Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Lalu urutan ke tujuh Riyadh, Arab Saudi di angka 97, urutan ke delapan Dubai, Uni Emirat Arab di angka 97 dan urutan ke sembilan Kuwait City, Kuwait di angka 93, urutan ke sepuluh Manama, Bahrain di angka 84.
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sebelumnya, mengklaim telah memperbanyak Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) untuk mengidentifikasi sumber polusi udara di Jakarta sehingga penanganan masalah tersebut bisa maksimal.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan DLH DKI menambah dua mobil kabut air (watermist) sebagai salah satu upaya untuk menekan polusi udara di Jakarta.
Mobil ini memiliki kemampuan menyiram dengan jangkauan 50 meter dan kapasitas tanki air 5.000 liter.
"Ke depannya untuk kebijakan 'watermist' itu kami akan coba dikuatkan dengan peraturan gubernur," ujarnya.
Baca juga: Kualitas udara DKI pada Senin pagi tak sehat bagi kelompok sensitif
Baca juga: Kualitas udara Jakarta tidak sehat untuk yang sensitif pada Minggu