Jakarta (ANTARA News) - Generasi Muda Indonesia diharapkan bersedia memahami isi naskah kuno, peninggalan nenek moyang, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk selanjutnya dikembangkan untuk memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan masyarakat. Harapan itu disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI), Dady P Rachmanta setalh membuka "Seminar Mengenang 122 Tahun Pakar Sastra Jawa Kuno Prof Dr Poerbatjaraka" di Jakarta, Selasa. Menurut Dady, naskah kuno yang telah berusia 50 - 400 tahun itu antara lain berisikan teknologi pertanian, membatik, tanaman berkhasiat obat, mantra, sejarah dan agama, sehingga isinya dapat dipahami dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Isi naskah seperti teknologi pertanian, membatik dan tanaman berkhasiat obat diharapkan dapat dipahami yang selanjutnya dikembangkan dan dilestarikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ujarnya. Dengan demikian, generasi muda dapat melakukan penelitian ilmiah lewat naskah kuno itu tanpa harus pergi ke luar negeri serta dapat mengembangkan isi penelitian seperti tanaman obat dan membatik untuk Industri demi kesejahteraan masyarakat. Sebelumnya, Kepala Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi PNRI, Gardjito, mengatakan, baru 10 persen dari sekitar 40.000 buah naskah kuno yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan huruf latin oleh PNRI. Dia berharap, para pakar penerjemah naskah kuno, seperti bahasa Jawa Kuno, Sunda, Belanda dan bahasa daerah lain di Indonesia dapat membantu untuk mempercepat alih bahasa tersebut. Ketua panitia seminar, Nindya Noegraha mengatakan, seminar tersebut dimaksudkan untuk mengenalkan dan mendekatkan agar generasi muda mengetahui isi naskah kuno yang memiliki nilai tinggi bagi kehidupan masyarakat. Pemilihan tema mengenang budayawan Prof Dr Poerbatjaraka, karena semasa hidupnya (1884-1964) dan saat menjadi guru besar di UI dan UGM, telah menghasilkan 79 buah karya ilmiah, seperti Buku "Kapustakan Jawi", "Ramayana", dan "Riwayat Indonesia I". Seminar yang diadakan PNRI di Jakarta, 12-13 September 2006 itu akan diikuti 150 peserta dari buyawan, sastrawan, mahasiswa serta menghadirkan 14 pembicara, dari pakar sastra dan budaya UI dan UGM Yogyakarta. (*)