Jakarta (ANTARA) - Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) mengerahkan satu unit pesawat Boeing surveillance atau pengintai, untuk membantu proses pencarian kapal landing ship tank (LCT) Citra XX yang hilang kontak saat berlayar di sekitar perairan Timika-Yahukimo, Papua.

Direktur Operasi Basarnas Edy Prakoso di Jakarta Selasa, mengatakan bahwa pesawat surveillance milik TNI Angkatan Udara tersebut diagendakan mulai melakukan penyisiran di sekitar perairan Timika- Asmat pada operasi SAR hari ke empat.

Hanya, dikarenakan cuaca saat ini masih hujan dan berkabut sehingga tim SAR gabungan masih bersiaga di Bandara Mozes Kilangi Timika. "Operasi SAR gabungan akan segera dilakukan bila kondisi cuaca sudah kembali membaik," katanya.

Dia menjelaskan, pengerahan pesawat Boeing 737-200 pengintai tersebut berdasarkan pertimbangan Basarnas dan TNI Angkatan Udara.

Tim SAR berharap operasi pencarian bisa lebih berprogres setelah mengerahkan pesawat tersebut yang mempunyai kelengkapan instrumen peralatan canggih dan kamera beresolusi tinggi.

Dengan begitu setiap lokasi yang patut diyakini menjadi keberadaan kapal landing ship tank Citra XX akan terlihat lebih jernih dan bisa segera ditemukan.

Laporan dari tim SAR gabungan di lokasi mendapati kondisi perairan laut di Papua yang tak menentu membuat upaya operasi SAR tergolong sulit dilakukan bila hanya menggunakan perangkat pemantauan udara biasa.

Pada sisi lain, Edy memastikan operasi dengan penyisiran perairan laut dalam di sekitar Timika-Asmat juga masih terus dilangsungkan hingga saat ini menggunakan Kapal KRI Teluk Lada 521.

Sebelumnya diberitakan, Basarnas menerima laporan terkait kapal LCT Citra XX hilang kontak dalam perjalanan dari Timika ke Lokpon, Kabupaten Yahukimo pada Jumat (19/7).

Kapal dengan 12 kru pelayaran itu membawa bahan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika RI dengan tujuan ke Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan dan dijadwalkan tiba pada Kamis (18/7).

Kantor SAR Timika menghimpun dari ke-12 kru kapal tersebut diketahui bernama Dedi Irawan (mualim), M Arif Efendi, Haikal, Rusli, Agiera, Nimrot, Lukman Hakim, Samsudin, Asmoro, Suherman, Alhakim, dan Junaidi (selaku nahkoda).