UE, Rusia minta peredaan ketegangan di Ukraina
26 Februari 2014 17:58 WIB
Polisi berlarian saat pendukung oposisi Ukraina menerjang barisan penjagaan saat aksi unjuk rasa pada Hari Kemerdekaan Ukraina ke-20 di Kiev, Rabu (24/8). Polisi Ukraina mencegah ratusan pendukung oposisi yang berjalan menuju gedung administrasi kepresidenan Rabu lalu saat aksi unjuk rasa menentang persidangan mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko. (REUTERS/Gleb Garanich)
Kiev (ANTARA News) - Negara-negara kuat dunia berusaha untuk meredakan ketegangan di Ukraina Selasa selagi penguasa sementara negara itu berjuang mengatasi ancaman keruntuhan ekonomi dan separatisme menyusul pengusiran dramatis Presiden pro-Moskow Viktor Yanukovych.
Rusia melunakkan nada kemarahannya terhadap pergantian rezim tiba-tiba pekan ini di Ukraina, sedangkan para diplomat senior UE dan AS mengunjungi negara bekas Soviet yang dicoba hendak disetir Yanukovych ke arah Moskow namun yang oleh para pemimpin barunya telah dicondongkan dengan keras ke Barat, lapor AFP.
Pembicaraan yang kalut terjadi antara para diplomat AS, Eropa dan Rusia ketika Ukraina meminta bantuan 35 miliar dolar (25 miliar euro) untuk menghindari kebangkrutan dan presiden sementara Oleksandr Turchynov memperingatkan ancaman pemisahan diri.
Uni Eropa telah mengatakan pihaknya siap untuk memberi bantuan keuangan bersyarat kepada Ukraina.
"Di beberapa wilayah Ukraina terdapat tanda-tanda separatisme sangat berbahaya," kata Turchynov kepada parlemen Selasa, menyuarakan ketakutan bahwa wilayah timur pro-Rusia mungkin mendesakkan pemisahan setelah pemerintahan pro-Barat berkuasa di negara itu menyusul protes anti-Yanukovych berbulan-bulan.
Rusia pada mulanya bereaksi dengan marah terhadap perubahan politik secara cepat pekan itu -- hasil bentrokan minggu lalu yang mengakibatkan hampir 100 orang meninggal -- menuduh pemimpin baru melakukan "pemberontakan bersenjata".
Namun pada Selasa Menteri Luar Negeri Rusia Segei Lavrov berupaya melunakkan nada, mengatakan Ukraina seharusnya tidak dipaksa untuk memilih antara Rusia atau Barat.
"Kami menegaskan posisi prinsip non intervensi kami dalam persoalan internal Ukraina," kata Lavrov di Moskow.
"Kami tertarik dengan Ukraina menjadi bagian dari keluarga Eropa, dalam arti seluas-luasnya," katanya. "Ini berbahaya dan kontraproduktif untuk memaksa Ukraina memilih."
Kepala kebijakan luar negeri UE Catherine Ashton juga berusaha untuk meredakan ketegangan dalam konferensi pers di Kiev.
"Kami menawarkan dukungan, bukan campur tangan demi masa depan," kata Ashton kepada para wartawan dalam upaya mengecilkan klaim bahwa Barat ingin memasukkan Ukraina ke dalam ruang pengaruhnya.
Dia juga menekankan "pentingnya hubungan kuat antara Ukraina dan Rusia dan pentingnya mempertahankannya".
Namun, Ashton tidak menawarkan komitmen bantuan ekonomi kongkrit, hanya mengatakan bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) "sangat berharap untuk bertemu dengan pemerintahan baru mendatang.
Klitschko Maju Capres
Peristiwa bergejolak minggu terakhir memuncaki lebih dari tiga bulan protes tanpa henti terhadap pemerintahan Yanukovych yang dipicu oleh keputusannya pada November menolak pakta bersejarah dengan Uni Eropa untuk lebih berhubungan dekat dengan Moskow.
Salah satu bintang yang muncul selama kerusuhan ini adalah Vitali Klitschko, seorang juara dunia tinju kelas berat yang menjadi salah satu dari tiga pemimpin penting protes tersebut.
Pria jangkung berusia 42 tahun itu telah mampu menggunakan kemampuan olah raganya untuk menjembatani perbedaan tradisional di Ukraina antara Barat yang lebih nasionalis dan Timur dan Selatan yang pro-Rusia, dan dengan demikian memperoleh popularitas luas.
Klitschko mengumumkan Selasa dia akan mencalonkan diri menjadi presiden pada pemilu yang dijadwalkan 25 Mei, begitu komisi pemilihan umum secara resmi mengumumkan dimulainya kampanye pemilu.
Dan sementara parlemen Ukraina yang didominasi oposisi Selasa menunda pembentukan pemerintahan baru yang sangat dinanti hingga Kamis, parlemen menyatakan akan meminta kepada Pengadilan Kriminal Internasional agar menuntut Yanukovych atas "pembunuhan massal" terhadap para demonstran.
Namun, Yanukovych telah menghilang sejak dia dilaporkan mencoba melarikan diri dari negara itu pada Sabtu dari kota bagian timur Donetsk.
Pertarungan Timur-Barat?
Pemerintahan baru akan menghadapi tugas mempertahankan stabilitas keuangan dan teritorial di Ukraina menjelang pemungutan suara Mei.
Pada Minggu, ribuan orang berkumpul di kota pelabuhan Sevastopol di bagian selatan -- pangkalan Armada Laut Hitam Rusia selama 200 tahun dan benteng sentimen pro-Moskow -- meminta "Bunda Rusia" untuk menyelamatkan mereka.
Beberapa ratus orang masih berunjuk rasa Selasa, sementara dua kendaraan lapis baja ditempatkan dekat instalasi militer Rusia di pusat kota, yang dikatakan media lokal merupakan upaya untuk menghadapi potensi "serangan teroris".
Selasa petang, Amerika Serikat dan Inggris menyuarakan dukungan bagi Ukraina, menjanjikan negara itu semestinya tidak dipandang sebagai medan tempur antara Timur dan Barat.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, sesudah pembicaraan dengan mitranya dari AS John Kerry, menekankan integritas teritorial Ukraina.
"Ini bukan zero-sum game (menang kalah), ini bukan Barat lawan Timur," kata Kerry.
"Ini mengenai bangsa Ukraina dan rakyat Ukraina membuat pilihan menyangkut masa depan mereka."
Hague mengatakan: "Negara ini membutuhkan bantuan keuangan dari banyak sumber, termasuk dari Rusia. Ini bukan mau menariknya dari Rusia. Ini menyangkut pemberdayaan mereka untuk membuat pilihan mereka sendiri."
Dia juga melakukan pembicaraan dengan para pejabat dari IMF dan dijadwalkan akan segera mengunjungi Ukraina.
Wakil Menteri Luar Negeri AS William Burns tiba di Kiev pada Selasa dan bertemu Klitschko.
Di Washington, Wakil Presiden Joe Biden, orang yang bertanggung jawab atas Ukraina, bertemu dengan Didier Burkhalter, pemimpin Swiss dan Kepala Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang kini beranggotakan 57 negara yang memerankan peran penting selama transisi politis Ukraina.
Biden dan Burkhalter "berkonsultasi mengenai situasi terakhir di Ukraina, termasuk dukungan apa yang dapat diberikan Amerika Serikat dan OSCE untuk membantu mengembalikan negara itu ke dalam stabilitas dan perdamaian," kata pernyataan Gudung Putih. (*)
Rusia melunakkan nada kemarahannya terhadap pergantian rezim tiba-tiba pekan ini di Ukraina, sedangkan para diplomat senior UE dan AS mengunjungi negara bekas Soviet yang dicoba hendak disetir Yanukovych ke arah Moskow namun yang oleh para pemimpin barunya telah dicondongkan dengan keras ke Barat, lapor AFP.
Pembicaraan yang kalut terjadi antara para diplomat AS, Eropa dan Rusia ketika Ukraina meminta bantuan 35 miliar dolar (25 miliar euro) untuk menghindari kebangkrutan dan presiden sementara Oleksandr Turchynov memperingatkan ancaman pemisahan diri.
Uni Eropa telah mengatakan pihaknya siap untuk memberi bantuan keuangan bersyarat kepada Ukraina.
"Di beberapa wilayah Ukraina terdapat tanda-tanda separatisme sangat berbahaya," kata Turchynov kepada parlemen Selasa, menyuarakan ketakutan bahwa wilayah timur pro-Rusia mungkin mendesakkan pemisahan setelah pemerintahan pro-Barat berkuasa di negara itu menyusul protes anti-Yanukovych berbulan-bulan.
Rusia pada mulanya bereaksi dengan marah terhadap perubahan politik secara cepat pekan itu -- hasil bentrokan minggu lalu yang mengakibatkan hampir 100 orang meninggal -- menuduh pemimpin baru melakukan "pemberontakan bersenjata".
Namun pada Selasa Menteri Luar Negeri Rusia Segei Lavrov berupaya melunakkan nada, mengatakan Ukraina seharusnya tidak dipaksa untuk memilih antara Rusia atau Barat.
"Kami menegaskan posisi prinsip non intervensi kami dalam persoalan internal Ukraina," kata Lavrov di Moskow.
"Kami tertarik dengan Ukraina menjadi bagian dari keluarga Eropa, dalam arti seluas-luasnya," katanya. "Ini berbahaya dan kontraproduktif untuk memaksa Ukraina memilih."
Kepala kebijakan luar negeri UE Catherine Ashton juga berusaha untuk meredakan ketegangan dalam konferensi pers di Kiev.
"Kami menawarkan dukungan, bukan campur tangan demi masa depan," kata Ashton kepada para wartawan dalam upaya mengecilkan klaim bahwa Barat ingin memasukkan Ukraina ke dalam ruang pengaruhnya.
Dia juga menekankan "pentingnya hubungan kuat antara Ukraina dan Rusia dan pentingnya mempertahankannya".
Namun, Ashton tidak menawarkan komitmen bantuan ekonomi kongkrit, hanya mengatakan bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) "sangat berharap untuk bertemu dengan pemerintahan baru mendatang.
Klitschko Maju Capres
Peristiwa bergejolak minggu terakhir memuncaki lebih dari tiga bulan protes tanpa henti terhadap pemerintahan Yanukovych yang dipicu oleh keputusannya pada November menolak pakta bersejarah dengan Uni Eropa untuk lebih berhubungan dekat dengan Moskow.
Salah satu bintang yang muncul selama kerusuhan ini adalah Vitali Klitschko, seorang juara dunia tinju kelas berat yang menjadi salah satu dari tiga pemimpin penting protes tersebut.
Pria jangkung berusia 42 tahun itu telah mampu menggunakan kemampuan olah raganya untuk menjembatani perbedaan tradisional di Ukraina antara Barat yang lebih nasionalis dan Timur dan Selatan yang pro-Rusia, dan dengan demikian memperoleh popularitas luas.
Klitschko mengumumkan Selasa dia akan mencalonkan diri menjadi presiden pada pemilu yang dijadwalkan 25 Mei, begitu komisi pemilihan umum secara resmi mengumumkan dimulainya kampanye pemilu.
Dan sementara parlemen Ukraina yang didominasi oposisi Selasa menunda pembentukan pemerintahan baru yang sangat dinanti hingga Kamis, parlemen menyatakan akan meminta kepada Pengadilan Kriminal Internasional agar menuntut Yanukovych atas "pembunuhan massal" terhadap para demonstran.
Namun, Yanukovych telah menghilang sejak dia dilaporkan mencoba melarikan diri dari negara itu pada Sabtu dari kota bagian timur Donetsk.
Pertarungan Timur-Barat?
Pemerintahan baru akan menghadapi tugas mempertahankan stabilitas keuangan dan teritorial di Ukraina menjelang pemungutan suara Mei.
Pada Minggu, ribuan orang berkumpul di kota pelabuhan Sevastopol di bagian selatan -- pangkalan Armada Laut Hitam Rusia selama 200 tahun dan benteng sentimen pro-Moskow -- meminta "Bunda Rusia" untuk menyelamatkan mereka.
Beberapa ratus orang masih berunjuk rasa Selasa, sementara dua kendaraan lapis baja ditempatkan dekat instalasi militer Rusia di pusat kota, yang dikatakan media lokal merupakan upaya untuk menghadapi potensi "serangan teroris".
Selasa petang, Amerika Serikat dan Inggris menyuarakan dukungan bagi Ukraina, menjanjikan negara itu semestinya tidak dipandang sebagai medan tempur antara Timur dan Barat.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague, sesudah pembicaraan dengan mitranya dari AS John Kerry, menekankan integritas teritorial Ukraina.
"Ini bukan zero-sum game (menang kalah), ini bukan Barat lawan Timur," kata Kerry.
"Ini mengenai bangsa Ukraina dan rakyat Ukraina membuat pilihan menyangkut masa depan mereka."
Hague mengatakan: "Negara ini membutuhkan bantuan keuangan dari banyak sumber, termasuk dari Rusia. Ini bukan mau menariknya dari Rusia. Ini menyangkut pemberdayaan mereka untuk membuat pilihan mereka sendiri."
Dia juga melakukan pembicaraan dengan para pejabat dari IMF dan dijadwalkan akan segera mengunjungi Ukraina.
Wakil Menteri Luar Negeri AS William Burns tiba di Kiev pada Selasa dan bertemu Klitschko.
Di Washington, Wakil Presiden Joe Biden, orang yang bertanggung jawab atas Ukraina, bertemu dengan Didier Burkhalter, pemimpin Swiss dan Kepala Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang kini beranggotakan 57 negara yang memerankan peran penting selama transisi politis Ukraina.
Biden dan Burkhalter "berkonsultasi mengenai situasi terakhir di Ukraina, termasuk dukungan apa yang dapat diberikan Amerika Serikat dan OSCE untuk membantu mengembalikan negara itu ke dalam stabilitas dan perdamaian," kata pernyataan Gudung Putih. (*)
Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: