Airlangga sebut Jakarta lolos "middle income trap"
23 Juli 2024 18:37 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberi keterangan kepada awak media seusai menghadiri Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (23/7/2024). ANTARA/Harianto
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Jakarta telah lolos dari middle income trap atau jebakan negara berpendapatan menengah.
"Jakarta ini suda lolos middle income trap, Jakarta pendapatan per kapitanya 21 ribu (dolar AS)," kata Airlangga dalam Tatap Muka – Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa.
Selain Jakarta, Airlangga menyebut bahwa Kota Pelembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) juga keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) karena rata-rata pendapatan per kapitanya mencapai 10 ribu dolar AS.
"Kalau kita lihat provinsi lain Palembang, Ogan Ilir (Sumatera Selatan) itu 10 ribu (dolar AS per kapitanya)," ujarnya.
Kemudian, Airlangga juga menyebut dua provinsi yang lolos dari middle income trap yakni Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Meski begitu, dia tidak menyebutkan lebih rinci pendapatan per kapita kedua daerah itu.
"Kalau kita lihat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara itu juga sudah lolos middle income trap," terangnya.
Meski begitu, Airlangga menyebutkan bahwa saat ini rata-rata pendapatan per masyarakat Indonesia secara nasional masih di angka 5 ribu dolar AS per kapita.
Menurutnya, Jakarta dan beberapa daerah yang telah lolos middle income trap bisa menjadi contoh bagi provinsi yang lainnya agar secara nasional Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
"Kalau kita lihat sekarang Indonesia ini pendapatan per kapitanya di akhir tahun ini sekitar 5.000 dolar AS. Tapi kalau kita lihat bagaimana Indonesia lolos middle income trap, lihat Jakarta," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia yang saat ini berpenduduk sekitar 270 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sekitar 5 ribu dolar AS, pada tahun 2045 diperkirakan akan memiliki 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita antara 26 ribu hingga 30 ribu dolar AS. Apabila berhasil lolos dari middle income trap, Indonesia akan menempati posisi keempat terbesar di dunia.
"Kalau itu tercapai maka ekonomi pendapatan (domestik bruto/PDB) kita adalah 9 triliun (dolar AS). Sekarang kita menjadi anggota G20 rangkingnya 16, Jerman itu (PDB) 4 triliun (dolar AS), jadi bayangkan kita itu sekitar 9 triliun dolar AS ekonomi. Jadi betul betul Indonesia menjadi empat besar, tetapi itu ada seratnya. Syaratnya adalah kita harus punya human resort yang kuat," jelas Airlangga.
Ia menambahkan, beberapa kebijakan strategis pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif dan ramah lingkungan di antaranya merevitalisasi mesin ekonomi konvensional yakni peningkatan produktivitas dan daya saing, penguatan pembangunan infrastruktur, membentuk ketahanan pangan dan kerja sama internasional.
Kedua, mengembangkan mesin ekonomi baru meliputi industrialisasi, hilirisasi, industri petrokimia, industri otomotif, dan semi konduktor; ketiga memperkuat ekonomi pancasila seperti perlindungan sosial, pembiayaan ultra mikro lewat KUR, program makan siang bergizi gratis, dan menciptakan lumbung pangan.
"Pemerintah mempunyai perencanaan dalam pengembangan middle income trap ke depan. Pemerintah membuat beberapa strategi kebijakan," kata Airlangga.
Baca juga: Pj Gubernur Jabar: Koperasi strategis guna keluar "middle income trap"
Baca juga: Menko: Aksesi OECD bantu Indonesia keluar dari 'middle-income trap'
"Jakarta ini suda lolos middle income trap, Jakarta pendapatan per kapitanya 21 ribu (dolar AS)," kata Airlangga dalam Tatap Muka – Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa.
Selain Jakarta, Airlangga menyebut bahwa Kota Pelembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) juga keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) karena rata-rata pendapatan per kapitanya mencapai 10 ribu dolar AS.
"Kalau kita lihat provinsi lain Palembang, Ogan Ilir (Sumatera Selatan) itu 10 ribu (dolar AS per kapitanya)," ujarnya.
Kemudian, Airlangga juga menyebut dua provinsi yang lolos dari middle income trap yakni Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Meski begitu, dia tidak menyebutkan lebih rinci pendapatan per kapita kedua daerah itu.
"Kalau kita lihat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara itu juga sudah lolos middle income trap," terangnya.
Meski begitu, Airlangga menyebutkan bahwa saat ini rata-rata pendapatan per masyarakat Indonesia secara nasional masih di angka 5 ribu dolar AS per kapita.
Menurutnya, Jakarta dan beberapa daerah yang telah lolos middle income trap bisa menjadi contoh bagi provinsi yang lainnya agar secara nasional Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
"Kalau kita lihat sekarang Indonesia ini pendapatan per kapitanya di akhir tahun ini sekitar 5.000 dolar AS. Tapi kalau kita lihat bagaimana Indonesia lolos middle income trap, lihat Jakarta," tuturnya.
Menurutnya, Indonesia yang saat ini berpenduduk sekitar 270 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sekitar 5 ribu dolar AS, pada tahun 2045 diperkirakan akan memiliki 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita antara 26 ribu hingga 30 ribu dolar AS. Apabila berhasil lolos dari middle income trap, Indonesia akan menempati posisi keempat terbesar di dunia.
"Kalau itu tercapai maka ekonomi pendapatan (domestik bruto/PDB) kita adalah 9 triliun (dolar AS). Sekarang kita menjadi anggota G20 rangkingnya 16, Jerman itu (PDB) 4 triliun (dolar AS), jadi bayangkan kita itu sekitar 9 triliun dolar AS ekonomi. Jadi betul betul Indonesia menjadi empat besar, tetapi itu ada seratnya. Syaratnya adalah kita harus punya human resort yang kuat," jelas Airlangga.
Ia menambahkan, beberapa kebijakan strategis pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif dan ramah lingkungan di antaranya merevitalisasi mesin ekonomi konvensional yakni peningkatan produktivitas dan daya saing, penguatan pembangunan infrastruktur, membentuk ketahanan pangan dan kerja sama internasional.
Kedua, mengembangkan mesin ekonomi baru meliputi industrialisasi, hilirisasi, industri petrokimia, industri otomotif, dan semi konduktor; ketiga memperkuat ekonomi pancasila seperti perlindungan sosial, pembiayaan ultra mikro lewat KUR, program makan siang bergizi gratis, dan menciptakan lumbung pangan.
"Pemerintah mempunyai perencanaan dalam pengembangan middle income trap ke depan. Pemerintah membuat beberapa strategi kebijakan," kata Airlangga.
Baca juga: Pj Gubernur Jabar: Koperasi strategis guna keluar "middle income trap"
Baca juga: Menko: Aksesi OECD bantu Indonesia keluar dari 'middle-income trap'
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024
Tags: