Makassar (ANTARA News) - Ketika suatu kebijakan diterapkan, kadang harus berhadapan dengan sikap pro-kontra. Hal itu juga terjadi saat kebijakan Kurikulum 2013 mulai diterapkan.
Tudingan dan cercaan untuk mengganti pola dan sistem pengajaran di jenjang SD - SMA dengan metode dan sistem baru, diterima Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bidang Pendidikan Dr H Musliar Kasim selaku salah seorang inisiator.
Padahal inti dari perjuangan Kurikulum 2013 ini adalah agar semua peserta didik yang dihasilkan dari masing-masing tingkatan pendidikan mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut Musliar saat menghadiri diskusi pendidikan di kota "Anging Mammiri" ini, gagasan Kurikulum 2013 itu diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan yang diterapkan selama ini, hanya berbasis pada pengajaran untuk memenuhi target pengetahuan siswa.
Padahal selain itu, diperlukan keterampilan dan sikap yang tak kalah pentingnya untuk mendapatkan lulusan yang handal dan beretika untuk selanjutnya siap berkompetisi secara global.
Menurut dia, Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang menyeimbangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dengan konsep itu, keseimbangan antara "hardskill" dan "softskill" dimulai dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian dapat diwujudkan.
Untuk mendukung hal itu, maka buku yang dipakai di sekolah adalah buku yang berbasis kegiatan (Activity Based Learning) untuk SD yang ditulis secara terpadu (Tematik Terpadu).
Buku Siswa lebih ditekankan pada "activity base" bukan merupakan bahan bacaan. Dalam mengajar ada dua jenis buku (Buku Siswa dan Buku Guru).
Setiap buku memuat model pembelajaran dan proyek yang akan dilakukan oleh siswa. Dalam Kurikulum 2013, buku ditulis mengacu kepada konsep kurikulum (KI, KD, Silabus).
Buku guru memuat panduan bagi guru dalam mengajarkan materi kepada siswa. Untuk pengayaan materi, guru diperkenakan membaca berbagai buku diluar buku panduan.
Musliar yang juga mantan Rektor Universitas Andalan ini mengatakan, mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka Kurikulum 2013 akan mendukung siswa menjadi produktif, kreatif, inovatif dan afektif, karena sistem dan pola pengajaran berbeda dengan sistem terdahulu.
"Di sini, semua anak dipandang memiliki potensi yang patut dieksplorasi dan diarahkan, tanpa melihat hanya dari sisi akademiknya saja dari hasil ujian tulis siswa," katanya.
Selain itu, lanjut dia, beberapa mata pelajaran itu sudah terangkum dalam satu buku yang dapat digunakan selama satu bulan pengajaran. Isi materi buku tersebut akan lebih mudah dipahami, karena menyangkut kehidupan sehari-hari siswa dan lingkungan sekitarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, dia mengatakan, untuk menerapkan kurikulum 2013 itu guru perlu dilatih terlebih dahulu agar dapat mengimplementasikan di kelas dengan menggunakan pendekatan keilmuan "scientific approach".
Dengan pendekatan tersebut, kreativitas akan terbangun dari dua pertiga dari pendidikan yang menggunakan pengamatan, menanya, menalar, mencoba dan membuat jaringan (creating networking).
"Yang jelas, kurikulum 2013 ini lebih dinamis untuk diimplementasikan di lapangan dan mutunya setara dengan model tematik yang diterapkan sekolah berstandar internasional," katanya.
Berkaitan dengan penerapan Kurikulum 2013 dalam perjalanannya setahun terakhir, Kemendikbud sudah menjangkau 295 kabupaten/kota dengan total jumlah sekolah 6.230 unit yang tersebar di 33 provinsi.
"Diharapkan kurikulum 2013 ini secara bertahap dapat menjangkau seluruh sekolah di Indonesia," kata Musliar yang dikenal getol menyosialisasikan kurikulum baru ini.
Khusus di Sulsel, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulsel Abdullah Jabbar mengatakan, sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 diantaranya di SDN Monginsidi dan Cendrawasih, Makassar.
"Baik siswa dan gurunya semuanya senang dengan kurikulum baru itu, karena lebih menekankan upaya menggali potensi masing-masing anak sesuai dengan kemampuannya," katanya.
Hal itu diakui salah seorang siswa SDN Monginsidi, Nurlaeli di Makassar. Menurut siswa kelas IV SD ini, belajar lebih nyaman, tidak merasa tertekan. Karena semua siswa dapat memberikan pendapat atau jawaban yang berbeda.
Bangku kelas pun tidak lagi berbentuk barisan, tetapi lebih pada kelompok-kelompok model persegi atau bundar, sehingga interaksi lebih akrab baik dengan teman kelas maupun dengan guru.
Keunggulan lainnya dengan pemberlakuan Kurikulum 2013 ini, ungkap Jabbar, peluang lulusan siswa sekolah dasar masuk ke jenjang pendidikan berikutnya yakni SMP, sudah terbuka luas.
"Tidak ada lagi siswa kelas enam tinggal kelas atau tidak lulus, juga tidak boleh ada alasan karena tidak mampu dari segi ekonomi, sehingga tidak melanjutkan pendidikan ke SMP," ujarnya.
Dia mengatakan, kebijakan Menteri Pendidikan untuk menghapuskan Ujian Nasional bagi siswa jenjang SD dan sekolah sederajat dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada semua siswa SD dapat melanjutkan pendidikan.
Dengan demikian, bagi siswa SD yang nilainya kurang akan diberi kesempatan untuk mengulang hingga nilainya dapat memenuhi persyaratan kelulusan di tingkat SD. Selanjutnya nilai yang diperoleh dari ujian sekolah, akan dijadikan dasar untuk mendaftar di SMP dan sekolah sederajatnya.
"Ini juga untuk menyukseskan program pemerintah yang menggeser wajib belajar 6-12 tahun menjadi hingga 15 tahun (SMP)," katanya.
Semua Juara
Kurikulum 2013 yang mengadopsi sistem pendidikan negara-negara maju di Eropa dan Asia dengan mengambil sisi positifnya tanpa meninggalkan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia, diharapkan dapat mengejar ketertinggalan Indonesia di sektor pendidikan.
Mengutip pandangan Dyers, J.H. et al [2011], Innovators DNA, Harvard Business yang mengatakan bahwa dua pertiga dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, sedang sisanya sepertiga berasal dari genetik.
Kebalikannya, untuk kemampuan kecerdasan itu sepertiga dari pendidikan dan sisanya yakni dua pertiga dari genetik.
Karena itu, kemampuan kreativitas diperoleh melalui pengamatan (Observing), bertanya (Questioning), mencoba (Experimenting), menalar (Associating) dan membentuk jejaring(Networking).
Menyadari hal tersebut, Musliar memandang perlu merumuskan kurikulum berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba untuk meningkatkan kreativitas peserta didik.
Disamping itu, lanjut dia, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui "collaborative learning".
"Pembelajaran berbasis kecerdasan tidak akan memberikan hasil siginifikan karena peningkatan 50 persen dibandingkan yang berbasis kreativitas yang dapat mencapai 200 persen," katanya.
Menurut dia, satu hal yang mendasar dari perubahan Kurikulum 2013 selain mencoba mengubah paradigma tentang cara belajar mengajar di kelas, juga mencoba membangun rasa percaya diri dari masing-masing siswa agar memiliki kompetensi.
Salah satu caranya, dengan tidak lagi mencantumkan rangking atau juara pada buku lapor siswa. Tetapi menganggap semua siswa adalah juara sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
Dengan demikian, penilaian siswa bukan hanya diukur dari prestasi akademiknya, tetapi juga dapat dilihat dari keahliannya atau keterampilannya, termasuk sikapnya.
"Misalnya si Doni jago Matematika, maka dia juara Matematika. Sedang Tina pandai melukis, diapun berhak mendapat gelar juara di bidangnya. Jadi semua siswa adalah juara," katanya.
Apabila itu dapat diterapkan oleh semua sekolah, tentu sikap diskriminatif terhadap siswa yang berprestasi ataupun tidak di bidang akademik, dapat dihilangkan.
Sebaliknya, itu akan memberikan motivasi pada semua siswa untuk lebih percaya diri dengan potensi yang dimilikinya, serta dapat menghormati kelebihan dan kekurangan siswa lain. Dengan mengaplikasikan Kurikulum 2013 ini, juga akan membawa sistem pendidikan Indonesia setara dengan sekolah berstandar internasional yang sudah menjamur di sejumlah kota metropolitan di Indonesia. (*)
Menggeser paradigama lama dengan Kurikulum 2013
24 Februari 2014 06:20 WIB
Tolak Kurikulum 2013 Sejumlah mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/4). Puluhan guru dan mahasiswa yang tergabung dalam Aksi Bersama Aliansi Revolusi Pendidikan menggelar aksi unjuk rasa menolak Kurikulum 2013 yang dianggap mereduksi akal sehat dan membunuh daya kritis. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki) ()
Oleh Suriani Mappong
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: