Mayoritas kabupaten/kota di Jateng rawan bencana
25 Februari 2014 23:45 WIB
ilustrasi Banjir Pati Warga berada di rumahnya yang tergenang banjir di kawasan Jakenan, Pati, Jateng, Sabtu (1/2). Hingga saat ini 104 desa di 14 kecamatan di Pati terendam banjir setinggi 20-200 cm sejak du pekan terakhir. ANTARA FOTO/ Andreas Fitri Atmoko ()
Kudus (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah mencatat mayoritas kabupaten/kota di provinsi ini rawan bencana, kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jateng M. Natsir Noor Effendy.
"Berdasarkan hasil penelitian, dari 35 kabupaten/kota di Jateng, tercatat ada 34 kabupaten/kota yang tingkat kerawanannya cukup tinggi," ujarnya saat menjadi pembicara pada diskusi publik tentang bencana di Muria yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Muria Kudus, di Kudus, Selasa.
Bahkan, kata dia, ada yang menganggap bahwa Jateng sebagai supermarketnya bencana.
Adapun satu daerah yang tingkat kerawanannya tergolong sedang, yakni Kota Salatiga dengan skor kerawanan hanya 34.
Sementara daerah yang kerawanannya menduduking rangkin pertama di tingkat provinsi, yakni Kabupaten Cilacap dengan skor 132.
"Rangking kerawanan bencana tingkat nasional menduduki peringkat tiga," ujarnya.
Untuk wilayah eks-Keresidenan Pati, indeks rawan bencana tertinggi adalah Kabupaten Jepara dengan skor 105 dan menduduki rangking enam tingkat provinsi, sedangkan tingkat nasional rangking 21.
Kabupaten Pati hanya menduduki peringkat 10 untuk tingkat provinsi dengan skor 98, sedangkan kerawanan bencana tingkat nasional berada di peringkat 31.
"Kabupaten Kudus yang juga dilanda bencana banjir dan tanah longsor menduduki peringkat 18 untuk tingkat Jateng dan peringkat 103 untuk tingkat nasional dengan skor 78," ujarnya.
Sementara Kabupaten Rembang berada di peringkat 19 tingkat provinsi dengan skor 77 dan peringkat 107 tingkat nasional.
Dari 35 kabupaten/kota di Jateng, katanya, masih ada dua daerah yang belum membentuk BPBD, yakni Kota Magelang dan Surakarta yang indeks kerawanan bencananya cukup rendah, karena keduanya berada di urutan masing-masing 34 dan 35 tingkat Jateng.
Berdasaran rekapitulasi kejadian bencana selama 2013, untuk puting beliung sebanyak 212 kejadian, banjir 114 kasus, gempa bumi delapan kasus, kebakaran 201 kasus, kekeringan dua kasus dan letusan gunung api dua kasus.
Bencana lainnya, yakni tanah longsor sebanyak 244 kasus, dan bencana lainnya enam kasus.
"Jika dijumlahkan, maka tercatat ada 791 kejadian bencana selama 2013 atau lebih rendah dibanding dengan jumlah kejadian selama 2012 mencapai 982 kejadian," ujarnya.
Menurut dia, setiap terjadi peristiwa bencana harus mampu diatasi oleh daerah atau masyarakat setempat.
Apabila mampu mengatasinya, kata dia, daerah tersebut memiliki indikasi sebagai daerah tangguh.
Suatu daerah dikatakan tangguh dalam menghadapi bencana, di antaranya mampu mengidentifikasi ancaman yang ada di sekitarnya, mengantisipasi dan melindungi ancaman bencana, kemampuan beradaptasi diri dalam situasi bencana, dan bangkit kembali dari akibat bencana yang menimpa.(*)
"Berdasarkan hasil penelitian, dari 35 kabupaten/kota di Jateng, tercatat ada 34 kabupaten/kota yang tingkat kerawanannya cukup tinggi," ujarnya saat menjadi pembicara pada diskusi publik tentang bencana di Muria yang diselenggarakan oleh BEM Universitas Muria Kudus, di Kudus, Selasa.
Bahkan, kata dia, ada yang menganggap bahwa Jateng sebagai supermarketnya bencana.
Adapun satu daerah yang tingkat kerawanannya tergolong sedang, yakni Kota Salatiga dengan skor kerawanan hanya 34.
Sementara daerah yang kerawanannya menduduking rangkin pertama di tingkat provinsi, yakni Kabupaten Cilacap dengan skor 132.
"Rangking kerawanan bencana tingkat nasional menduduki peringkat tiga," ujarnya.
Untuk wilayah eks-Keresidenan Pati, indeks rawan bencana tertinggi adalah Kabupaten Jepara dengan skor 105 dan menduduki rangking enam tingkat provinsi, sedangkan tingkat nasional rangking 21.
Kabupaten Pati hanya menduduki peringkat 10 untuk tingkat provinsi dengan skor 98, sedangkan kerawanan bencana tingkat nasional berada di peringkat 31.
"Kabupaten Kudus yang juga dilanda bencana banjir dan tanah longsor menduduki peringkat 18 untuk tingkat Jateng dan peringkat 103 untuk tingkat nasional dengan skor 78," ujarnya.
Sementara Kabupaten Rembang berada di peringkat 19 tingkat provinsi dengan skor 77 dan peringkat 107 tingkat nasional.
Dari 35 kabupaten/kota di Jateng, katanya, masih ada dua daerah yang belum membentuk BPBD, yakni Kota Magelang dan Surakarta yang indeks kerawanan bencananya cukup rendah, karena keduanya berada di urutan masing-masing 34 dan 35 tingkat Jateng.
Berdasaran rekapitulasi kejadian bencana selama 2013, untuk puting beliung sebanyak 212 kejadian, banjir 114 kasus, gempa bumi delapan kasus, kebakaran 201 kasus, kekeringan dua kasus dan letusan gunung api dua kasus.
Bencana lainnya, yakni tanah longsor sebanyak 244 kasus, dan bencana lainnya enam kasus.
"Jika dijumlahkan, maka tercatat ada 791 kejadian bencana selama 2013 atau lebih rendah dibanding dengan jumlah kejadian selama 2012 mencapai 982 kejadian," ujarnya.
Menurut dia, setiap terjadi peristiwa bencana harus mampu diatasi oleh daerah atau masyarakat setempat.
Apabila mampu mengatasinya, kata dia, daerah tersebut memiliki indikasi sebagai daerah tangguh.
Suatu daerah dikatakan tangguh dalam menghadapi bencana, di antaranya mampu mengidentifikasi ancaman yang ada di sekitarnya, mengantisipasi dan melindungi ancaman bencana, kemampuan beradaptasi diri dalam situasi bencana, dan bangkit kembali dari akibat bencana yang menimpa.(*)
Pewarta: Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: