Jakarta (ANTARA News) - Lembaga survei Indonesia Indicator (I2) menganggap Walikota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma sebagai primadona baru pada peta perpolitikan di Indonesia berdasarkan penelitian pemberitaan sejumlah media massa.

"Heboh isu pengunduran dirinya dari kursi Walikota Surabaya justru menempatkannya sebagai primadona baru dalam pentas perbincangan politik di Indonesia," kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang melalui keterangan pers di Jakarta Kamis.

Rustika menyebutkan ekspos pemberitaan mengenai isu pengunduran diri Risma melebihi publikasi terkait prestasi yang diraih Walikota Surabaya tersebut.

Rustika mengungkapkan Risma menjadi "trending topik" politik bersaing dengan Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta kandidat calon presiden seperti Prabowo, Aburizal Bakrie dan Wiranto.

Rustika mengatakan Indonesia Indicator menganalisa mengenai pemberitaan soal Risma dengan memonitor 337 media online nasional maupun daerah selama dua bulan terakhir.

Berdasarkan trending analisa, nama Tri Rismaharini atau Risma sudah ramai muncul sejak sebulan terakhir.

Rustika menjelaskan nama Risma mulai ramai dibicarakan bahkan mendekati Jokowi sejak pertengahan Februari 2014.

"Padahal pada pertengahan Januari 2014 nama Tri Rismaharini masih berada pada zona pinggiran," ungkap Rustika.

Tercatat pemberitaan Risma mencapai 466 pernyataan yang dikutip media online sejak 17 -- 24 Februari 2014 dengan mengalahkan Jokiwi (319 pernyataan) dan Presiden SBY (173 pernyataan).

Penelitian Indonesia Indicator menunjukkan pemberitaan Risma memberikan dampak sentimen positif sebesar 66 persen dan sentimen negatif mencapai 18 persen selama Januari 2014.

Namun selama Februari 2014 terjadi kontradiksi sentimen negatif meningkat sebesar 27 persen dan sentiment positif menurun menjadi 38 persen.

Pada Januari 2014 menunjukkan sentimen positif yang tinggi karena pemberitaan keprihatinan Walikota Surabaya terhadap Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang tidak dikelola secara baik dan isu pengunduruan diri.

Namun selama Februari mengalami peningkatan pada efek sentimen negatif karena adanya pertemuan dan "curhat" Risma kepada politisi Partai Golkar Priyo Budi Santoso.(*)