Jakarta (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dan entitas perusahaan anak atau BRI Group secara konsolidasian mencetak laba Rp29,90 triliun hingga akhir triwulan II 2024, didukung oleh pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh double digit.

Dalam konferensi pers Paparan Kinerja Keuangan Triwulan II 2024 di Jakarta, Kamis, Direktur Utama BRI Sunarso merinci bahwa BRI berhasil menyalurkan kredit dengan total sebesar Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,2 persen secara tahunan (year on year/YoY).

“Penyaluran kredit yang tumbuh double digit ini membuat aset BRI tercatat meningkat. Sampai Juni 2024, aset BRI tumbuh 9,54 persen YoY menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun,” kata Sunarso.

Perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan, dengan rasio loan at risk (LAR) BRI tercatat membaik atau turun dari semula 14,94 persen pada akhir triwulan II 2023 menjadi 12,00 persen pada akhir triwulan II 2024. Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05 persen, dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60 persen.

Dari sisi pendanaan, DPK BRI tercatat tumbuh 11,61 persen YoY menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun. Dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan (CASA) tumbuh 7,66 persen YoY menjadi Rp877,90 triliun di mana porsi CASA mencapai 63,17 persen dari total DPK BRI.

Sunarso menyampaikan, komitmen BRI untuk terus melayani seluruh lapisan masyarakat direalisasikan melalui strategi hybrid bank salah satunya dengan menghadirkan AgenBRILink yang hingga akhir Juni 2024 terdapat 993 ribu AgenBRILink yang tersebar di lebih dari 61 ribu desa.

Jumlah AgenBRILink tersebut telah meng-cover lebih dari 80 persen dari total desa di Indonesia. Adapun volume transaksi AgenBRILink selama Januari hingga Juni 2024 telah mencapai sebesar Rp767 triliun atau tumbuh 13,6 persen YoY.

Di sisi lain, perseroan juga terus memperkuat ekosistem super apps BRImo sebagai salah satu strategi transformasi digitalnya. Hingga akhir Juni 2024, BRImo telah digunakan oleh lebih dari 35,2 juta pengguna (user) dan berhasil mencatatkan 2,01 miliar transaksi finansial dengan volume transaksi mencapai Rp2.574 triliun atau tumbuh 35,81 persen YoY.

Perseroan mampu meningkatkan fee based income (FBI) menjadi sebesar Rp11,26 triliun atau tumbuh 10,15 persen YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar Rp10,22 triliun.

Di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional sebagai dampak dari era suku bunga tinggi, Sunarso mengatakan BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai di mana loan to deposit ratio (LDR) bank sebesar 86,59 persen. Adapun capital adequacy ratio (CAR) tercatat di level 25,13 persen.

“Ini artinya bahwa BRI ke depan masih mampu dan memiliki ruang untuk tumbuh secara berkelanjutan,” kata Sunarso.

Baca juga: BRI perkuat sistem internal guna perangi judi online diIndonesia
Baca juga: BRI perkuat keamanan digital dari serangansiber
Baca juga: Setoran dividen BUMN meningkat drastis, BRI jadi kontributor teratas