Selain itu, pendapatan perusahaan mencapai Rp4,45 triliun, meningkat 7,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
"Pertumbuhan pendapatan dipacu oleh kuatnya kinerja operasional yang terlihat pada peningkatan jumlah menara, pertumbuhan tenant, dan penggelaran fiber optic,” kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko yang akrab dipanggil Teddy, di Jakarta, Senin.
Teddy menuturkan tenancy ratio membaik menjadi 1,52 kali dari posisi tahun sebelumnya sebesar 1,49 kali. Hal tersebut menunjukkan perseroan mampu mengoptimalkan aset dan berhasil menyelaraskan antara kebutuhan ekspansi dengan ketersediaan alat produksi.
Jumlah menara Mitratel mencapai 38.581 unit per akhir Juni 2024, bertambah 5,1 persen secara tahunan. Atas pencapaian tersebut, Mitratel mempertahankan posisinya sebagai pemilik menara terbanyak di Asia Tenggara.
Sementara panjang fiber optic mencapai 37.602 kilometer atau melonjak 37,9 persen pada kurun waktu yang sama.
Kenaikan jumlah menara dan fiber optic itu diimbangi dengan pertumbuhan jumlah penyewa yang mencapai 58.598 tenant, atau naik 7,1 persen yoy.
Perbaikan kinerja juga dipengaruhi oleh efisiensi dan perbaikan proses kerja dengan lebih mengoptimalkan teknologi. Digitalisasi yang diterapkan di berbagai lini, terutama pemasaran, memudahkan para penyewa dalam melakukan penyewaan menara dan fiber yang sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai hasilnya, laba sebelum pajak, bunga dan amortisasi (EBITDA) mencapai Rp3,69 triliun pada periode Januari hingga Juni 2024. Angka tersebut meningkat 10,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menunjukkan adanya peningkatan profitabilitas yang semakin baik.
Baca juga: Pefindo pertahankan peringkat idAAA untuk Mitratel
Baca juga: RUPST Mitratel setujui bagikan dividen Rp1,4 triliun