Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan bahwa saat ini pemerintah sedang mengkaji wilayah mana saja yang akan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.

“Kami lagi memastikan, suplainya kapan siapnya, suplai desainnya sebesar apa, sarananya seperti apa, kemudian daerahnya di mana, ini lagi dipastikan. Termasuk keekonomiannya,” ujar Dadan ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat.

Dadan mengatakan pemerintah sedang mempersiapkan bahan bakar yang lebih bersih untuk dipakai oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah berpolusi tinggi.

“Terutama di wilayah-wilayah yang secara polusinya tinggi dan kami ingin, untuk solar ini, produksinya di dalam negeri,” kata Dadan.

Lebih lanjut, Dadan yang kini menjabat sebagai Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) juga menyoroti kondisi Jakarta dari sisi lingkungan dan polusi. Adapun salah satu penyebab polusi di Jakarta, kata dia, berasal dari bahan bakar yang bersulfur tinggi.

“Jadi, bahan bakarnya kita itu sulfurnya tinggi. Sulfurnya itu sampai 2.500. Namun, kalau kita ngikutin Euro 4, yang di ASEAN juga diterapkan, sulfurnya itu 50. Jadi, (sulfur) 50 terhadap 2.500, kita 50 kali lipat,” ucap dia.

Lebih lanjut, Dadan juga menyinggung potensi BBM rendah sulfur yang tidak hanya berlaku untuk jenis solar. Ia mengatakan, kandungan sulfur tidak hanya terdapat di solar.

“Kami sekarang mengkaji berbagai macam kebijakan, termasuk yang tadi perbaikan dari sisi kualitas bahan bakar. Sulfur tidak hanya di solar, di bensin juga ada, di Pertalite juga ada, di gas juga, dan sebagainya,” kata Dadan.

Pemerintah berencana meluncurkan BBM rendah sulfur yang memiliki spesifikasi Euro 4 yang berstandar internasional agar penyaluran BBM bersubsidi lebih tepat sasaran.

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyampaikan kesiapannya memasok bahan bakar minyak (BBM) jenis baru rendah sulfur yang direncanakan akan diuji coba di tiga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Jakarta.

"Oh siap, kita tadi habis koordinasi pokoknya nanti, siap low sulfur," kata Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman di Jakarta, Rabu (17/7).

Ia menjelaskan proses distribusi BBM jenis baru yang termasuk Euro 4 itu berasal dari kilang minyak Balongan atau Refinery Unit (RU) VI yang sebelumnya sudah memproduksi bahan bakar ultra low sulfur. Adapun jumlah suplai yang bisa diberikan kilang Balongan untuk solar 50 ppm itu sebanyak 900 ribu barel per bulan.

Baca juga: Pertamina siap memasok BBM jenis baru rendah sulfur
Baca juga: Pertamina ekspor BBM kapal rendah sulfur