Jakarta (ANTARA News) - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) periode 2002--2005, Jenderal TNI (Purn) Ryamizad Ryacudu mengharapkan pimpinan TNI terus melakukan sosialisasi tentang netralitas TNI kepada prajuritnya di seluruh Indonesia agar TNI profesional dalam pelaksanaan Pemilu 2014 nanti.

"Jangan sekedar ucapan saja bahwa TNI netral dalam Pemilu 2014. Kalau ucapan saja, nenek-nenek juga bisa. Yang patut dilakukan adalah sosialisasi kepada seluruh prajurit yang ada di berbagai wilayah di Indonesia tentang netralitas TNI. Kalau ada yang terlibat harus dikenakan sanksi tegas," kata Ryamizard saat silaturahmi dengan sejumlah wartawan, di Jakarta, Selasa.

Ia berharap pimpinan TNI saat ini bisa mencontoh dirinya, dimana dirinya sering melakukan sosialisasi kepada prajuritnya tentang netralitas TNI pada Pemilu 2004 lalu.

Saat dia menjabat Kasad dan kala itu Megawati menjabat presiden, Ryamizard bertemu dengan Megawati. Di hadapan Mega, dia mengaku mengatakan dengan tegas prajuritnya akan membela dan tunduk dibawah presiden.

"Namun saya tegaskan ke bu Mega, meski Ibu Mega Ketua Umum PDIP, TNI tidak akan membela PDIP karena kami netral," tuturnya.

Ryamizard juga menceritakan, saat dirinya menjabat Danrem dan masih berpangkat Kolonel, seluruh prajurit TNI diminta oleh Kasad untuk mendukung Golkar. Apalagi, saat itu Presiden Soeharto masih berada di puncak pimpinan.

"TNI disuruh berjaket kuning. Tetapi saya malah ngelawan. Saya suruh anak buah saya jangan pakai jaket kuning karena TNI itu hijau atau loreng," katanya.

Anak buahnya pun sempat bingung lantaran perintah penggunaan jaket kuning itu atas suruhan Kasad kala itu. "Saya bilang lagi, kalau Kasad marah dan mau pecat, saya yang akan dipecat bukan kalian. Akhirnya mereka nurut ke saya dan Kasad ataupun Soeharto tidak marah ke saya," katanya.

Oleh karena itu, dirinya meminta kepada pimpinan TNI agar berani tegas ke Presiden bukan hanya ke masyarakat. "Kalau mau beneran netral ikuti cara saya. Saya sudah pesan ke Kasad saat ini," ucapnya.(*)