Polisi antisipasi "serangan fajar" Pemilu 2014
4 Maret 2014 17:55 WIB
Aksi Tolak Politik Uang. Warga yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Anti Politik Uang (GEMANG) membentangkan bendera merah putih berukuran 8x10 meter dalam aksi kampanye menentang politik uang di kawasan Nol Kilometer, Yogyakarta, Sabtu (1/3). Dalam aksi yang merupakan peringatan Serangan Umum Satu Maret tersebut Gemang mengajak masyarakat agar menentang segala bentuk politik uang dari partai politik maupun calon legislatif yang sedang berkampanye jelang Pemilu 2014. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan ()
Semarapura (ANTARA News) - Polisi dibekali pola antisipasi terhadap "serangan fajar" menjelang pemungutan suara pada Pemilu 2014 melalui Latihan Pra-Operasi Mantap Brata di Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa.
"Dalam latihan itu, anggota kami harus bisa mengantisipasi terjadinya serangan fajar yang berpotensi menimbulkan gejolak," kata Kepala Kepolisian Resor Klungkung, Ajun Komisaris Besar Ni Wayan Sri Yudatni Wirawati, di Semarapura.
Ia menyebutkan latihan tersebut diikuti oleh 154 personel yang berlangsung selama empat hari dengan pemateri dari Panwaslu dan KPU serta perwira polisi.
"Ada 12 meteri di dalam kelas yang diberikan kepada anggota kami," kata Kapolres.
Selain itu, mereka juga dibekali mengenai tata cara mencoblos, pelanggaran pencoblosan, penyelidikan, penyidikan, penggunaan senjata api, dan pengendalian massa.
"Pembekalan ini sangat perlu karena polisi menjadi agen sosialisasi pemilu. Kalau dulu mencoblos lebih dari satu tidak sah, maka sekarang sepuluh pun coblosan tetap sah asal masih dalam satu partai. Namun suara tersebut dihitung untuk partai," kata Wirawati.
Terkait peta kerawanan, Kapolres menyebutkan Kota Klungkung dan Nusa Penida. "Dinamika politik di dua wilayah ini sangat tinggi dan tingkat persaingan antarcaleg sangat ketat," ujarnya.
Meskipin demikian, pihaknya akan melakukan upaya preventif. "Tindakan represif baru akan dilakukan jika sangat sangat diperlukan," ujarnya. (*)
"Dalam latihan itu, anggota kami harus bisa mengantisipasi terjadinya serangan fajar yang berpotensi menimbulkan gejolak," kata Kepala Kepolisian Resor Klungkung, Ajun Komisaris Besar Ni Wayan Sri Yudatni Wirawati, di Semarapura.
Ia menyebutkan latihan tersebut diikuti oleh 154 personel yang berlangsung selama empat hari dengan pemateri dari Panwaslu dan KPU serta perwira polisi.
"Ada 12 meteri di dalam kelas yang diberikan kepada anggota kami," kata Kapolres.
Selain itu, mereka juga dibekali mengenai tata cara mencoblos, pelanggaran pencoblosan, penyelidikan, penyidikan, penggunaan senjata api, dan pengendalian massa.
"Pembekalan ini sangat perlu karena polisi menjadi agen sosialisasi pemilu. Kalau dulu mencoblos lebih dari satu tidak sah, maka sekarang sepuluh pun coblosan tetap sah asal masih dalam satu partai. Namun suara tersebut dihitung untuk partai," kata Wirawati.
Terkait peta kerawanan, Kapolres menyebutkan Kota Klungkung dan Nusa Penida. "Dinamika politik di dua wilayah ini sangat tinggi dan tingkat persaingan antarcaleg sangat ketat," ujarnya.
Meskipin demikian, pihaknya akan melakukan upaya preventif. "Tindakan represif baru akan dilakukan jika sangat sangat diperlukan," ujarnya. (*)
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: