Canberra (ANTARA) - Gangguan yang berkaitan dengan lumpuhnya sistem teknologi dan informasi (TI) global CrowdStrike akan terus berlanjut selama beberapa pekan, seperti diungkapkan Menteri Dalam Negeri Australia Clare O'Neil.
O'Neil, Minggu (21/7), memperingatkan bahwa diperlukan waktu hingga dua pekan bagi sektor-sektor yang terdampak gangguan untuk kembali normal.
Gangguan pada Microsoft Windows, yang dipicu pembaruan perangkat lunak yang dilakukan oleh perusahaan keamanan siber CrowdStrike pada Jumat (19/7), mengakibatkan lumpuhnya operasional sejumlah bank, maskapai penerbangan, dan bisnis di seluruh dunia.
O'Neil pada Minggu menggelar pertemuan Mekanisme Koordinasi Nasional, yang mempertemukan badan-badan pemerintah dan perwakilan dari industri yang terdampak untuk membahas gangguan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di media sosial setelah pertemuan itu, dia mengatakan bahwa masih diperlukan waktu sebelum semua sistem dapat beroperasi secara optimal.
"Ada banyak sekali pekerjaan yang dilakukan selama akhir pekan ini untuk memulihkan perekonomian hingga normal. Namun, ini akan memakan waktu hingga semua sektor yang terdampak benar-benar kembali beroperasi," ujar O'Neil.
"Dalam beberapa kasus, kita mungkin menemui masalah gangguan awal selama satu atau dua pekan. Tidak ada dampak terhadap infrastruktur penting atau layanan pemerintah," kata O'Neil menambahkan.
Dalam pertemuan tersebut, perwakilan CrowdStrike mengatakan bahwa mereka tinggal selangkah lagi meluncurkan perbaikan otomatis untuk isu itu, yang menurut O'Neil akan meningkatkan kecepatan sistem untuk kembali beroperasi.
O'Neil mendesak warga Australia untuk sangat berhati-hati terhadap penipuan dan phishing yang mencoba memanfaatkan gangguan tersebut.
Australia sebut efek gangguan CrowdStrike bisa berlangsung dua pekan
22 Juli 2024 17:45 WIB
Kereta trem melewati Katedral St. Paul di Melbourne, Australia, 2 Juli 2024. (ANTARA/Xinhua/Ma Ping)
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024
Tags: