Jakarta (ANTARA) - Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) berharap suku bunga acuan atau BI Rate akan tetap bertahan pada level 6,25 persen setidaknya hingga akhir tahun ini demi meringankan beban industri yang saat ini tengah bergelut dengan berbagai tantangan.

Ketua Umum GAPMMI Adhi Lukman di Jakarta, Senin, mengatakan industri makanan dan minuman saat ini tengah menghadapi tantangan, seperti kenaikan biaya logistik dan modal.

Adhi menjelaskan sebagian besar industri makanan dan minuman memiliki pinjaman bank, rata-rata sekitar 70 persen. Kenaikan bunga bank akan otomatis meningkatkan biaya di tengah biaya logistik yang juga melonjak.

Menurutnya, kenaikan biaya logistik di beberapa negara kini mencapai tiga kali lipat, dan kesulitan mendapatkan kontainer memaksa industri untuk meningkatkan persediaan mereka, yang tentu membutuhkan modal tambahan.

“Kalau dulu cukup stok dua minggu. Sekarang satu bulan, bahkan ada bahan baku tertentu yang harus dua bulan stok. Peningkatan stok ini membutuhkan modal dan kenaikan bunga akan mempermahal modal,” ujar dia.

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,25 persen setelah pada April 2024 memutuskan untuk menaikkan 25 basis poin (bps). Keputusan ini diambil sebagai upaya untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 ± 1 persen pada 2024 dan 2025.

BI juga mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 5,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 7 persen.

BI menyatakan fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk modal asing.

Baca juga: Gapmmi: Inisiasi kelembagaan kakao-kelapa pacu hilirisasi
Baca juga: GAPMMI harap BI segera intervensi guna pulihkan nilai tukar rupiah
Baca juga: GAPMMI sebut industri kecil terbantu program Klinik Desain Kemenperin