KemenPPPA: Rendahnya TPAK perempuan berkaitan dengan pengasuhan anak
25 Juli 2024 18:45 WIB
Dari kiri ke kanan: Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Pribudiarta Nur Sitepu, CEO dan Co-Founder Malo Enterprise Felicia Debora, Mimi Morysa selaku Pemilik Hungry Alana, dan Deputy Chief Marketing Plaza Indonesia Zamri Mamat dalam acara Children’s Day by Malo (CHD) bertema "Let’s Grow Together", di Jakarta, Kamis (25/7/2024). ANTARA/HO-Malo Enterprise
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyebut bahwa masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan dibandingkan dengan laki-laki di Indonesia memiliki keterkaitan dengan pengasuhan anak.
"Hal ini berkaitan dengan pengasuhan anak. Perempuan yang telah memiliki anak memutuskan untuk mengurus anaknya, sehingga kemudian mereka meninggalkan pekerjaan sementara waktu," kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Pribudiarta Nur Sitepu dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPAK perempuan masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki.
"Indonesia dalam 20 tahun terakhir TPAK perempuan tidak naik-naik dengan data per hari ini 60 persen. Sementara TPAK laki-laki terus mengalami kenaikan, dengan saat ini di posisi 86 persen," katanya.
Menurut Pribudiarta Nur Sitepu, seiring dengan banyaknya perempuan yang memutuskan berhenti dari pekerjaannya, maka perempuan kini lebih banyak bergerak di sektor informal. "Perempuan lebih banyak bergerak di sektor-sektor nonformal, informal," katanya.
Pemerintah, dalam hal ini KemenPPPA terus berupaya untuk memperjuangkan kebijakan yang mendukung perempuan yang bekerja di sektor informal.
"Ke depan kami memikirkan untuk kebijakan bagi perempuan yang bekerja di sektor-sektor tidak berbayar agar bisa memperoleh akses-akses yang sama dengan perempuan yang bekerja," katanya.
Pihaknya mencontohkan di negara-negara lain, para perempuan yang bekerja di sektor pengasuhan keluarga mendapatkan insentif.
"Mereka (negara lain) investasi dengan pengasuhan yang besar karena mereka percaya anak-anak itu adalah gambaran dari bangsa mereka ke depan," katanya.
Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan bila pola pengasuhan anak berhasil dengan baik, maka Indonesia akan berhasil di masa datang.
"Kalau salah kita mengelola-nya (pengasuhan anak), maka anak itu masuk ke perlindungan khusus anak, akan terjadi penurunan kualitas hidup anak. Ini tentunya tidak kita harapkan ke depan," katanya.
Baca juga: KemenPPPA tekankan kolaborasi semua pihak guna tingkatkan gizi anak
Baca juga: Kementerian PPPA: Perlu kolaborasi K/L tingkatkan pemahaman isu gender
"Hal ini berkaitan dengan pengasuhan anak. Perempuan yang telah memiliki anak memutuskan untuk mengurus anaknya, sehingga kemudian mereka meninggalkan pekerjaan sementara waktu," kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Pribudiarta Nur Sitepu dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TPAK perempuan masih jauh tertinggal dibandingkan laki-laki.
"Indonesia dalam 20 tahun terakhir TPAK perempuan tidak naik-naik dengan data per hari ini 60 persen. Sementara TPAK laki-laki terus mengalami kenaikan, dengan saat ini di posisi 86 persen," katanya.
Menurut Pribudiarta Nur Sitepu, seiring dengan banyaknya perempuan yang memutuskan berhenti dari pekerjaannya, maka perempuan kini lebih banyak bergerak di sektor informal. "Perempuan lebih banyak bergerak di sektor-sektor nonformal, informal," katanya.
Pemerintah, dalam hal ini KemenPPPA terus berupaya untuk memperjuangkan kebijakan yang mendukung perempuan yang bekerja di sektor informal.
"Ke depan kami memikirkan untuk kebijakan bagi perempuan yang bekerja di sektor-sektor tidak berbayar agar bisa memperoleh akses-akses yang sama dengan perempuan yang bekerja," katanya.
Pihaknya mencontohkan di negara-negara lain, para perempuan yang bekerja di sektor pengasuhan keluarga mendapatkan insentif.
"Mereka (negara lain) investasi dengan pengasuhan yang besar karena mereka percaya anak-anak itu adalah gambaran dari bangsa mereka ke depan," katanya.
Pribudiarta Nur Sitepu mengatakan bila pola pengasuhan anak berhasil dengan baik, maka Indonesia akan berhasil di masa datang.
"Kalau salah kita mengelola-nya (pengasuhan anak), maka anak itu masuk ke perlindungan khusus anak, akan terjadi penurunan kualitas hidup anak. Ini tentunya tidak kita harapkan ke depan," katanya.
Baca juga: KemenPPPA tekankan kolaborasi semua pihak guna tingkatkan gizi anak
Baca juga: Kementerian PPPA: Perlu kolaborasi K/L tingkatkan pemahaman isu gender
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: