Bogor (ANTARA News) - Empat korban longsor tebingan di Kampung Gardu Ampera, Kelurahan Empang, Kota Bogor, Jawa Barat yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya dimakamkan secara bersama-sama di Tempat Pemakaman Umum Dreded, Senin.

Proses pemakaman empat korban longsor diikuti oleh seluruh warga di Kampung Gardu Ampera dan sanak saudara korban yang menghantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.

Jenazah keempat korban diantar menggunakan mobil ambulan dari Tagana dan bantuan Pemerintah Kota Bogor. Keempatnya dimakamkan secara bersama-sama yang kuburannya berjejer saling berdekatan.

Korban tewas adalah keluarga Hermansyah (32), istrinya Supiah (27) dan anaknya Muhammad Ihsan (8) setra Lutfi Alfiansah (4). Keempatnya ditemukan tewas tertimbun runtuhan rumahnya, yang tertimpa longsor tebingan dan turap yang ambrol.

Pantauan Antara di lokasi kejadian, rumah kontrakan milik korban berada di pinggir tebingan setinggi kurang lebih 20 meter yang sudah dibangun turap.

Kontrakan tersebut terdiri dari empat rumah, yang dihuni oleh empat kepala keluarga. Selain menghancurkan rumah korban yang rata dengan tanah, juga menghancurkan rumah milik Anwar. Namun beruntung Anwar beserta anak istri dan ibunya berhasil selamat dalam peristiwa tersebut.

"Saat longsor terjadi ada dua kepala keluarga yang tertimpa, satu rumah Hermansyah dan yang satunya rumah Bapak Anwar. Tetapi beruntung Bapak Anwar berhasil menyelamatkan diri beserta istri, anak dan ibunya," ujar Sersan Mayor Ronny Paslan, enggota Babinsa Kelurahan Empang.

Mayor Ronny menjelaskan, saat kejadian, keluarga Anwar berhasil menyelamatkan diri, namun keluarganya termasuk Anwa mengalami luka-luka karena tertimpa material tembok rumahnya yang ambruk.

Korban Anwar sempat menjalani perawatan medis di RS PMI Kota Bogor pada malam kejadian, dan kini sudah bisa pulang ke rumah keluarganya.

Menurut Mayor Ronny, peristiwa longsor terjadi Minggu sekitar pukul 20.30 WIB, saat hujan lebat mengguyur wilayah Kota Bogor. Sebelumnya, hujan telah mengguyur sejak Minggu sore, hingga malam.

Longsor diding turap tebing tersebut ambruk bersamaan saat petir besar menyambar. Sehingga banyak warga tidak menduga bahwa dinding turap ambruk dan menimpa rumah Hermansyah dan Anwar.

Namun, teriakan minta tolong Anwar didengar oleh dua tetangga lainnya yang menempati rumah kontarakan yang sama dengan kedua korban. Warga lalu berbondong-bondong menolong korban.

Sementara itu, posisi rumah korban Hemansyah yang berada menjorong kedalam ke arah tebing sementara hanya ada akses gang sempit yang bisa dilalui untuk mencoba mengevakuasi korban.

Material dinding turap dan dinding rumah korban hingga roboh dan menimbun Hermansyah beserta istri dan anaknya.

Sulitnya akses jalan, hujan yang masih mengguyur, beratnya material tembok menyulitkan tim SAR yang berjumlah sekitar 200 orang untuk menolong korban dan mengevakuasi secepatnya.

Korban baru berhasil dievakuasi pukul 23.00 WIB yang pertama ditemukan adalah Hemansyah. Lalu disusul pukul 02.00 WIB istri dan dua anak korban berhasil ditemukan berjarak tidak jauh dari posisi Hermansyah berada.

"Malam itu masih hujan, situasi juga sulit, korban tertibun tembok rumah dan tembok turap yang rubuh. Kami harus mengangkap material tembok untuk bisa mengevakuasi korban," ujar Mayor Ronny.

Peristiwa longsor menarik empati warga, atas meninggalnya satu keluarga dalam peristiwa longsor. Sejumlah warga juga menyayangkan hal tersebut terjadi.

"Ya kami namanya musibah kita tidak tahun, tapi kami khawatir juga ada longsor susulan karena tebingan ini. Kami berharap turap segera dibangun, agar tidak ada longsor susulan," ujar Rojiun (60) tetangga korban.