Yogyakarta (ANTARA News) - Universitas Islam Indonesia Yogyakarta memperluas jaringan kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi asing untuk menghadapi isu internasionalisasi pendidikan tinggi.
"Kerja sama dengan perguruan tinggi asing penting dalam rangka meningkatkan daya saing dan kapasitas akademik serta upaya internasionalisasi Universitas Islam Indonesia (UII)," kata Rektor UII Edy Suandi Hamid di Yogyakarta, Selasa.
Oleh karena itu, kata dia, UII menjalin kerja sama dengan tiga perguruan tinggi ternama di Thailand, yakni Rangsit University, Rajamangala University of Technology Thanyaburi (RMUTT), dan Chulalongkorn University.
"Kerja sama dengan perguruan tinggi di Thailand itu dipandang penting mengingat pada 2015 Indonesia akan mengikuti skema ASEAN Economic Community bersama negara ASEAN lainnya," kata Edy yang memimpin delegasi UII berkunjung ke Thailand pekan lalu.
Pada kunjungan ke Rangsit University, pihak UII menandatangani nota kesepahaman dalam program Passage to ASEAN (P2A). Program itu memungkinkan para mahasiswa UII untuk berkunjung ke universitas-universitas di negara ASEAN yang telah menjadi anggota P2A.
Menurut dia, salah satu tawaran menarik dari program tersebut adalah rendahnya biaya yang harus dibayarkan oleh mahasiswa peserta program. Misalnya, dalam kunjungan sembilan hari ke Thailand, Kamboja, dan Vietnam, mahasiswa hanya dibebani biaya sekitar 306 dolar AS.
"Program P2A positif untuk memfasilitasi mahasiswa yang ingin mencari pengalaman dan bertukar pemikiran dengan komunitas akademik di negara-negara ASEAN," katanya.
Ia mengatakan program itu rencananya dapat diikuti oleh semua mahasiswa UII yang berminat dengan syarat minimal telah menyelesaikan enam semester dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik.
"Kami juga berkunjung ke RMUTT untuk membahas perluasan kerja sama antara kedua universitas. Perluasan bidang kerja sama itu meliputi penawaran studi lanjut dan joint degree untuk program studi berbahasa Inggris," katanya.
RMUTT juga menawarkan kerja praktik bagi mahasiswa UII pada mitra industri RMUTT di Thailand yang dilaksanakan pada Maret hingga Mei setiap tahun.
"Saat ini ada delapan mahasiswa UII yang dual degree di RMUTT dengan beasiswa dari Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Ditjen Dikti Kemdikbud," katanya.
Menurut dia, dalam kunjungan ke Chulalongkorn University diketahui bahwa universitas ini telah mengembangkan Lembaga Pusat Studi Halal yang maju dan modern, yang dinamakan Halal Science Center (HSC).
Lembaga yang telah berdiri sejak 2003 itu bertugas melakukan kajian ilmiah terhadap makanan dan produk halal, khususnya di Thailand. Produk yang telah mendapat sertifikasi dari HSC dapat dipertanggungjawabkan kehalalannya sehingga aman dikonsumsi oleh komunitas Muslim.
Selain itu, masyarakat juga dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara mudah melalaui aplikasi berbasis android, Halal Thai yang dirilis oleh HSC.
Ia mengatakan HSC juga menawarkan program pelatihan bagi civitas akademika UII terkait proses mensertifikasi kehalalan sebuah produk. Pelatihan yang berlangsung antara dua minggu hingga tiga bulan itu meliputi materi pengujian kandungan bahan dalam makanan atau minuman, proses pembuatan, pengemasan, dan pengantaran.
"Kemajuan HSC di Thailand selayaknya menjadi cambuk bagi negara Muslim khususnya Indonesia, agar jangan sampai tertinggal dalam menginisiasi kajian makanan halal," katanya.(*)
UII perluas jaringan dengan perguruan tinggi asing
25 Februari 2014 22:28 WIB
Rektor UII Yogyakarta, Edy Suandi Hamid (FOTO ANTARA/Regina Safri)
Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014
Tags: