Bandung (ANTARA News) - PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) melalui anak perusahaannya PT INTI Pindad Mitra Sejati (IPMS) meresmikan fasilitas produksi kabel dan aksesoris serat optik serta pabrik elektronik berbasis radio frequency identification (RIFD) bernama PT INTI Global Optical Communication (IGOC) Indonesia, di Bandung, Jumat.

"Fasilitas produksi yang berlokasi di Jalan Moch Toha No.225 Kabupaten Bandung ini merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan saham antara anak usaha INTI sebesar 25 persen dan Global Optical Communication dari Korea sebesar 75 persen," kata Direktur Utama INTI Tikno Sutisno.

Ia mengatakan, berjalannya fasilitas produksi ini merupakan salah satu cara pihaknya untuk membangun kemandiran industri dalam negeri.

"Setelah 15 tahun pabrik ini vakum. Kita targetkan fasilitas produksi lokai ini peroperasi pada Maret. Dengan berjalannya pabrik ini akan menghidupkan ekonomi di sekitarnya," katanya.

Pabrik yang beroperasi di atas lahan seluas 80 ribu meter persegi milik PT INTI ini, kata Tikno, terbagi menjadi beberapa fasilitas produksi.

"Lantai satu diperuntukkan bagi produksi kabel fiber optik terdiri dari tiga line dengan tiga unit mesin berkapasitas sebanyak tujuh juta meter per tahun," kata dia.

Lantai kedua, lanjutnya, digunakan untuk produksi RIFD dengan jumlah mesin sebanyak 48 unit kapasitas produksi setiap mesinnya sebanyak 12-15 juta unit RIFD tag per tahun.

Menurut dia, saat ini perusahaan patungan ini mendatangkan bahan baku pembuatan kabel dan aksesoris serta optic dan RIFD dari Korea Selatan yang kemudian diproduksi di Bandung, dengan perkiraan tingkat komponen dalam negeri sebesar 30 persen.

"Harapannya, angka ini akan terus meningkat sehingga menunjukkan komitmen INTI dan IGOC untuk menumbuhkan penggunaan produk dan kompenen dalam negari," kata Tikno.

Tikno menjelaskan, pendirian perusahaan patungan yang khusus memproduksi kabel dan aksesoris serat optik dan perangkat elektronik berbasis RIFD karena pertimbangan bisnis yang menunjukkan tren positif dengan proyeksi pertumbuhan sekitar 22,5 persen per tahunnya.

"Angka itu ialah untuk kabel dan aksesoris serat optik dengan target konsumen dari sektor bisnis telekomunikasi, broadcating dan internet," katanya.

Sementara untuk permintaan produk elektronik berbasis RIFD, ujar Tikno, yang dikaitkan dengan program Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Mintak diperkirakan tumbuh 10 persen/tahunnya dari jumlah kendaraan saat ini sebanyak 100 juta unit.

"Dari proyeksi ini, prospek bisnis yang akan didapat dari pengoperasian fasilitas produk ini, di antaranya, peluanganya besar menggarap kerangka kerja konektivitas nasional melalui pembangunan infrastruktur broadband yang masuk dalam agenda MP3I," katanya.