Beijing (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, Sabtu, menegaskan, negaranya akan mempertahankan dengan sekuat tenaga kedaulatannya pun tidak ada ruang bagi kompromi dengan Jepang menyangkut wilayah atau sejarah.

"Kami belum pernah menggertak negara lebih kecil. Kami tidak akan pernah menerima tuntutan tidak masuk akal dari negara lebih kecil," kata Wang, kepada wartawan.

"Mengenai masalah masalah wilayah dan kedaulatan, sikap China tegas dan jelas: Kami tidak akan melakukan tindakan apapun yang bukan keinginan kami, tetapi kami akan mempertahankan setiap inci wilayah milik kami," katanya.

China secara terang-terangan dan agresif mengklaim sepihak hampir semua Laut China Selatan sebagai milik sahnya, dan juga mengerahkan militernya untuk itu. China juga meningkatkan belanja militernya secara signifikan, menjadi 122 miliar dolar Amerika Serikat pada 2014.


Klaim China itu bertentangan dengan upaya sama dari empat anggota ASEAN, Filipina, Viet Nahm, Brunei Darussalam, dan Malaysia, plus Taiwan. Filipina menamakan sebagian wilayah Laut China Selatan sebagai Laut Filipina Barat.




Dengan Jepang, China menghadapi konflik atas kepemilikan Kepulauan Senkaku di Laut China Timur. Sengketa dengan Tokyo terutama terlibat dendam sejarah antara dua negara menyangkut invansi Jepang atas China pada dasawarsa '30-an sampai 40-an.

Ketegangan antara dua negara itu meningkat sejak 2012 saat Tokyo membeli pulau-pulau Senkaku dari para pemilik swasta Jepang. Beijing menerapkan sikap garis keras yang meningkat mengenai masalah tersebut sejak saat itu.

Kapal dan pesawat dari kedua negara secara reguler mematroli perairan sekitar perairan yang disengketakan dan pada beberapa kesempatan nyaris terlibat bentrokan senjata.

Beberapa pejabat, termasuk Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyebut sengketa itu dalam konteks Perang Dunia I, ketika negara-negara Eropa Jerman dan Inggris terlibat perang.

Wang, seorang diplomat kawakan yang pernah bertugas di kedutaan besar China di Tokyo dan fasih berbahasa Jepang, mengabaikan pembandingan itu pada saat jumpa wartawan itu.

"Saya ingin menegaskan, 2014 bukanlah 1914, masih kurang1894. 1894 awal dari Perang China-Jepang Pertama yang berakhir dengan kemenangan Jepang 1895, yang merupakan kebangkitan negara itu sebagai satu kekuatan regional setelah lebih dari dua abad terkucil.

Amerika Serikat, China, dan Jepang adalah tiga negara ekonomi terbesar dunia, sementara Tokyo memiliki satu perjanjian keamanan dengan Washington, yang adalah satu perjanjian mengikat untuk membela Jepang jika diserang.

Wang menjadi menteri luar negeri China pada Maret tahun lalu, saat Chia merampungkan satu transisi kepemimpinan sekali sepuluh tahun di mana Sekjen Partai Komunis, Xi Jinping, menjadi presiden negara itu.