Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan alumunium asal Rusia dan terbesar di dunia, Russian Alumunium Company (Rusal) meminta waktu tiga bulan kepada pemerintah Indonesia untuk menjajaki siapa mitra lokal yang akan digandeng dalam pendirian pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina.

Menteri Perindustrian MS Hidayat usai pertemuan dengan CEO Rusal, Oleg Deripaska, dan sejumlah delegasi Rusia di Jakarta, Selasa, mengatakan jangka waktu tiga bulan itu akan dipergunakan Rusal untuk mengkaji potensi sumber-sumber bauksit dari daftar calon mitra lokal.

"Setelah tiga bulan baru Rusal mmastikan angka investasinya, dalam (pengolahan) alumina. Setelah mereka 'secure' dengan sumber-sumber bauksit itu," ujar Hidayat.

Rusal sebenarnya bukan yang pertama kalinya datang dan menjajaki kerja sama dengan Indonesia. Sebelumnya Rusal telah menjalin nota kesepahaman dengan salah satu perusahaan di Indonesia, tapi belum terdapat tindak lanjut spesifik dari kesepakatan itu.

"Tadi juga mereka minta maaf, (belum ada kelanjutan) itu karena ada masalah global," kata Hidayat.

Menperin Hidayat menambahkan, Rusal, yang Selasa ini akan menandatangani nota kesepahaman dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga sedang mengkaji mengenai regulasi untuk pembangunan smelter alumina, dan komoditi lain yakni nikel dan tembaga.

Hidayat berharap jika hilirisasi sumber bauksit ini berjalan lancar, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk menghentikan impor alumina.

Selama pembicaraan dengan Rusal yang didampingi Wakil Ketua Kadin bidang IT dan Penyiaran, Didie Suwondo, delegasi Rusia juga mengapresiasi dengan impelementasi Undang-Undang Minerba Nomor 4 Tahun 2009.

Implementasi UU itu dianggap sebagai sebuah perlindungan untuk penambahan nilai bahan baku bauksit.

"Dan kami juga akan melindungi dia terhadap kekhawatiran orang bahwa kita tidak akan biarkan ekspor bauksit. Karena kita sudah menyetop sama sekali. Mereka bilang terima kasih," ujar Hidayat.

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi mengatakan kunjungan Rusal dan sejumlah delegasi ke Kemenperin merupakan kunjungan kehormatan untuk penjajakan pabrik yang tidak hanya berkisar di pengolahan alumina saja.

"Ingat, mereka tidak hanya jago di alumina saja loh, ada nikel, dan tembaga," ujarnya.

Sementara itu, Oleg Deripaska yang ditemui setelah pertemuan dengan Hidayat, enggan memberikan penjelasan kepada pers dan langsung pergi meninggalkan Kantor Kemenperin. (*)