Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA), Muhammad Syahrial, Rabu, mengatakan bahwa pelepasan saham pemerintah di Bank Internasional Indonesia (BNII) kemungkinan baru dilakukan tahun depan. "Belum. Masih lama, kemungkinan tahun depan," kata Syahrial menjawab pertanyaan wartawan di Gedung Departemen Keuangan. Saat ini pemerintah masih memiliki 5,49 persen saham di BII, sementara sisanya dimiliki oleh Aranda Investment (Mauritius) Pte.Ltd sebesar 6,11 persen, Sorak Financial Holdings 56,54 persen dan masyarakat sebesar 31,86 persen. Hal ini ditanyakan oleh wartawan, karena PPA telah melepas kepemilikannya di Bank Permata (BNLI) sebesar 25,9 persen atau sekitar 2,01 miliar lembar saham melalui mekanisme `market placement`. Sementara untuk pelepasan saham pemerintah di Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN) kemungkinan akan dilakukan bersama dengan Penawaran Umum Perdana (IPO). "Kalau IPO-nya cepat, pelepasan saham akan bersamaan dengan IPO," kata Syahrial. PPA saat ini menguasai 28,39 persen saham BTPN dan sisanya oleh Renaisan Capital Asia melalui Admiro Corporation sebesar 71,6 persen. Hingga akhir tahun 2005 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) membukukan total kredit sebesar Rp 3,233 triliun atau naik sekitar 22,33 persen dibanding tahun 2004 sebesar Rp 2,643 triliun. BTPN berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) atau 'go public' dengan saham yang akan dilepas sebanyak 15 sampai 30 persen dari modal disetornya yang rencananya pada akhir tahun ini. Saat ini PPA menguasai aset berupa saham bank yang masih dikelola adalah saham BII, Panin, Lippo, BTPN, dan MayBank. Nilai saham bank yang dikelola adalah Rp674,1 miliar (ini termasuk Bank Permata). Nilai aset PPA terbesar adalah hak tagih yang mencapai Rp3,82 triliun dan aset properti senilai Rp3,11 triliun. Selebihnya, saham nonbank Rp315,8 miliar, surat berharga Rp17,3 miliar, serta saham dan kredit senilai Rp961,5 miliar. Total nilai asetnya mencapai Rp8,89 triliun. (*)