Menko Hadi: Festival Sastra Saraswati sajikan pesan kebangsaan leluhur
20 Juli 2024 21:08 WIB
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto saat membuka Festival Sastra Saraswati Sewana di Ubud, Bali, Sabtu (20/7/2024) (ANTARA/Ho-Humas Menko Polhukam)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto mengatakan, Festival Sastra Saraswati Sewana memberikan literasi budaya kepada masyarakat tentang pemikiran para leluhur bangsa.
"Pesan-pesan itu adalah pesan-pesan kemanusiaan untuk bisa memberikan kesejahteraan, memberikan kebahagiaan, keteladanan yang datang dari rakyat berdasarkan pesan-pesan yang sudah disampaikan oleh para leluhur," kata Menko Hadi saat membuka kegiatan tersebut di Ubud, Bali, Sabtu.
Baca juga: Menkopolhukam akan buka Festival Sastra Saraswati Sewana di Ubud-Bali
Menurut Hadi Tjahjanto, banyak yang bisa dipelajari dari para leluhur bangsa, terutama dalam menyatukan beragam suku dan budaya hingga akhirnya menjadi sebuah bangsa.
Salah satu faktor utama terwujudnya hal tersebut, yakni sosok kepemimpinan kuat yang dimiliki para leluhur bangsa.
Hadi melanjutkan dalam festival yang mengangkat tema Niti Raja Sasana, Tongkat Sastra Kepemimpinan Negeri, masyarakat juga diajarkan tentang kebudayaan bangsa yang bersifat adaptif dan berkembang sehingga dapat membuat bangsa menjadi semakin besar.
Baca juga: Festival MIWF 2024 komitmen junjung HAM, antikorupsi, dan kesetaraan
Dengan adanya kegiatan ini, Hadi berharap masyarakat akan selalu melestarikan kebudayaan bangsa sehingga tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Untuk diketahui, Festival Sastra Saraswati Sewana 2024 diadakan untuk empat tujuan.
Pertama, untuk menggali nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali yang tercatat dalam berbagai manuskrip dan sumber-sumber lisan warisan para leluhur.
Baca juga: Festival Bali Berkisah tampilkan keragaman karya sastra
Tujuan Kedua yakni mengkaji relevansi nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali dalam konteks ke konteks kekinian.
Selanjutnya untuk mengadaptasi dan merevitalisasi nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali sebagai tongkat dan panduan etik bagi para pemimpin terpilih.
Terakhir untuk meneruskan nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali pada generasi muda, khususnya milenial dan gen Z.
Baca juga: Dewi Lestari nilai buku fiksi rentan kena pembajakan
Staf khusus Presiden Jokowi bidang politik, Ari Dwipayana menjelaskan alasan pemilihan tema Festival Sastra "Niti Raja Sasana, tongkat sastra kepemimpinan negeri" karena Bali memiliki lontar-lontar yang bertema kepemimpinan yang diwarisi Ida Betharia Kawitan antara lain Adigama, Purwadigama, Dewa Banda, Kakawin Ramayana, dan Bhagawan Kamandaka.
Lontar-lontar yang berkenaan dengan kepemimpinan banyak yang berjudul Niti, misalkan Niti Praja, Nitisastra, Rajaniti, Niti Raja Sesana dan Dharma Sesana.
"Selain Nitisastra, ajaran kepemimpinan yang umum diketahui adalah ajaran yang bersumber dari Kakawin Ramayana bernama Asta Brata," tambah Ari, staf khusus presiden Jokowi.
Selain itu, para pemimpin Bali selalu menggunakan sumber-sumber sastra sebagai pedoman dalam memanajemen kerajaannya, bahkan sejak masa lampau.
Baca juga: Yogyakarta gelar Festival Sastra wujudkan ekosistem sastra Yogyakarta
"Pesan-pesan itu adalah pesan-pesan kemanusiaan untuk bisa memberikan kesejahteraan, memberikan kebahagiaan, keteladanan yang datang dari rakyat berdasarkan pesan-pesan yang sudah disampaikan oleh para leluhur," kata Menko Hadi saat membuka kegiatan tersebut di Ubud, Bali, Sabtu.
Baca juga: Menkopolhukam akan buka Festival Sastra Saraswati Sewana di Ubud-Bali
Menurut Hadi Tjahjanto, banyak yang bisa dipelajari dari para leluhur bangsa, terutama dalam menyatukan beragam suku dan budaya hingga akhirnya menjadi sebuah bangsa.
Salah satu faktor utama terwujudnya hal tersebut, yakni sosok kepemimpinan kuat yang dimiliki para leluhur bangsa.
Hadi melanjutkan dalam festival yang mengangkat tema Niti Raja Sasana, Tongkat Sastra Kepemimpinan Negeri, masyarakat juga diajarkan tentang kebudayaan bangsa yang bersifat adaptif dan berkembang sehingga dapat membuat bangsa menjadi semakin besar.
Baca juga: Festival MIWF 2024 komitmen junjung HAM, antikorupsi, dan kesetaraan
Dengan adanya kegiatan ini, Hadi berharap masyarakat akan selalu melestarikan kebudayaan bangsa sehingga tidak tergerus oleh perkembangan zaman.
Untuk diketahui, Festival Sastra Saraswati Sewana 2024 diadakan untuk empat tujuan.
Pertama, untuk menggali nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali yang tercatat dalam berbagai manuskrip dan sumber-sumber lisan warisan para leluhur.
Baca juga: Festival Bali Berkisah tampilkan keragaman karya sastra
Tujuan Kedua yakni mengkaji relevansi nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali dalam konteks ke konteks kekinian.
Selanjutnya untuk mengadaptasi dan merevitalisasi nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali sebagai tongkat dan panduan etik bagi para pemimpin terpilih.
Terakhir untuk meneruskan nilai-nilai dan ajaran kepemimpinan Bali pada generasi muda, khususnya milenial dan gen Z.
Baca juga: Dewi Lestari nilai buku fiksi rentan kena pembajakan
Staf khusus Presiden Jokowi bidang politik, Ari Dwipayana menjelaskan alasan pemilihan tema Festival Sastra "Niti Raja Sasana, tongkat sastra kepemimpinan negeri" karena Bali memiliki lontar-lontar yang bertema kepemimpinan yang diwarisi Ida Betharia Kawitan antara lain Adigama, Purwadigama, Dewa Banda, Kakawin Ramayana, dan Bhagawan Kamandaka.
Lontar-lontar yang berkenaan dengan kepemimpinan banyak yang berjudul Niti, misalkan Niti Praja, Nitisastra, Rajaniti, Niti Raja Sesana dan Dharma Sesana.
"Selain Nitisastra, ajaran kepemimpinan yang umum diketahui adalah ajaran yang bersumber dari Kakawin Ramayana bernama Asta Brata," tambah Ari, staf khusus presiden Jokowi.
Selain itu, para pemimpin Bali selalu menggunakan sumber-sumber sastra sebagai pedoman dalam memanajemen kerajaannya, bahkan sejak masa lampau.
Baca juga: Yogyakarta gelar Festival Sastra wujudkan ekosistem sastra Yogyakarta
Pewarta: Walda Marison
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: