GAPMMI: Edukasi konsumen lebih penting ketimbang cukai minuman bergula
22 Juli 2024 22:11 WIB
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman saat menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, Senin (22/7/2024). ANTARA/Shofi Ayudiana
Jakarta (ANTARA) - Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menekankan pentingnya edukasi konsumen dalam upaya mengurangi konsumsi gula dan menurunkan angka penyakit tidak menular di Indonesia.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa edukasi kepada konsumen jauh lebih penting ketimbang memberlakukan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan.
Ia menyebut banyak negara lain yang telah memberlakukan cukai terhadap minuman berpemanis, tetapi tak lantas menurunkan persentase penyakit tidak menular di negaranya.
Pasalnya, menurut Adhi, penanganan konsumsi gula harus dilakukan secara komprehensif dan tidak hanya fokus pada industri makanan dan minuman (mamin).
Adhi juga menekankan pentingnya partisipasi aktif konsumen dalam menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan dan mengendalikan konsumsi gula mereka sendiri.
GAPMMI menyatakan siap untuk bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pihak dalam meningkatkan edukasi konsumen tentang pola makan sehat dan mengendalikan konsumsi gula.
Lebih lanjut, Adhi menilai meskipun diberlakukan cukai sebesar apa pun, jika konsumen tetap mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula secara berlebihan, upaya tersebut akan sia-sia.
“Akhirnya konsumen harus membayar lebih mahal, beban lebih tinggi, dan daya saing kita makin rendah. Namun, penyakit tidak menularnya tetap tinggi,” katanya.
Pemerintah sebelumnya telah menyepakati untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna membatasi kandungan gula, garam, dan lemak dalam proses produksi industri makanan dan minuman olahan.
Langkah ini dinilai merupakan strategi yang lebih baik ketimbang penerapan cukai.
Baca juga: GAPMMI harap pemerintah gencarkan investasi bahan baku makanan
Baca juga: GAPMMI berharap suku bunga acuan tetap 6,25 persen hingga akhir 2024
Baca juga: Gapmmi minta industri mamin dapat gas murah
Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa edukasi kepada konsumen jauh lebih penting ketimbang memberlakukan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan.
Ia menyebut banyak negara lain yang telah memberlakukan cukai terhadap minuman berpemanis, tetapi tak lantas menurunkan persentase penyakit tidak menular di negaranya.
Pasalnya, menurut Adhi, penanganan konsumsi gula harus dilakukan secara komprehensif dan tidak hanya fokus pada industri makanan dan minuman (mamin).
Adhi juga menekankan pentingnya partisipasi aktif konsumen dalam menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan dan mengendalikan konsumsi gula mereka sendiri.
GAPMMI menyatakan siap untuk bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pihak dalam meningkatkan edukasi konsumen tentang pola makan sehat dan mengendalikan konsumsi gula.
Lebih lanjut, Adhi menilai meskipun diberlakukan cukai sebesar apa pun, jika konsumen tetap mengkonsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula secara berlebihan, upaya tersebut akan sia-sia.
“Akhirnya konsumen harus membayar lebih mahal, beban lebih tinggi, dan daya saing kita makin rendah. Namun, penyakit tidak menularnya tetap tinggi,” katanya.
Pemerintah sebelumnya telah menyepakati untuk memberlakukan Standar Nasional Indonesia (SNI) guna membatasi kandungan gula, garam, dan lemak dalam proses produksi industri makanan dan minuman olahan.
Langkah ini dinilai merupakan strategi yang lebih baik ketimbang penerapan cukai.
Baca juga: GAPMMI harap pemerintah gencarkan investasi bahan baku makanan
Baca juga: GAPMMI berharap suku bunga acuan tetap 6,25 persen hingga akhir 2024
Baca juga: Gapmmi minta industri mamin dapat gas murah
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: