Kelapa Lampung bersaing dengan Bengkulu banjiri Jabodetabek
24 Februari 2014 06:08 WIB
Seorang penjual kelapa hijau sedang melayani pembeli di Pasar Cadasari, Pandeglang, Banten, Selasa (7/1). Omset penjualan kelapa hijau yang dijual seharga Rp3.500/butir itu meningkat hingga dua kalii lipat saat musim penghujan seperti sekarang karena dipercaya bisa menangkal penyakit panas dalam, menetralkan racun, serta meningkatkan stamina. (FOTO ANTARA/Asep Fathulrahman) ()
Bandarlampung (ANTARA News) - Pengiriman kelapa dari Provinsi Lampung ke sejumlah pasar di Pulau Jawa terus mengalir dan mengisi pasar di Bekasi, Jawa Barat, Jakarta dan sekitarnya, namun kini mulai mendapat saingan kelapa produksi provinsi tetangga, Bengkulu.
"Kelapa Lampung masih banyak yang dipasarkan ke Jakarta, Banten, serta Bogor dan Bekasi Jawa Barat, tetapi belakangan harganya agak turun karena buah kelapa dari Bengkulu juga sekarang makin banyak yang dijual ke Bekasi," kata pedagang pengumpul buah kelapa di Desa Suka Jawa, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Rohim (55), di Suka Jawa, Minggu.
Rohim mengaku selain memiliki kebun kelapa sendiri, setiap hari pihaknya juga menampung (membeli) hasil bumi dari petani terutama kelapa, kopra, cokelat, dan buah pisang.
Khusus untuk buah kelapa, katanya, setiap minggu dia megirimkan dua kali menggunakan mobil bak terbuka, masing-masing bisa memuat tiga ton buah kelapa butiran.
"Saya rata-rata seminggu dua kali mengirimkan kelapa pakai mobil bak terbuka ke pasar Bekasi, Jawa Barat," katanya.
Dia tidak menjelaskan berapa banyak kelapa produksi petani di Provinsi tetangga Bengkulu yang dipasarkan ke Bekasi, namun katanya cukup mewarnai, meramaikan dan otomatis bisa mempengaruhi harga di pasaran.
Petani yang juga pedagang pengumpul hasil bumi itu menjelaskan, saat ini harga buah kelapa di desanya yang bejarak sekitar 70 Km dari Kota Bandarlampung itu turun cukup drastis.
Dia mencontohkan, buah kelapa yang kualitasnya baik (super) semula pernah mencapai harga tertinggi Rp4.500/gandeng (dua butir), sekarang tertinggi hanya Rp3.800/gandeng.
Sedangkan kelapa kelas B yang ukurannya lebih kecil sekitar Rp2.500 sampai Rp3.000/gandeng, dan kelapa kelas C atau asalan sekitar Rp1.500 hingga Rp2.000/gandeng.
"Harga kelapa kelas super pernah tertinggi sekitar bulan November dan Desember 2013, yaitu Rp4.500/gandeng," katanya.
Turunnya harga buah kelapa itu selain adanya persaingan atau kompetitor di pasar tujuan di Pulau Jawa, juga karena memang sedang terjadi musim panen rutin.
Seperi biasa, para petani kelapa di perdesaan Lampung memanen kebunnnya sebanyak tiga higga empat kali dalam setahun.
Setelah diterpa musim kemarau panjang di tahun 2011 dan sempat membuat produksi buah kelapa merosot di tahun 2012 dan 2013, maka di awal tahun 2014 ini kondisi buah kelapa berangsur kembali normal.
Desa Suka Jawa, Sukarame, Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung itu termasuk salah satu desa di kawasan pantai laut, yang banyak tanaman kelapa milik petani.
Selain itu, desa tersebut penghasil cokelat, buah pisang, dan juga banyak dibuka tambak-tambak udang dan tambak ikan.
Provinsi Lampung sendiri memiliki lebih dari 150.000 hektare tanaman kelapa, yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota, antara lain Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Lampung Utara, dan Kota Metro.
Produksi buah kelapa asal Provinsi Lampung selain untuk memenuhi kebutuhan kelapa butiran dan kopra untuk konsumsi masyarakat dan ekspor Provinsi Lampung ke sejumlah negara, juga banyak dipasarkan ke provinsi tetangga, khususnya di Pulau Jawa. (M023/F003)
"Kelapa Lampung masih banyak yang dipasarkan ke Jakarta, Banten, serta Bogor dan Bekasi Jawa Barat, tetapi belakangan harganya agak turun karena buah kelapa dari Bengkulu juga sekarang makin banyak yang dijual ke Bekasi," kata pedagang pengumpul buah kelapa di Desa Suka Jawa, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Rohim (55), di Suka Jawa, Minggu.
Rohim mengaku selain memiliki kebun kelapa sendiri, setiap hari pihaknya juga menampung (membeli) hasil bumi dari petani terutama kelapa, kopra, cokelat, dan buah pisang.
Khusus untuk buah kelapa, katanya, setiap minggu dia megirimkan dua kali menggunakan mobil bak terbuka, masing-masing bisa memuat tiga ton buah kelapa butiran.
"Saya rata-rata seminggu dua kali mengirimkan kelapa pakai mobil bak terbuka ke pasar Bekasi, Jawa Barat," katanya.
Dia tidak menjelaskan berapa banyak kelapa produksi petani di Provinsi tetangga Bengkulu yang dipasarkan ke Bekasi, namun katanya cukup mewarnai, meramaikan dan otomatis bisa mempengaruhi harga di pasaran.
Petani yang juga pedagang pengumpul hasil bumi itu menjelaskan, saat ini harga buah kelapa di desanya yang bejarak sekitar 70 Km dari Kota Bandarlampung itu turun cukup drastis.
Dia mencontohkan, buah kelapa yang kualitasnya baik (super) semula pernah mencapai harga tertinggi Rp4.500/gandeng (dua butir), sekarang tertinggi hanya Rp3.800/gandeng.
Sedangkan kelapa kelas B yang ukurannya lebih kecil sekitar Rp2.500 sampai Rp3.000/gandeng, dan kelapa kelas C atau asalan sekitar Rp1.500 hingga Rp2.000/gandeng.
"Harga kelapa kelas super pernah tertinggi sekitar bulan November dan Desember 2013, yaitu Rp4.500/gandeng," katanya.
Turunnya harga buah kelapa itu selain adanya persaingan atau kompetitor di pasar tujuan di Pulau Jawa, juga karena memang sedang terjadi musim panen rutin.
Seperi biasa, para petani kelapa di perdesaan Lampung memanen kebunnnya sebanyak tiga higga empat kali dalam setahun.
Setelah diterpa musim kemarau panjang di tahun 2011 dan sempat membuat produksi buah kelapa merosot di tahun 2012 dan 2013, maka di awal tahun 2014 ini kondisi buah kelapa berangsur kembali normal.
Desa Suka Jawa, Sukarame, Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung itu termasuk salah satu desa di kawasan pantai laut, yang banyak tanaman kelapa milik petani.
Selain itu, desa tersebut penghasil cokelat, buah pisang, dan juga banyak dibuka tambak-tambak udang dan tambak ikan.
Provinsi Lampung sendiri memiliki lebih dari 150.000 hektare tanaman kelapa, yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota, antara lain Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Lampung Utara, dan Kota Metro.
Produksi buah kelapa asal Provinsi Lampung selain untuk memenuhi kebutuhan kelapa butiran dan kopra untuk konsumsi masyarakat dan ekspor Provinsi Lampung ke sejumlah negara, juga banyak dipasarkan ke provinsi tetangga, khususnya di Pulau Jawa. (M023/F003)
Pewarta: M. Tohamaksun
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014
Tags: