Hangzhou (ANTARA) - Saat matahari bersinar terik pada musim panas kali ini, terdengar jelas suara ketukan palu karet dari sebuah workshop di kota pesisir Ningbo yang terletak di Provinsi Zhejiang, China. Di sana, 28 anak dengan antusias berkarya.

Terletak di Komunitas Meiyuan di Distrik Haishu, "21st Century Workshop" menjadi basis rahasia bagi Chen Shaohua, seorang guru teknologi informasi di Sekolah Dasar Zhenming Pusat, maupun bagi anak-anak setempat.

Sejak dibuka pada 2020, lebih dari 30 kelas praktik sains telah dibuka di workshop tersebut, menghadirkan tawa dan kegembiraan bagi hampir 1.000 pesertanya. Selama empat tahun, benih ilmu pengetahuan dan keingintahuan telah ditanamkan dalam benak banyak anak-anak, bertunas dan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu dan makin besarnya kecintaan mereka.

Pada 15 Juli, workshop tersebut membuka kelas pertamanya saat liburan musim panas. Tepat pukul 08.00, beberapa anak sudah tiba, dengan penuh semangat menunggu kelas dimulai.

"Hal baru" yang dipersiapkan Chen Shaohua untuk hari itu adalah "proyeksi holografis ajaib". Sebanyak 28 kursi yang tersedia langsung terisi dalam waktu kurang dari tiga menit saat pendaftaran dibuka dua pekan sebelumnya.

Workshop tersebut menjadi tempat untuk membangun mimpi. Hanya dengan beberapa bahan sederhana, seperti potongan kayu, lembaran akrilik, palu, dan lem panas tembak, sebuah "proyektor holografis" dapat dirakit, mengubah video dua dimensi menjadi gambar tiga dimensi.

Meski terlihat mudah, pembuatan proyektor ini membutuhkan banyak pembelajaran. Prosedur seperti memancangkan potongan kayu dan memasang lembaran akrilik tidaklah mudah bagi anak-anak yang memiliki sedikit pengalaman praktik. Beberapa anak mengalami kesulitan melepaskan film pelapis lembaran akrilik dan meminta bantuan Chen.

"Meski aku bisa membantumu kali ini, aku tidak bisa berada di sisimu selamanya. Jika salah satu ujung filmnya robek, coba lagi dari ujung yang lain. Kamu pasti bisa!" kata Chen. Kata-katanya memberi semangat sekaligus menantang anak-anak.

Beralih dari ekspresi sedih saat dihadapkan pada tantangan menjadi senyuman cerah setelah mampu menyelesaikan tugas, setiap pengalaman mewakili pertumbuhan seorang anak.

"Latihan adalah sumber pengetahuan sejati. Sebuah workshop memang merupakan tempat berlatih dan bekerja di mana anak-anak dapat mengasah kemampuan praktik mereka dan menumbuhkan semangat keterampilan," tutur Chen.

Mengarahkan anak-anak untuk menimba ilmu dengan bereksplorasi langsung merupakan filosofi pendidikan yang dijunjung oleh Chen dan menjadi alasan dirinya menyebut kelasnya sebagai "workshop".
Chen Shaohua membantu anak-anak membuat kreasi kerajinan tangan di "21st Century Workshop" di Ningbo, Provinsi Zhejiang, China, pada 15 Juli 2024.(Xinhua/Lin Guangyao)

Meskipun kelas sains umum di workshop-nya diadakan sebulan sekali dan setiap kelas berlangsung selama 90 menit, Chen membutuhkan waktu sekitar sepekan untuk mempersiapkan pelajaran dan peralatan mengajar. Sebagai guru purnawaktu, Chen mencurahkan hampir seluruh waktu luangnya untuk workshop tersebut

Dalam workshop tersebut, berbagai kreasi buatan tangan, seperti alat pengukur tinggi badan, protofon (walkie-talkie), dan mobil pintar, menaburkan benih ilmu pengetahuan dan memperkaya waktu luang anak-anak.

Upaya Chen membuahkan hasil. Kelas-kelasnya menuai banyak pujian, dan murid-muridnya dari workshop tersebut juga memperoleh pengakuan yang signifikan. Beberapa anak berhasil memenangkan hadiah kedua dalam ajang Zhejiang Adolescents Science & Technology Innovation Contest, dan sejumlah anak lainnya memenangkan hadiah pertama dalam Soong Ching Ling Award for Children's Invention untuk wilayah kompetisi Ningbo.

Pada 16 Juli, salah satu murid Chen mengantongi paten model utilitas dari Administrasi Kekayaan Intelektual Nasional China untuk sebuah penemuan yang disebut "robot pengumpul buku latihan otomatis", yang membuat Chen sangat bangga.

Kelas-kelas gratis tersebut tidak hanya menstimulasi minat anak-anak, tetapi juga membangkitkan antusiasme para orang tua. Banyak orang tua menjadi sukarelawan sebagai asisten pengajar.

"Berkat workshop ini, anak-anak kami dapat meningkatkan kemampuan praktik dan mengembangkan pemikiran ilmiah mereka. Kami membantu sesuai kapasitas kami sambil juga mempelajari beberapa konsep pendidikan sains," kata Zhou Wenping, seorang sukarelawan sekaligus orang tua, yang mengatakan bahwa setiap kali kelas dimulai, banyak sekali orang yang ingin menjadi sukarelawan.

Workshop tersebut juga didukung oleh berbagai departemen lokal dan menjadi wadah baru bagi pendidikan sains.

"Kekuatan satu individu terbatas, dan kita dapat memperkukuh upaya pendidikan sains secara lebih baik hanya dengan mengandalkan kekuatan kolektif," kata Chen.

Chen mengungkapkan bahwa kelas via siaran langsung daring (livestreaming) dari workshop-nya telah diluncurkan, dan kegiatan "perkemahan musim panas selama satu hari" (one-day summer camp) juga sedang dalam persiapan untuk liburan musim panas tahun ini.

"Saya berharap dapat menyebarkan benih-benih ilmu pengetahuan dan keingintahuan yang lebih luas melalui upaya kami," ujar Chen.