DBS optimis "consumer banking" bisa tumbuh dua digit pada semester II
22 Juli 2024 20:20 WIB
Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom (tengah) bersama Head of Segmentation & Liabilities PT Bank DBS Indonesia Natalina Syahbana (kanan) dan Head of Investment & Insurance Bank PT DBS Indonesia Djoko Soelistyo (kiri) saat acara "editorial luncheon" bersama media di Jakarta, Senin (22/7/2024). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)
Jakarta (ANTARA) - PT Bank DBS Indonesia optimis bisnis consumer banking (layanan nasabah retail) dapat tumbuh dua digit di semester kedua tahun ini, sejalan dengan outlook makroekonomi yang menunjukkan sinyal positif pada periode tersebut.
“Kalau dilihat dengan indikasi-indikasi perekonomian, baik itu sinyal terkait inflasi ataupun suku bunga, justru saya rasa kita semua optimis di semester kedua. Makanya kami percaya bahwa pertumbuhan kita akan double digit growth,” kata Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom saat acara "editorial luncheon" bersama media di Jakarta, Senin.
Dia juga menyampaikan, DBS Indonesia meyakini bisnis wealth management atau manajemen kekayaan akan terus bertumbuh seiring dengan semakin bertambahnya masyarakat yang memiliki dana Rp500 juta ke atas.
Hal itu didukung oleh data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menyebutkan bahwa jumlah tabungan dengan nominal di atas Rp5 miliar meningkat hingga 9,14 persen pada April 2024.
Melfrida pun menegaskan, DBS Indonesia berkomitmen untuk menyediakan solusi yang disesuaikan dengan semua segmen mulai dari segmen emerging affluent hingga affluent.
Untuk segmen emerging affluent, DBS menyediakan layanan bank digital “digibank by DBS” dengan penempatan dana di bawah Rp500 juta. Adapun nasabah yang lebih affluent, DBS menawarkan “DBS Treasures” dengan minimum penempatan dana Rp500 juta dan “DBS Treasures Private Client (TPC)” minimum penempatan dana Rp10 miliar.
“Setiap segmen, kami benar-benar memperhatikan produknya apa, proposisinya apa, kemudian people-nya siapa yang akan handle, kemudian dari purpose-nya sendiri masing-masing,” ujar Melfrida.
Head of Segmentation & Liabilities PT Bank DBS Indonesia Natalina Syahbana mengatakan bahwa setiap segmen nasabah di DBS juga memiliki kebutuhan dan engagement yang berbeda-beda.
Nasabah berusia muda, kata Natalina, cenderung lebih menyukai layanan yang serba digital sementara nasabah yang berusia lebih tua lebih memilih layanan konvensional seperti bertemu secara langsung dengan relationship manager-nya.
Natalina menyebutkan, nasabah “digibank by DBS” didominasi oleh kelompok muda yang berusia antara 20-30 tahun. Sementara nasabah “Treasures” rata-rata berasal dari kelompok usia 40 tahun ke atas dan “Treasures Private Client (TPC)” berasal dari kelompok usia di atas 50 tahun.
“Yang lebih muda itu mereka lebih fokusnya lebih ke kebutuhan finansial, seperti bagaimana menata keuangan. Tapi kalau untuk ‘Treasures’ dan ‘TPC’, di samping kebutuhan finansial, mereka itu mintanya informasi tentang sektor riil karena biasanya kebanyakan ‘Treasures’ dan ‘TPC’ kami itu memang entrepreneur,” kata dia.
DBS Indonesia, melalui riset terbarunya, menemukan adanya perubahan kebutuhan terhadap wealth management. Sebelumnya, definisi wealth pada segmen affluent hanya mencakup finansial pribadi namun saat ini juga mencakup aspek finansial bisnis. Dengan demikian, mitra manajemen kekayaan dituntut untuk memiliki visi dan kapabilitas yang mendukung kedua aspek tersebut.
Studi Customer Immersion untuk segmen priority dan private banking Bank DBS Indonesia pada 2024 menyoroti dominasi segmen affluent di Indonesia yang meliputi 66 persen pemilik bisnis, diikuti dengan 16 persen karyawan swasta dan 15 persen kalangan profesional.
Temuan lainnya, catat DBS Indonesia, segmen ritel, priority, dan private banking memiliki kebutuhan bersama dalam mencari mitra yang dapat memberikan panduan dan berdiskusi mengenai peluang investasi dan bisnis, khususnya untuk priority dan private banking.
Untuk mendukung seluruh segmen, DBS Indonesia pun menghadirkan solusi yang dipersonalisasi sesuai profil masing-masing segmen agar nasabah salah satunya mencakup insight lokal dan regional. Selain itu, tersedia pula solusi jaringan internasional Bank DBS, layanan perbankan bisnis dan investasi (consumer banking group dan institutional banking group), serta insight yang dipertajam oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
DBS Indonesia pun senantiasa mendorong wealth penetration melalui peningkatan literasi finansial serta memperluas akses produk-produk investasi di dalam ekosistem “digibank by DBS” bersama mitra non-perbankan di sektor wealth technology. Kemitraan ini akan terus diperluas di tahun 2025 untuk mengakselerasi pertumbuhan wealth di Bank DBS Indonesia.
Baca juga: DBS perkirakan rupiah menguat di Q4 jika The Fed turunkan suku bunga
Baca juga: J Trust Bank salurkan kredit Rp24,52 triliun per Januari 2024
Baca juga: Kantar: Belanja rumah tangga masyarakat tumbuh 9 persen pada kuartal I
“Kalau dilihat dengan indikasi-indikasi perekonomian, baik itu sinyal terkait inflasi ataupun suku bunga, justru saya rasa kita semua optimis di semester kedua. Makanya kami percaya bahwa pertumbuhan kita akan double digit growth,” kata Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom saat acara "editorial luncheon" bersama media di Jakarta, Senin.
Dia juga menyampaikan, DBS Indonesia meyakini bisnis wealth management atau manajemen kekayaan akan terus bertumbuh seiring dengan semakin bertambahnya masyarakat yang memiliki dana Rp500 juta ke atas.
Hal itu didukung oleh data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menyebutkan bahwa jumlah tabungan dengan nominal di atas Rp5 miliar meningkat hingga 9,14 persen pada April 2024.
Melfrida pun menegaskan, DBS Indonesia berkomitmen untuk menyediakan solusi yang disesuaikan dengan semua segmen mulai dari segmen emerging affluent hingga affluent.
Untuk segmen emerging affluent, DBS menyediakan layanan bank digital “digibank by DBS” dengan penempatan dana di bawah Rp500 juta. Adapun nasabah yang lebih affluent, DBS menawarkan “DBS Treasures” dengan minimum penempatan dana Rp500 juta dan “DBS Treasures Private Client (TPC)” minimum penempatan dana Rp10 miliar.
“Setiap segmen, kami benar-benar memperhatikan produknya apa, proposisinya apa, kemudian people-nya siapa yang akan handle, kemudian dari purpose-nya sendiri masing-masing,” ujar Melfrida.
Head of Segmentation & Liabilities PT Bank DBS Indonesia Natalina Syahbana mengatakan bahwa setiap segmen nasabah di DBS juga memiliki kebutuhan dan engagement yang berbeda-beda.
Nasabah berusia muda, kata Natalina, cenderung lebih menyukai layanan yang serba digital sementara nasabah yang berusia lebih tua lebih memilih layanan konvensional seperti bertemu secara langsung dengan relationship manager-nya.
Natalina menyebutkan, nasabah “digibank by DBS” didominasi oleh kelompok muda yang berusia antara 20-30 tahun. Sementara nasabah “Treasures” rata-rata berasal dari kelompok usia 40 tahun ke atas dan “Treasures Private Client (TPC)” berasal dari kelompok usia di atas 50 tahun.
“Yang lebih muda itu mereka lebih fokusnya lebih ke kebutuhan finansial, seperti bagaimana menata keuangan. Tapi kalau untuk ‘Treasures’ dan ‘TPC’, di samping kebutuhan finansial, mereka itu mintanya informasi tentang sektor riil karena biasanya kebanyakan ‘Treasures’ dan ‘TPC’ kami itu memang entrepreneur,” kata dia.
DBS Indonesia, melalui riset terbarunya, menemukan adanya perubahan kebutuhan terhadap wealth management. Sebelumnya, definisi wealth pada segmen affluent hanya mencakup finansial pribadi namun saat ini juga mencakup aspek finansial bisnis. Dengan demikian, mitra manajemen kekayaan dituntut untuk memiliki visi dan kapabilitas yang mendukung kedua aspek tersebut.
Studi Customer Immersion untuk segmen priority dan private banking Bank DBS Indonesia pada 2024 menyoroti dominasi segmen affluent di Indonesia yang meliputi 66 persen pemilik bisnis, diikuti dengan 16 persen karyawan swasta dan 15 persen kalangan profesional.
Temuan lainnya, catat DBS Indonesia, segmen ritel, priority, dan private banking memiliki kebutuhan bersama dalam mencari mitra yang dapat memberikan panduan dan berdiskusi mengenai peluang investasi dan bisnis, khususnya untuk priority dan private banking.
Untuk mendukung seluruh segmen, DBS Indonesia pun menghadirkan solusi yang dipersonalisasi sesuai profil masing-masing segmen agar nasabah salah satunya mencakup insight lokal dan regional. Selain itu, tersedia pula solusi jaringan internasional Bank DBS, layanan perbankan bisnis dan investasi (consumer banking group dan institutional banking group), serta insight yang dipertajam oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
DBS Indonesia pun senantiasa mendorong wealth penetration melalui peningkatan literasi finansial serta memperluas akses produk-produk investasi di dalam ekosistem “digibank by DBS” bersama mitra non-perbankan di sektor wealth technology. Kemitraan ini akan terus diperluas di tahun 2025 untuk mengakselerasi pertumbuhan wealth di Bank DBS Indonesia.
Baca juga: DBS perkirakan rupiah menguat di Q4 jika The Fed turunkan suku bunga
Baca juga: J Trust Bank salurkan kredit Rp24,52 triliun per Januari 2024
Baca juga: Kantar: Belanja rumah tangga masyarakat tumbuh 9 persen pada kuartal I
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: