Bishkek, Kirgistan (ANTARA News) - Kyrgistan, negara Asia Tegah eks Uni Soviet yang paling terbuka, mengaku prihatin atas peristiwa yang terjadi di Ukraina dan menyatakan tidak lagi mengakui Viktor Yanukovych sebagai presiden Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Kyrgistan di Bishkek menyampaikan dukungan implisit kepada pemerintahan pro-Barat di Kiev setelah Yanukovych menegaskan dia masih presiden sah Ukraina.

"Kyrgistan memahami keprihatian komunitas global dalam kaitannya dengan eskalasi ketegangan di Ukraina," kata kementerian itu seperti dikutip Reuters.

"Kyrgistan mengutuk setiap aksi yang ditujukan untuk mendestabilisasi situasi di Ukraina, untuk itu kami menganggap pernyataan Viktor Yanukovych tanggal 11 Maret itu sebagai tidak layak dan tidak tepat," sambung Kementerian Luar Negeri Kyrgistan.

Di Rostov-On-Don, Yanukovych menegaskan bahwa dia bukan hanya Presiden Ukraina sah satu-satunya namun juga panglima tertinggi angkatan bersenjata dan dia bersumpah untuk kembali ke Kiev begitu situasi mendukungnya.

Tapi Kyrgistan mengutuk klaim ini dengan mengatakan, "Satu-satunya sumber kekuasaan di setiap negara adalah rakyat. Seorang presiden tidak sah jika dia sama sekali tak lagi dipercaya rakyatnya dan meninggalkan kepresidenan, khususnya ketika dia meninggalkan negerinya sendiri."

Pemerintah Bishkek berusaha menjalin hubungan yang seimbang dengan Barat dan Rusia di mana baik AS maupun Rusia mempunyai pangkalan militer di negeri ini, demikian Reuters.