Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Media, IT, dan Advokasi Mohamad Syafi' Alielha atau akrab disapa Savic Ali menyebut pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) yang tepat dapat membantu masyarakat mencegah paham radikalisme.

Dia mengatakan, masyarakat internasional melakukan pengecekan fakta terhadap konten-konten yang dianggap janggal dengan teknologi terbaru. Menurutnya, hal itu bisa membantu menetralisir sebaran konten bohong atau yang menyesatkan.

“Sampai dengan saat ini, belum marak penyuntingan audio visual menggunakan teknik deepfake yang ditujukan khusus untuk sabotase atau aksi teror karena masih mudah untuk dibedakan mana produk asli dan mana yang buatan AI,” kata dia dalam keterangan tertulis Pusat Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang diterima di Jakarta, Kamis.

Ia pun mengatakan bahwa tren dalam berbagai bidang, termasuk supremasi hukum, saat ini menuju ke arah pemanfaatan AI. Dalam penanggulangan tindak kriminal, kata dia, AI juga digadang-gadang bisa memetakan pola kejahatan jauh sebelum tindakannya terjadi.

“AI bisa melakukan simulasi atau prediksi kejadian berdasarkan gambar atau perhitungan tertentu yang dimasukkan sebagai data pendukung. Oleh karena itu, perlu ada regulasi yang mengatur penggunaan AI, khususnya di bagian pertukaran informasi dan pencegahan tindak kriminal melalui pemantauan,” ucap Savic Ali.

Lebih lanjut, dia menyebut kehadiran AI merupakan kenyataan saat ini yang harus dihadapi. Menurut dia, menyiapkan diri, bangsa, dan negara untuk memanfaatkan AI dan menanggulangi dampak buruknya telah menjadi sebuah keharusan.

Namun demikian, Savic Ali pun mengingatkan bahwa pemanfaatan AI perlu dikaji secara menyeluruh terlebih dahulu agar tidak mendatangkan persoalan yang lain.

“Banyak orang yang jelas tidak setuju akan hal ini, tapi wacana penggunaan AI di sistem persenjataan juga semakin menguat. Bayangkan saja, jika kendaraan tank dan pesawat drone nantinya bisa beroperasi tanpa diawaki, lalu alat-alat itu berhasil membunuh manusia lain, siapakah yang akan dimintai pertanggungjawaban? Hal seperti ini memerlukan kajian lebih lanjut untuk menentukan konsekuensi hukumnya,” katanya.

Di sisi lain, dia berpesan agar masyarakat bersikap dewasa ketika hidup dalam kondisi dunia yang mengalami perkembangan teknologi baru, terlebih ketika menemukan sesuatu yang dianggap tidak masuk akal.

“Jangan lantas percaya,” pesan Savic Ali.