Dalam rilis yang disiarkan di Jakarta, Sabtu, kegiatan yang berlangsung pada 26-27 Juli 2024 di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Jakarta tersebut merayakan solusi-solusi yang dilakukan oleh komunitas melalui kegiatan dan pertunjukan seni, talkshow bersama para ahli dan pemerhati isu iklim, serta pameran karya tulis.
Project Manager Climate Media Collaborative Oxfam di Indonesia Caecilia Galih mengatakan krisis iklim telah menjadi ancaman nyata bagi masyarakat di garis depan, yaitu para petani, nelayan, dan juga kelompok rentan termasuk perempuan dan penyandang disabilitas. Situasi tersebut jelas tidak bisa dibiarkan sehingga semua pihak harus mengambil bagian untuk mengubahnya.
“Oleh karenanya Oxfam di Indonesia bersama ASPPUK dan KRKP menjalankan proyek Climate Media Collaborative yang bertujuan untuk memperkuat suara masyarakat dalam membela hak-haknya terutama dalam upaya adaptasi, serta menciptakan perubahan bagi komunitas garis depan,” ujar Caecilia.
Para masyarakat di garis depan dan kelompok rentan, lanjutnya, mengalami dampak langsung dari perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Akan tetapi, suara mereka seringkali dilupakan dalam pengambilan keputusan dan kurang mendapatkan perhatian dari publik.
Pada kesempatan yang sama, salah satu local champion dari Desa Hewa, Flores Timur Maria Mone Soge mengatakan ancaman krisis iklim sangat nyata dan berpotensi menyebabkan krisis pangan.
“Di tengah ancaman krisis pangan yang melanda kita saat ini akibat perubahan iklim, generasi muda menjadi kunci penting dalam menjaga ketahanan pangan. Salah satu langkah mitigasi dan antisipasi yang perlu kita lakukan adalah terus membangun kesadaran iklim di kalangan petani muda,” jelas Shindy.
Shindy menambahkan anak muda sebagai petani penggerak perubahan harus mendapat pemahaman dan informasi yang cukup tentang cuaca dan iklim, agar bisa menyusun perencanaan strategi dan langkah-langkah apa yang harus disiapkan bila sewaktu-waktu terjadi kekeringan atau kondisi ekstrem seperti banjir dan lainnya yang bisa mengakibatkan gagal panen.
Selain itu, ia mengatakan perlunya dukungan dan kolaborasi berbagai kalangan karena perubahan tidak dapat dilakukan tanpa kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, sesama anak muda, maupun sektor swasta.
Sebagai informasi, "Pesta Iklim #MulaiDariLokal" yang menargetkan 100 orang peserta setiap harinya merupakan salah satu kegiatan yang diinisiasi dalam proyek Climate Media Collaborative untuk menghargai upaya mereka yang telah bekerja keras dalam beradaptasi dan melawan perubahan iklim, meningkatkan pemahaman serta dukungan pemerintah, organisasi masyarakat sipil (CSO), anak muda dan masyarakat luas untuk lebih peduli dan melakukan aksi bersama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Rangkaian acara tersebut terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu Pesta Iklim, Pesta Literasi dan Karya: Pameran interaktif yang menampilkan 32 artikel, 17 video, 20 podcast, serta 19 produk lainnya yang menunjukkan bagaimana krisis iklim mempengaruhi kehidupan masyarakat garis depan dan upaya adaptasi yang telah mereka lakukan.
Baca juga: Menteri LHK ingatkan RI hadapi tiga krisis global terkait lingkungan
Baca juga: Wapres: Atasi krisis iklim harus dengan inovasi dan prinsip keadilan