Menkop UKM dan Kadin bahas upaya penguatan ekspor UMKM
24 Juli 2024 16:17 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kedua kiri) dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid (ketiga kanan) berbincang dalam pertemuan di Jakarta, Rabu (24/7/2024). (ANTARA/Shofi Ayudiana)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid bertemu untuk membahas upaya-upaya untuk meningkatkan ekspor, termasuk ekspor produk UMKM.
Teten menyampaikan bahwa Kadin telah merumuskan strategi yang efektif untuk mendongkrak ekspor nasional, termasuk ekspor UMKM. Salah satu strategi yang diusung Kadin adalah pendekatan business matching.
“Saya kira pendekatan ini tepat terutama untuk menggarap B2B (business to business),” ungkap Teten kepada wartawan selepas pertemuan di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Teten menjelaskan bahwa Kemenkop UKM dan Kadin akan membidik pasar potensial dan mencari potensi UMKM di dalam negeri yang bisa dibina dan didampingi untuk ekspor.
Ia memaparkan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi UMKM dalam meningkatkan ekspor, yaitu kapasitas produksi yang terbatas, biaya logistik yang tinggi, dan ketidakpastian akan kontinuitas, kuantitas, dan kualitas produk.
Untuk mengatasi kendala itu, Teten menekankan pentingnya kebijakan yang selaras dan berpihak kepada UMKM. Kebijakan tersebut harus mencakup proteksi terhadap industri dalam negeri. Kebijakan ini diperlukan untuk melindungi UMKM dari gempuran produk impor murah.
“Jangan sampai kita membuat kebijakan yang membunuh, tidak produktif mendukung industri dalam negeri termasuk UMKM,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Arsjad mengatakan bahwa business matching menjadi kunci utama dalam meningkatkan ekspor UMKM.
Melalui business matching, UMKM akan dipertemukan dengan calon pembeli potensial luar negeri, yang diharapkan dapat membantu UMKM untuk menemukan pasar yang tepat dan meningkatkan peluang ekspor mereka.
Ia juga menekankan pentingnya menciptakan solusi pembiayaan alternatif yang sesuai dengan kondisi UMKM. Ia mendukung inovasi pembiayaan melalui sistem credit scoring dalam menilai kelayakan kredit peminjam.
Arsjad juga menyatakan pentingnya upaya pemberantasan impor ilegal yang mengganggu pasar dan merusak industri dalam negeri, termasuk UMKM.
“Kita ini jangan hanya jadi pasar, tetapi juga memastikan jangan sampai terjadi impor ilegal yang dapat mengganggu industri dan UMKM kita karena nantinya ini akan berdampak terhadap UMKM kita jadi tidak bisa bersaing,” ucapnya.
Arsjad lebih lanjut mengatakan bahwa pertemuan tersebut menghasilkan berbagai masukan yang akan dihimpun dalam sebuah white paper yang sedang disusun oleh Kadin.
White paper itu nantinya akan diserahkan kepada pemerintahan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan ekonomi, mulai dari industri hingga pengembangan UMKM.
Baca juga: BNI salurkan Rp120 miliar kredit UMKM ekspor di Bali
Baca juga: Mendag lepas ekspor produk dekorasi UMKM Bantul ke Spanyol
Baca juga: LPEI buka akses pasar ribuan produk UKM ke Kanada
Teten menyampaikan bahwa Kadin telah merumuskan strategi yang efektif untuk mendongkrak ekspor nasional, termasuk ekspor UMKM. Salah satu strategi yang diusung Kadin adalah pendekatan business matching.
“Saya kira pendekatan ini tepat terutama untuk menggarap B2B (business to business),” ungkap Teten kepada wartawan selepas pertemuan di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, Teten menjelaskan bahwa Kemenkop UKM dan Kadin akan membidik pasar potensial dan mencari potensi UMKM di dalam negeri yang bisa dibina dan didampingi untuk ekspor.
Ia memaparkan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi UMKM dalam meningkatkan ekspor, yaitu kapasitas produksi yang terbatas, biaya logistik yang tinggi, dan ketidakpastian akan kontinuitas, kuantitas, dan kualitas produk.
Untuk mengatasi kendala itu, Teten menekankan pentingnya kebijakan yang selaras dan berpihak kepada UMKM. Kebijakan tersebut harus mencakup proteksi terhadap industri dalam negeri. Kebijakan ini diperlukan untuk melindungi UMKM dari gempuran produk impor murah.
“Jangan sampai kita membuat kebijakan yang membunuh, tidak produktif mendukung industri dalam negeri termasuk UMKM,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Arsjad mengatakan bahwa business matching menjadi kunci utama dalam meningkatkan ekspor UMKM.
Melalui business matching, UMKM akan dipertemukan dengan calon pembeli potensial luar negeri, yang diharapkan dapat membantu UMKM untuk menemukan pasar yang tepat dan meningkatkan peluang ekspor mereka.
Ia juga menekankan pentingnya menciptakan solusi pembiayaan alternatif yang sesuai dengan kondisi UMKM. Ia mendukung inovasi pembiayaan melalui sistem credit scoring dalam menilai kelayakan kredit peminjam.
Arsjad juga menyatakan pentingnya upaya pemberantasan impor ilegal yang mengganggu pasar dan merusak industri dalam negeri, termasuk UMKM.
“Kita ini jangan hanya jadi pasar, tetapi juga memastikan jangan sampai terjadi impor ilegal yang dapat mengganggu industri dan UMKM kita karena nantinya ini akan berdampak terhadap UMKM kita jadi tidak bisa bersaing,” ucapnya.
Arsjad lebih lanjut mengatakan bahwa pertemuan tersebut menghasilkan berbagai masukan yang akan dihimpun dalam sebuah white paper yang sedang disusun oleh Kadin.
White paper itu nantinya akan diserahkan kepada pemerintahan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan ekonomi, mulai dari industri hingga pengembangan UMKM.
Baca juga: BNI salurkan Rp120 miliar kredit UMKM ekspor di Bali
Baca juga: Mendag lepas ekspor produk dekorasi UMKM Bantul ke Spanyol
Baca juga: LPEI buka akses pasar ribuan produk UKM ke Kanada
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024
Tags: