Presiden disarankan sewa 100 Hercules untuk Sumatera
13 Maret 2014 19:09 WIB
ilustrasi Alih Fungsi Lahan Hutan Warga melakukan evakuasi setelah lahan pemukimannya terancam terbakar akibat hutan yang terbakar di desa Pelintung, Medang Kampai, Dumai, Riau, Rabu, (12/3). Kebakaran hutan Riau diperkirakan akan semakin meluas bila sampai akhir pekan nanti hujan tidak turun di wilayah provinsi itu. (ANTARA FOTO/Aswady Hammid) ()
Pekanbaru (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum Kadin Provinsi Riau Viator Butarbutar menyarankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyewa 100 pesawat Hercules berikut peralatan terbaik dari luar negeri guna memadamkan kebakaran hutan dan lahan serta melenyapkan kabut asap di Sumatera.
"Melihat kondisi kabut asap di Provinsi Riau tidak akan mempan diatasi hanya dengan satu pesawat Hercules C-130, sebaiknya Presiden menyewa alat lebih banyak lagi, dan Riau kini membutuhkan 100 pesawat, bukan satu, " kata Viator di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan itu terkait Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho bahwa satu pesawat Hercules C-130 dijadwalkan akan tiba di Kota Pekanbaru pada Jumat (14/3) untuk membantu pemadaman kebakaran di Provinsi Riau.
Menurut dia, Pemerintah Pusat sama sekali belum menunjukkan keseriusannya menangani bencana asap dan pencemaran udara yang sudah level sangat berbahaya itu di Riau.
Dengan kebijakan hanya mengirim satu Hercules C-130 itu, katanya lagi, BNPB terkesan justru sekedar bertindak saja masa satu provinsi hanya dilayani 6 helikopter dan satu Cassa bagaimana api mau padam dengan kondisi lahan terbakar seluas itu?
"Pemerintah belum serius membantu Riau, buktinya ini baru dikirim satu Hercules padahal setelah seminggu lalu dijanjikan itu," katanya,
Ia menilai keseriusan pemerintah diragukan dalam menanggapi tindakan tanggap darurat sama sekali.
Kini, katanya, 55 ribu jiwa terkena ISPA, jika persoalan kabut asap Riau belum tuntas akan menyusul korban-korban lain dengan akibat yang lebih serius karena terinfeksi kabut asap.
Harusnya pemerintah juga segera menetapkan darurat pencemaran udara sehingga daerah provinsi lainnya dan pusat bisa sama-sama bergerak memberikan bantuan kemanusiaan dan pengobatan gratis bagi yang sakit akibat pencemaran tersebut.
"Pemberian bantuan tabung oksigen di samping masker saat ini sangat dibutuhkan, juga evakuasi korban dari terdampak bahaya dan lainnya," katanya.
Oleh karena itu sebagai tindak penyelesaiannya pemerintah harus sungguh-sungguh dan segera beraksi, memadamkan api dan melenyapkan asap.
"Jika tidak cukup petugas di darat, maka bisa digalang relawan dari masyarakat dan saatnya Riau bahu membahu semua agar bencana ini segera terselesaikan," katanya.
Semakin lamban penangannya, kata Viator, maka diyakini akan semakin banyak masyarakat yang menjadi korban, kerugian materil dan moril akan semakin besar. (*)
"Melihat kondisi kabut asap di Provinsi Riau tidak akan mempan diatasi hanya dengan satu pesawat Hercules C-130, sebaiknya Presiden menyewa alat lebih banyak lagi, dan Riau kini membutuhkan 100 pesawat, bukan satu, " kata Viator di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan itu terkait Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho bahwa satu pesawat Hercules C-130 dijadwalkan akan tiba di Kota Pekanbaru pada Jumat (14/3) untuk membantu pemadaman kebakaran di Provinsi Riau.
Menurut dia, Pemerintah Pusat sama sekali belum menunjukkan keseriusannya menangani bencana asap dan pencemaran udara yang sudah level sangat berbahaya itu di Riau.
Dengan kebijakan hanya mengirim satu Hercules C-130 itu, katanya lagi, BNPB terkesan justru sekedar bertindak saja masa satu provinsi hanya dilayani 6 helikopter dan satu Cassa bagaimana api mau padam dengan kondisi lahan terbakar seluas itu?
"Pemerintah belum serius membantu Riau, buktinya ini baru dikirim satu Hercules padahal setelah seminggu lalu dijanjikan itu," katanya,
Ia menilai keseriusan pemerintah diragukan dalam menanggapi tindakan tanggap darurat sama sekali.
Kini, katanya, 55 ribu jiwa terkena ISPA, jika persoalan kabut asap Riau belum tuntas akan menyusul korban-korban lain dengan akibat yang lebih serius karena terinfeksi kabut asap.
Harusnya pemerintah juga segera menetapkan darurat pencemaran udara sehingga daerah provinsi lainnya dan pusat bisa sama-sama bergerak memberikan bantuan kemanusiaan dan pengobatan gratis bagi yang sakit akibat pencemaran tersebut.
"Pemberian bantuan tabung oksigen di samping masker saat ini sangat dibutuhkan, juga evakuasi korban dari terdampak bahaya dan lainnya," katanya.
Oleh karena itu sebagai tindak penyelesaiannya pemerintah harus sungguh-sungguh dan segera beraksi, memadamkan api dan melenyapkan asap.
"Jika tidak cukup petugas di darat, maka bisa digalang relawan dari masyarakat dan saatnya Riau bahu membahu semua agar bencana ini segera terselesaikan," katanya.
Semakin lamban penangannya, kata Viator, maka diyakini akan semakin banyak masyarakat yang menjadi korban, kerugian materil dan moril akan semakin besar. (*)
Pewarta: Frislidia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: