di Pasar Kreneng, Denpasar, Jumat (14/3). (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Medan (ANTARA News) - Bank Indonesia mengakui meski temuan uang palsu di Sumatera Utara belum mengkhawatirkan atau sebesar Rp13.760.000 di Februari, namun kemungkinan terjadinya peningkatan menjelang Pemilu masih tetap diwaspadai.
"Seperti halnya peredaran uang, uang palsu sebenarnya juga tidak ada kaitan dengan Pemilu. Tapi begitupun peredaran uang palsu itu tetap diwaspadai karena mendekati Pemilu biasanya aktivitas perekonomian meningkat," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah IX (Sumut-Aceh), Difi A Johansyah di Medan, Jumat.
Untuk itu sosialisasi soal uang dan cara mendeteksi sederhana keaslian/palsunya uang itu yakni dengan dilihat, diraba, diterawang terus dilakukan.
Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang pentingnya pengurangan penggunaan uang tunai dengan cara menggunakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK).
Ia menambahkan, temuan uang palsu pada Februari 2014 tercatat sebesar Rp13,760 juta terdiiri atas 71 lembar pecahan Rp100.000, sebanyak 125 lembar pecahan Rp50.000, 19 lembar uang Rp20.000 dan tiga lembar pecahan Rp10.000.
Temuan uang palsu itu menurun 10,29 pesen dibandingkan posisi Januari 2014. Namun meski menurun dibandingkan posisi Januari, tetapi temuan uang palsu di Februari itu jauh lebih tinggi dari jumlah di akhir 2013 yang hanya sebesar Rp6,905 juta dan itu harus diwaspadai.
Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, peredaran uang palsu perlu diwaspadai di wilayah jauh dari perkotaan dan termasuk saat menjelang Pemilu.
Pada Pemilu di mana banyak aktivitas perekonomian meningkat seperti pembuatan atribut, penjualan makanan dan minuman, peredaran uang palsu itu harus diwaspadai.
"Sosialisasi, pengawasan ketat dan kerja sama erat khususnya dengan pihak kepolisan memang sangat diperlukan untuk menekan peredaran uang palsu itu,"katanya.
(E016/S004)
"Seperti halnya peredaran uang, uang palsu sebenarnya juga tidak ada kaitan dengan Pemilu. Tapi begitupun peredaran uang palsu itu tetap diwaspadai karena mendekati Pemilu biasanya aktivitas perekonomian meningkat," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah IX (Sumut-Aceh), Difi A Johansyah di Medan, Jumat.
Untuk itu sosialisasi soal uang dan cara mendeteksi sederhana keaslian/palsunya uang itu yakni dengan dilihat, diraba, diterawang terus dilakukan.
Bank Indonesia juga melakukan sosialisasi tentang pentingnya pengurangan penggunaan uang tunai dengan cara menggunakan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK).
Ia menambahkan, temuan uang palsu pada Februari 2014 tercatat sebesar Rp13,760 juta terdiiri atas 71 lembar pecahan Rp100.000, sebanyak 125 lembar pecahan Rp50.000, 19 lembar uang Rp20.000 dan tiga lembar pecahan Rp10.000.
Temuan uang palsu itu menurun 10,29 pesen dibandingkan posisi Januari 2014. Namun meski menurun dibandingkan posisi Januari, tetapi temuan uang palsu di Februari itu jauh lebih tinggi dari jumlah di akhir 2013 yang hanya sebesar Rp6,905 juta dan itu harus diwaspadai.
Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, peredaran uang palsu perlu diwaspadai di wilayah jauh dari perkotaan dan termasuk saat menjelang Pemilu.
Pada Pemilu di mana banyak aktivitas perekonomian meningkat seperti pembuatan atribut, penjualan makanan dan minuman, peredaran uang palsu itu harus diwaspadai.
"Sosialisasi, pengawasan ketat dan kerja sama erat khususnya dengan pihak kepolisan memang sangat diperlukan untuk menekan peredaran uang palsu itu,"katanya.
(E016/S004)
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: