Jakarta (ANTARA News) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, menginginkan Indonesia menerapkan pola kepemimpinan agama atau sebagaimana dilakukan para nabi.

"Pola kepemimpinan agama dengan menggunakan pendekatan persuasif bisa lebih langgeng," ujarnya pada Rakat Kerja Nasional (Rakernas) Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (PKB-PII), di Jakarta, Sabtu malam.

Politisi muda pengganti Luthfi Hasan Ishaq selaku Presiden PKS itu mengemukakan perbandingan antara pola kepemimpinan agama dengan menggunakan kekuasaan politik, yang dia identikan dengan kepemimpinan raja-raja.

Menurut dia, pola kepemimpinan agama yang juga melalui pendekatan syariah, jauh lebih lama bisa bertahan bila dibandingkan dengan kepemimpinan raja-raja, yang cenderung menggunakan kekuatan kekuasaan.

"Kita bisa melihat contoh masa raja-raja tempo dulu kekuasaan mereka tidak bertahan lama sebagaimana para nabi-nabi, karena pola kepemimpinan yang berbeda," lanjutnya.

Di hadapan peserta Rakernas PKB-PII yang berlangsung di The Sultan Hotel Jakarta, 1 Februari--3 Maret 2014 itu, dia juga mengungkapkan, ada tiga ketegangan yang kelihatannya di Indonesia belakangan ini.

"Tiga ketegangan tersebut, yaitu ketegangan antara relasi agama dan negara, pembangunan dan demokrasi, serta pusat dengan daerah," ujar mantan Sekjen Dewan Pimpinan Pusat PKS itu.

Mengenai pendidikan nasional, dia cenderung, ada pemisahan pembinaan antara pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi atau menjadi dua kementerian, sehingga bisa lebih fokus.

Sebeb menurut dia, pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pembaharuan pola pikir dan tindak manusia, seperti dalam hal karakteristik serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Pendidikan dasar dan menengah, merupakan dasar yang mesti menjadi perhatian besama dalam menjaga kepribadian generasi muda bangsa Indonesia," demikian Anis.

Konsep atau ide Anis Matta dalam pembenahan sistem pendidikan nasional Indonesia tersebut mendapat sambutan potisif peserta Rakernas PKB-PII, serta sejumlah tamu undangan yang hadir hingga larut malam itu.

Sebagai contoh mantan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Sofyan Djalil menyatakan, sependapat dengan Presiden PKS mengenai penataan pembangunan dunia pendidikan di Indonesia.

Begitu para peserta Rakernas lainnya, tidak terkecuali panel ahli pada acara yang bertajuk mencari "Calon Presiden Alternatif" itu, masing-masing Prof Didin S Damanhuri, serta Dr Mohammad Abduhzen M Hum.

Dalam Forum Kaji Gagas "Calon Presiden 2014--2019" yang dipandu Djyadi Hasan itu, juga hadir Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto dan menyampaikan konsepnya untuk penataan Indonesia ke depan.

(KR-SHN)