Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan pentingnya kesinambungan dalam pengembangan ekonomi biru di kawasan demi memastikan keuntungan sebesar-besarnya dari sektor tersebut dapat dinikmati oleh negara-negara ASEAN.

Dalam sesi pleno pertemuan ke-57 Menteri Luar Negeri se-ASEAN (AMM ke-57) di Vientiane, Laos, Kamis waktu setempat, Retno menyatakan bahwa potensi ekonomi biru kawasan Asia Tenggara sangat besar, bahkan mencapai 20 persen dari PDB se-ASEAN.

Data itu menunjukkan bahwa ASEAN tak boleh menyia-nyiakan potensi ekonomi biru dan harus memperkuat kolaborasi antara pemangku kepentingan.

“Karena itu, tahun lalu, pada saat keketuaan Indonesia, telah disepakati ASEAN Blue Economy Framework,” ucap Retno, seperti dikutip dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri RI.

Sebagai tindak lanjut dari kerangka ekonomi tersebut, Indonesia dan Laos menginisiasi pembentukan Satuan Tugas Ekonomi Biru ASEAN sebagai mekanisme lintas pilar organisasi untuk pengembangannya, ucap Retno.

Satgas tersebut, katanya, bertujuan memberikan panduan strategis dalam memanfaatkan potensi ekonomi biru ASEAN sebagai mesin pertumbuhan ekonomi baru yang berkelanjutan.

Menlu RI dalam sesi pleno AMM juga menegaskan pentingnya komitmen yang berkesinambungan dalam aspek pengembangan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), termasuk melalui kerja sama yang lebih konkret.

AOIP pun akan menjadi panduan bagi mewujudkan visi bersama menjadikan ASEAN sebagai motor bagi stabilitas dan perdamaian kawasan, termasuk di Indo-Pasifik.

Sementara itu di sela-sela AMM ke-57 pada Kamis, Retno juga melakukan tiga pertemuan bilateral, yaitu dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn, Menlu Rusia Sergei Lavrov, dan Menlu Inggris David Lammy -- yang baru dilantik.


Baca juga: Menlu RI tegaskan visi ASEAN harus jawab tantangan global masa depan

Baca juga: Menlu Retno: Pemajuan HAM jadi kunci masa depan ASEAN




Malaysia inginkan ASEAN jadi organisasi yang lebih aktif (bagian 2)