New York City (ANTARA) - Saham raksasa keamanan siber CrowdStrike anjlok pada Jumat (19/7) menyusul kerusakan pada layanannya yang menyebabkan gangguan teknologi informasi (TI) di seluruh dunia.
Saham CrowdStrike dibuka pada harga 294,51 dolar AS (1 dolar AS = Rp16.217) per lembar, turun 16,48 persen dibandingkan penutupan sebelumnya, dan sahamnya merosot lebih dari 8 persen pada sesi pagi.
"CrowdStrike secara aktif bekerja sama dengan pelanggan yang terdampak oleh kerusakan yang ditemukan pada pembaruan konten tunggal untuk host Windows," kata perusahaan yang berbasis di Austin, Texas, tersebut dalam sebuah pernyataan, Jumat (19/7) pagi waktu setempat.
CrowdStrike mengatakan bahwa gangguan itu bukanlah akibat dari insiden keamanan atau serangan siber dan masalah ini telah diidentifikasi serta diisolasi dengan perbaikan yang telah dilakukan.
Beberapa sistem dapat diperbaiki dan dipulihkan serta kembali beroperasi dengan segera, namun, untuk yang lainnya "dapat memakan waktu berjam-jam, bahkan mungkin lebih lama lagi" sebelum semuanya kembali pulih dan beroperasi, kata CEO CrowdStrike George Kurtz dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Sementara itu, penyedia layanan trading Charles Schwab memperingatkan bahwa "fungsionalitas daring tertentu sesekali dapat berjalan lambat atau tidak tersedia".
"Harap jangan melakukan transaksi dua kali karena transaksi ganda berpotensi terjadi," ujar Schwab dalam sebuah pesan.
Saham CrowdStrike anjlok akibat gangguan TI global
20 Juli 2024 13:00 WIB
Logo CrowdStrike pada layar sebuah ponsel. (ANTARA/Xinhua/situs CrowdStrike)
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024
Tags: