Medan (ANTARA) - Dari luar gedung, terdengar suara riuh di ruangan kampus swasta di Kota Medan. Masuk ke dalam, tampak ratusan peserta berbaju hitam yang bertuliskan "Penggiat P4GN dan Launching Bimtek Life Skill Kawasan Rawan Narkotika Se Indonesia" itu duduk dengan rapi.

Di sudut ruangan, terlihat meja bersusun rapi dengan menyajikan semacam jajanan roti, jamu, aksesoris, ada juga jual bibit anggur dan dominan minuman kopi.

Sejumlah calon barisata yang memakai celemek bergambar itu tampak berdiri dengan serius mendengar arahan dari pembimbing. Secara perlahan tangan mereka mulai bergerak lincah meramu bubuk kopi sambil matanya fokus tertuju pada six v atau alat saring kopi. Mereka tampak serius menuangkan air panas ke kopi tubruk tersebut.

Setetes demi setetes, calon barista itu menunggu larutan kopi dengan air tersebut bercampur sempurna. Sebelum diseduh dengan air, mereka juga memeriksa berat kopi itu di timbangan digital.

Topan, salah satu mantan pecandu narkoba tersenyum, sambil berkata bahwa dia baru tahu rumitnya menyajikan kopi "berkelas", karena biasanya dia langsung meminum saja setelah diseduh dengan air panas, dengan takaran tanpa ditimbang.

Meskipun demikian, ia mengaku bersyukur karena pelatihan mengenai barista yang diselenggarakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) itu akan menambah keterampilan anak muda untuk dididik menjadi barista.

Pelatihan itu juga menjadi sarana motivasi bagi mantan pecandu narkoba untuk menambah dan meningkatkan keterampilan untuk menjadi sarana berusaha. Apalagi, selain pelatihan, BNN juga memberikan alat mesin kopi sebagai modal berwirausaha.

Muhammad Raiza yang menjadi mentor pelatihan barista itu menilai kegiatan itu sebagai terobosan baru, sehingga dia bersemangat menularkan ilmunya kepada anak-anak muda agar tidak kembali ke pola hidup lama yang akrab dengan narkoba.

Demikian juga bagi anak muda yang belum pernah kenal dengan barang haram itu, sehingga tidak terperosok karena memiliki kegiatan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya.

Dengan demikian, maka kegiatan pelatihan itu merupakan langkah terobosan untuk pemutus rantai peredaran narkoba di wilayah itu.

Setelah pelatihan tersebut masih akan berlanjut dengan kerja sama, karena mentor dalam kegiatan itu juga akan mendukung penyiapan bahan baku kopi sehingga para peserta dapat terus meningkatkan keterampilannya dalam mengolah dan meramu minum kopi yang kini banyak digemari semua kalangan di berbagai daerah dan dunia.

Pada kegiatan pelatihan keterampilan itu, BNN memprioritaskan tujuh daerah sebagai lokasi pembinaan keterampilan untuk mencegah peredaran narkoba di masyarakat.

Inspektur Utama Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Irjen Pol Wahyono mengemukakan tujuh wilayah yang menjadi prioritas pencegahan, dengan pola soft power approach itu adalah Sumatera Utara, Aceh, Palembang, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau dan Palembang.

Kegiatan oleh BNN itu berupa bimbingan teknis, pelatihan keterampilan hidup dan lainnya, yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat, khususnya yang rawan menjadi tempat peredaran narkoba.

Dengan memiliki keterampilan hidup dari pelatihan itu, maka lingkungan yang terindikasi rawan peredaran narkoba memiliki daya cegah dan daya tangkal terhadap ancaman bahaya obat terlarang tersebut.

Untuk kegiatan pelatihan di Kota Medan diikuti oleh 365 orang yang terdiri dari mantan penyalahguna narkoba maupun masyarakat yang tinggal di daerah rawan peredaran narkoba.

Materi pelatihannya bukan hanya mengenai barista, melainkan juga pembuatan minuman jahe merah, dan produk makanan lainnya, disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing yang bisa dikembangkan oleh anak muda.


Mengubah perilaku

Ahli psikologi dari Universitas Sumatera Utara Kiki Fatmala Sari mengatakan, adanya peningkatan keterampilan yang diberikan kepada masyarakat pada daerah rawan narkoba dengan harapan dapat berwirausaha atau mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, tentunya memiliki pengaruh yang positif.

Masyarakat memiliki aktivitas yang terstruktur dan bermanfaat, sehingga kemungkinan terjerat kepada pikiran dan perilaku negatif dapat teralihkan pada kesibukan yang lebih bermanfaat, apalagi dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dengan memiliki satu keterampilan yang positif dan berguna bagi keberlangsungan hidupnya, maka rasa mampu seseorang akan meningkat, yang kemudian juga meningkatkan rasa berharga atau berguna bagi kehidupan.

Meskipun demikian, mengubah perilaku dan kebiasaan seseorang itu tidak mudah, termasuk pada mereka yang sudah kecanduan narkoba. Upaya itu memerlukan konsistensi dan keseriusan, khususnya yang berangkat dari motivasi diri.

Dengan kolaborasi berbagai pihak, seperti dalam pelatihan di Kota Medan itu, yakni inisiatif dari BNN kemudian didukung oleh mentor barista, dan tentunya keluarga para mantan pecandu, maka tingkat keberhasilan untuk mencegah maupun untuk membentengi mantan pecandu agar tidak kembali ke pola kehidupan sebelumnya akan lebih bagus.

Hal yang tidak kalah penting dalam upaya memberantas peredaran narkoba ini adalah penerimaan masyarakat terhadap para mantan pecandu. Dengan memiliki keterampilan baru yang lebih bermanfaat, maka secara perlahan, para pecandu itu akan mudah diterima oleh masyarakat.

Hasil akhir dari pelatihan oleh BNN itu adalah keterampilan baru bagi para pecandu yang dapat mereka gunakan untuk bekal mencari kerja atau bahkan mereka menjadi wirausaha baru dengan membuka kafe atau warung kopi dengan penyajian berkelas barista, sehingga mereka tidak lagi mampu "digoda" oleh jeratan bandar serta pengedar narkoba.