Unpad-Universitas di Italia kaji pengurangan bahaya rokok bagi manusia
5 Agustus 2024 19:38 WIB
Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Prof Amaliya (kiri) dan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Catania Prof Riccardo Polosa (kanan). (ANTARA/HO-Universitas Padjadjaran)
Jakarta (ANTARA) - Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Catania, Italia mengkaji konsep pengurangan bahaya (harm reduction) rokok dan tembakau pada manusia, untuk menjadi referensi bagi pemerintah dalam upaya menekan prevalensi merokok di Indonesia.
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Catania Prof Riccardo Polosa melalui keterangan di Jakarta, Senin mengatakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan lebih rendah risiko karena tidak melalui proses pembakaran (non-combustible) yang menghasilkan TAR.
"Penting untuk diketahui bahwa penyebab dampak kesehatan dari merokok sebenarnya disebabkan oleh pembakaran yang menghasilkan TAR, bukan zat nikotin itu sendiri," kata Riccardo.
Riccardo yang juga pendiri The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR), Universitas Catania itu menjelaskan produk tembakau alternatif bisa jadi cara untuk menghindari konsekuensi dari pembakaran yang berbahaya dan berkontribusi terhadap pengurangan risiko akibat merokok.
"Studi ini punya tujuan menjalin kemitraan yang bermanfaat dengan universitas dan pusat penelitian internasional. CoEHAR sebagai leading centre melakukan pertukaran mahasiswa antaruniversitas dengan memberikan pelatihan terkait studi pengurangan bahaya selama beberapa minggu untuk mempelajari teknik penelitian dan mendorong kolaborasi penelitian baru," ucapnya.
Baca juga: 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi pakai ganja
Sementara, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Prof Amaliya menyampaikan konsep harm reduction sangat relevan dengan kesehatan gigi dan mulut, terutama dampak dari kebiasaan merokok.
Hal ini, jelas dia, disebabkan perokok menghisap rokok dimulai melalui mulut, dan hisapannya menyebar ke gigi dan rongga mulut, yang telah terbukti mampu meminimalkan zat-zat berbahaya melalui hasil studinya yang bertajuk "Nikotin dan Respon Gusi Pada Pengguna Vape vs Perokok Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan" yang dipublikasikan pada 2021 lalu.
Selain berbagai riset tersebut, Amaliya juga menyebutkan pihaknya juga telah bekerja sama dalam melakukan kolaborasi riset SMILE Study di Indonesia dan Italia, di mana kedua kampus juga menyediakan program pelatihan untuk berbagi pengetahuan dan menjalin jaringan laboratorium internasional.
Di samping itu, lanjutnya, Unpad juga melakukan kolaborasi riset antarlaboratorium yang membandingkan produk tembakau alternatif dengan rokok. Riset ini mereplikasi hasil penelitian in-vitro bersama kajian ilmiah dari Italia, Yunani, Amerika Serikat, Serbia dan Oman.
"Hasil risetnya bisa menjadi referensi bagi pemerintah sebagai upaya mengatasi masalah merokok. Ke depannya, bukan hanya riset masalah merokok, tetapi juga bisa masalah lainnya dengan kajian pengurangan bahaya," tutur Amaliya.
Baca juga: Risiko penyakit akibat rokok elektronik sama dengan rokok konvensional
Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Catania Prof Riccardo Polosa melalui keterangan di Jakarta, Senin mengatakan produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan lebih rendah risiko karena tidak melalui proses pembakaran (non-combustible) yang menghasilkan TAR.
"Penting untuk diketahui bahwa penyebab dampak kesehatan dari merokok sebenarnya disebabkan oleh pembakaran yang menghasilkan TAR, bukan zat nikotin itu sendiri," kata Riccardo.
Riccardo yang juga pendiri The Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR), Universitas Catania itu menjelaskan produk tembakau alternatif bisa jadi cara untuk menghindari konsekuensi dari pembakaran yang berbahaya dan berkontribusi terhadap pengurangan risiko akibat merokok.
"Studi ini punya tujuan menjalin kemitraan yang bermanfaat dengan universitas dan pusat penelitian internasional. CoEHAR sebagai leading centre melakukan pertukaran mahasiswa antaruniversitas dengan memberikan pelatihan terkait studi pengurangan bahaya selama beberapa minggu untuk mempelajari teknik penelitian dan mendorong kolaborasi penelitian baru," ucapnya.
Baca juga: 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi pakai ganja
Sementara, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Prof Amaliya menyampaikan konsep harm reduction sangat relevan dengan kesehatan gigi dan mulut, terutama dampak dari kebiasaan merokok.
Hal ini, jelas dia, disebabkan perokok menghisap rokok dimulai melalui mulut, dan hisapannya menyebar ke gigi dan rongga mulut, yang telah terbukti mampu meminimalkan zat-zat berbahaya melalui hasil studinya yang bertajuk "Nikotin dan Respon Gusi Pada Pengguna Vape vs Perokok Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan" yang dipublikasikan pada 2021 lalu.
Selain berbagai riset tersebut, Amaliya juga menyebutkan pihaknya juga telah bekerja sama dalam melakukan kolaborasi riset SMILE Study di Indonesia dan Italia, di mana kedua kampus juga menyediakan program pelatihan untuk berbagi pengetahuan dan menjalin jaringan laboratorium internasional.
Di samping itu, lanjutnya, Unpad juga melakukan kolaborasi riset antarlaboratorium yang membandingkan produk tembakau alternatif dengan rokok. Riset ini mereplikasi hasil penelitian in-vitro bersama kajian ilmiah dari Italia, Yunani, Amerika Serikat, Serbia dan Oman.
"Hasil risetnya bisa menjadi referensi bagi pemerintah sebagai upaya mengatasi masalah merokok. Ke depannya, bukan hanya riset masalah merokok, tetapi juga bisa masalah lainnya dengan kajian pengurangan bahaya," tutur Amaliya.
Baca juga: Risiko penyakit akibat rokok elektronik sama dengan rokok konvensional
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: