BNPB: Warga Halmahera Tengah masih mengungsi meski banjir sudah surut
26 Juli 2024 10:19 WIB
Arsip - Foto udara pemukiman warga yang terendam banjir di Desa Lukulamo, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, Senin (22/7/2024). Banjir yang terjadi sejak Minggu (21/7) akibat hujan deras itu menyebabkan Sungai Kobe meluap sehingga sebanyak empat desa terendam yaitu Desa Lukulamo, Lelilef Woebulan, Woekob dan Desa Woejerana. ANTARAFOTO/Andri Saputra/foc.
Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan warga korban banjir di Halmahera Tengah, Maluku Utara masih bertahan di pengungsian meskipun tinggi genangan air sudah mulai surut.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa ada sebanyak 1.726 orang warga masih menempati pengungsian yang tersebar di delapan lokasi sampai dengan Kamis (25/7).
Pusdalops BNPB mencatat kedelapan posko yang menampung pengungsi korban banjir itu berada di Kecamatan Weda Tengah. Terdiri atas Makodim 1512/Weda (331 jiwa), posko pengungsian Lukulamo (373 jiwa) dan posko pengungsian Lelilef (363 jiwa).
Selanjutnya posko pengungsian Trans Waleh (134 jiwa), posko pengungsian Desa Kobe (132 jiwa), posko pengungsian Gereja Sawai (173 jiwa), posko pengungsian Mako Brimob (315 jiwa), dan posko gedung Irawati (49 jiwa).
Menurutnya para warga tersebut mayoritas memilih bertahan di pengungsian sambil melangsungkan pembersihan tempat tinggal masing-masing dan proses normalisasi lingkungan setelah banjir bergotong-royong bersama petugas gabungan.
Meski begitu BNPB memastikan semua kebutuhan dasar bagi para korban terpenuhi setidaknya sampai dengan masa tanggap darurat banjir berakhir pada Senin (5/8) mendatang, dengan harapan tidak terjadi bencana susulan.
Para korban tersebut terpaksa harus mengungsi karena kampung atau desa mereka dilanda banjir setinggi lebih dari 1 meter pada Minggu (21/7).
Banjir yang diperparah oleh luapan air Sungai Kobe dan air pasang tersebut sempat melumpuhkan mobilitas masyarakat tujuh desa di dua kecamatan karena jalan utama tergenang air dan beberapa longsoran tanah. Namun sudah kembali dibuka untuk dilintasi kendaraan roda dua ataupun roda empat sejak Kamis (25/7) siang.
Kabupaten Halmahera Tengah termasuk wilayah yang rawan terhadap banjir. BNPB melalui hasil kajian Indeks Risiko Bencana Indonesia (inaRISK) mengidentifikasi sebanyak delapan kecamatan memiliki indeks bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi dan luas risiko mencapai 13.250 hektare.
Baca juga: Walhi minta tetapkan Halteng status darurat bencana
Baca juga: Tim TNI/Polri dan BPBD dikerahkan evakuasi korban banjir
Baca juga: Banjir dan longsor akibatkan jalan Weda – Patani terputus
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa ada sebanyak 1.726 orang warga masih menempati pengungsian yang tersebar di delapan lokasi sampai dengan Kamis (25/7).
Pusdalops BNPB mencatat kedelapan posko yang menampung pengungsi korban banjir itu berada di Kecamatan Weda Tengah. Terdiri atas Makodim 1512/Weda (331 jiwa), posko pengungsian Lukulamo (373 jiwa) dan posko pengungsian Lelilef (363 jiwa).
Selanjutnya posko pengungsian Trans Waleh (134 jiwa), posko pengungsian Desa Kobe (132 jiwa), posko pengungsian Gereja Sawai (173 jiwa), posko pengungsian Mako Brimob (315 jiwa), dan posko gedung Irawati (49 jiwa).
Menurutnya para warga tersebut mayoritas memilih bertahan di pengungsian sambil melangsungkan pembersihan tempat tinggal masing-masing dan proses normalisasi lingkungan setelah banjir bergotong-royong bersama petugas gabungan.
Meski begitu BNPB memastikan semua kebutuhan dasar bagi para korban terpenuhi setidaknya sampai dengan masa tanggap darurat banjir berakhir pada Senin (5/8) mendatang, dengan harapan tidak terjadi bencana susulan.
Para korban tersebut terpaksa harus mengungsi karena kampung atau desa mereka dilanda banjir setinggi lebih dari 1 meter pada Minggu (21/7).
Banjir yang diperparah oleh luapan air Sungai Kobe dan air pasang tersebut sempat melumpuhkan mobilitas masyarakat tujuh desa di dua kecamatan karena jalan utama tergenang air dan beberapa longsoran tanah. Namun sudah kembali dibuka untuk dilintasi kendaraan roda dua ataupun roda empat sejak Kamis (25/7) siang.
Kabupaten Halmahera Tengah termasuk wilayah yang rawan terhadap banjir. BNPB melalui hasil kajian Indeks Risiko Bencana Indonesia (inaRISK) mengidentifikasi sebanyak delapan kecamatan memiliki indeks bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi dan luas risiko mencapai 13.250 hektare.
Baca juga: Walhi minta tetapkan Halteng status darurat bencana
Baca juga: Tim TNI/Polri dan BPBD dikerahkan evakuasi korban banjir
Baca juga: Banjir dan longsor akibatkan jalan Weda – Patani terputus
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024
Tags: