Joan melawan politik uang
5 Maret 2014 20:26 WIB
Aktivis yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil untuk Perempuan & Politik berunjuk rasa menolak peraturan KPU no 7 tahun 2013 tentang keterwakilan perempuan dalam partai di depan Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/4). (FOTO ANTARA/Yudhi Mahatma)
Gorontalo (ANTARA News) - Calon anggota legislatif (caleg) Partai Amanat Nasional (PAN) untuk DPRD Provinsi Gorontalo, Inday Joan Sanabe, siap melawan stigma orang setempat "Jabome gaya doi paralu", artinya bukan hanya gaya, uang yang diperlukan.
Menurut Joan, Rabu, tantangannya menghadapi pemilu legislatif tahun ini, adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya wajib pilih.
Ia yang pernah menjadi caleg DPRD kabupaten Gorontalo Utara tahun 2009 lalu mengaku, pencerahan demokrasi kepada masyarakat sangat penting, agar stigma ini tidak semakin mengakar dan melunturkan optimisme bangsa untuk melawan politik uang (money politic).
Masyarakat diberi pemahaman bahwa suaranya harus diberikan kepada orang yang tepat dan mampu memperjuangkan aspirasinya di parlemen.
Sehingga caleg yang dipilih, harus berkualitas, jujur dengan tidak mengandalkan politik uang. Selain itu memiliki komitmen yang tingga mewujudkan demokrasi Indonesia lewat pemilihan umum yang jujur dan adil.
"Saya tidak ingin menjadi caleg yang mengandalkan kekuatan tim sukses semata, sebab sebagai politisi perempuan dituntut tampil memberikan pendidikan yang mampu mengeluarkan rakyat dari jerat uang," ujarnya.
Ia sendiri menargetkan perolehan suara 11 ribu dari 11 kecamatan, agar bisa duduk sebagai anggota DPRD Provinsi mewakili masyarakat di tanah kelahirannya.
Menurut Joan, Rabu, tantangannya menghadapi pemilu legislatif tahun ini, adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya wajib pilih.
Ia yang pernah menjadi caleg DPRD kabupaten Gorontalo Utara tahun 2009 lalu mengaku, pencerahan demokrasi kepada masyarakat sangat penting, agar stigma ini tidak semakin mengakar dan melunturkan optimisme bangsa untuk melawan politik uang (money politic).
Masyarakat diberi pemahaman bahwa suaranya harus diberikan kepada orang yang tepat dan mampu memperjuangkan aspirasinya di parlemen.
Sehingga caleg yang dipilih, harus berkualitas, jujur dengan tidak mengandalkan politik uang. Selain itu memiliki komitmen yang tingga mewujudkan demokrasi Indonesia lewat pemilihan umum yang jujur dan adil.
"Saya tidak ingin menjadi caleg yang mengandalkan kekuatan tim sukses semata, sebab sebagai politisi perempuan dituntut tampil memberikan pendidikan yang mampu mengeluarkan rakyat dari jerat uang," ujarnya.
Ia sendiri menargetkan perolehan suara 11 ribu dari 11 kecamatan, agar bisa duduk sebagai anggota DPRD Provinsi mewakili masyarakat di tanah kelahirannya.
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014
Tags: